BAB 39

2.5K 224 14
                                    

Sepanjang perjalanan Kania hanya diam dan memandang ke arah luar jendela. Entah karena ada yang sedang difikirkannya atau karena pemandangan sekitar desa yang menyejukkan mata.

Arya yang sedang duduk dibelakang terlihat sangat menikmati perjalanannya. Biasanya ia ke sekolah sering menaiki sepeda namun untuk kali ini ia hanya duduk manis saja maka dalam beberapa menit akan sampai disekolahnya.

"Sekolahnya Arya masih jauh?" Tanya Lingga membuka pembicaraan agar suasana tidak canggung dan sepi.

"Gak jauh lagi kok mas bentar lagi nyampe ikutin jalannya aja mas gak ads belok-beloknya kok.." jawab Arya.

"Ohh iyaa .. iyaaa.." jawab Lingga kikuk.

Padahal ia sengaja bertanya berharap Kania yang akan menjawabnya , namun Kania tetap dengan lamunannya disepanjang perjalanan.

Lingga sesekali melirik Kania sambil menyetir, Lingga sangat merindukan Kania yang dulu. Kania yang terlihat malu-malu di hadapannya, yang selalu tersenyum manis dan selalu bersikap lembut padanya. Kini hanya ada Kania yang acuh dan tidak perduli akan keberadaannya.

"Aku rindu kamu.. sangat rindu, bisakah aku memelukmu sekali saja?" Gumam Lingga di dalam hatinya.

Tanpa sadar air mata Lingga menetes saat mengingat betapa ia merindukan Kania.

"Meski aku sudah melihatmu, meski kau ada di hadapanku tapi satu hal yang tidak bisa lakukan.. menyentuhmu.." gumam Lingga lagi di dalam hatinya.

"MAS BERHENTIIIIIIIIII!!!" Teriak Arya.

Lamunan Lingga pun terhenti saat mendengar teriakan Arya.

Sontak Kania pun kaget dengan suaranya Arya.

"Aryaaaa.. kenapa teriak-teriak sih?" Ujar Kania marah.

"Gimana Arya gak teriak.. lihat deh sekolah Arya udah kelewat jauh ini mbak.." jawab Arya sambil menunjuk sekolahnya yang memang sudah jauh kelewatan.

Kania pun melirik ke arah Lingga dengan tatapan sedikit kesal. Lingga hanya tersenyum kikuk karena kesalahannya yang melamun ketika menyetir akhirnya sekolah Arya pun kelewatan jauh.

"Maafin mas.." ujar Lingga.

"Yauda Arya turun disini aja.." ujar Arya.

"Ehhh jangan.. kita bisa mundur kok.. maafin mas ya Arya.." ujar Lingga.

"I-iya gapapa kok mas Lingga.. mas Lingga gak salah.. Arya tadi yang salah pake teriak-teriak segala.." jawab Arya yang merasa bersalah.

Lingga pun memundurkan mobilnya karena jika harus berbalik arah ia akan sulit karena jalan di pedesaan tidak sebesar jalanan di kota.

"Terima kasih mas Lingga.. Arya pamit kesekolah dulu.. Assalammualaikum.." pamit Arya sambil mencium tangan Lingga.

"Kamu lupa sama mbak, Arya?" Ujar Kania karena Arya tidak mencium tangannya dan hendak langsung keluar dari mobil.

"Eehh iyaa Arya lupa.." jawab Arya. Lalu ia segera mencium tangan Kania dan turun dari mobil.

Lingga melanjutkan perjalanannya menuju pasar bersama Kania. Pasar sudah tidak terlalu jauh dari jarak mereka saat ini. Sesampai di pasar Lingga langsung memberhentikan mobilnya dan memarkirkannya di lahan kosong di dekat pasar.

Kania keluar dari mobil dan langsung jalan tanpa pamit dengan Lingga. Lingga pun langsung keluar dari mobilnya dan berteriak.

"Ikuuuutttt!!" Teriak Lingga.

Sontak orang-orang yang ada di area pasar langsung menoleh ke arah mereka dan tersenyum. Kania yang menyadari hal itu pun langsung ingin meledakkan emosinya karena ia sangat malu.

"Kenapa persis kayak anak kecil begitu sih.." gumam Kania geram.

Lingga yang melihat Kania berhenti sejenak menunggunya. Lingga pun langsung berlari menuju Kania dan berhenti di sampingnya Kania. Setelah Lingga menghampirinya Kania pun langsung berjalan kembali. Lingga hanya mengikuti dari belakang dan jarak mereka tidak terlalu jauh.

Kania berhenti di sebuah tempat penjualan ayam sesuai pesanan dari ibunya. Ia membeli tiga ekor ayam karena memang saat ini ada enam orang yang berada dirumahnya dan ia harus banyak membeli bahan makanan.

Saat Kania hendak membayar tiba-tiba Lingga juga menyodorkan uang kepada pedagang ayamnya. Pedangang pun bingung harus mengambil uang yang mana.

"Uang saya aja pak.." ujar Kania.

"Jangan pak, uang saya aja.. saya suaminya kok.." ujar Lingga tidak mau kalah.

"Apaan sih mas.. ini pak uang saya saja.." ujar Kania lagi.

Lingga langsung kode dengan pedagang ayamnya dengan mengedipkan matanya. Bapak penjual ayam pun paham ia langsung mengambil uang yang ada di tangannya Lingga.

Karena kesal Kania langsung mengambil kresek yang berisikan ayam dan langsung pergi.

"Mas ini kembaliannya.." ujar penjual ayam.

"Iya pak terima kasih.. maaf ya pak istri saya lagi ngambek.." ujar Lingga sambil mengambil uang kembaliannya dan segera menyusul Kania.

Bapak penjual ayam pun terkekeh geli sontak ia langsung mengingat istrinya yang berada dirumah.

"Persis istri saya yang juga suka ngambek.. duh kok jadi rindu.." gumam bapak penjual ayam sambil geleng-geleng kepala.

Lingga sepertinya kehilangan Kania yang sudah berbaur dengan para pengunjung pasar lainnya. Ia sedikit bingung dan mencari-cari dimana keberadaan Kania.

Lalu tiba-tiba ada seorang gadis menyentuh lengannya Lingga. Lingga pun sontak terkaget dan menoleh.

"Mas ganteng nyariin siapa? Mas ganteng tersesat ya? Perlu bantuan saya mas?" Ujar seorang gadis sambil sedikit menggoda Lingga.

Lingga yang memang memiliki paras tampan dan tubuh yang tinggi. Gadis mana pun akan langsung terpesona dan kelepek-kelepek padanya. Apalagi saat ini ia berada di sebuah pasar di desa.

"Maaf saya mencari istri saya.." jawab Lingga sambil mencoba melepaskan rangkulan tangan gadis itu di lengannya.

"Masa sih mas nyari istrinya.. jangan-jangan mas mau nyari jodoh yaa..." ujar gadis itu lagi.

Lingga hanya tersenyum kikuk melihat gadis yang sangat agresif di hadapannya itu. Ia bingung harus melakukan apa, Kania pun tidak terlihat di pandangannya.

"Jodohnya ada disini.. tolong lepasin tangan suami saya.." ujar Kania kesal sambil menarik lengan Lingga.

Lingga kaget dengan reaksi Kania saat ini, ekspresi wajahnya yang terlihat cemburu dan marah saat ada gadis yang mendekatinya. Lingga pun menyunggingkan senyumnya sambil terus menatap ke arah Kania.

"Maaf mbak.." ujar gadis itu dan langsung pergi meninggalkan Kania dan Lingga.

"Ganjen banget sama suami orang.." gumam Kania kesal.

"Mas itu jangan kayak anak kecil bisa gak sih..pake ngilang segala kayak gini.. kalau di culik sama gadis-gadis ganjen kayak gitu gimana? Bikin kesel aja.." ujar Kania mengomel dan langsung pergi meninggalkan Lingga.

Sambil berjalan Kania menepuk-nepuk bibirnya sendiri yang tidak bisa menahan rasa cemburunya dan pada akhirnya ia sendiri lah yang terlihat menunjukkan isi hatinya saat ini.

"Kania cemburu??? Kania cemburu sama aku?? Aku gak lagi mimpi kan?" Gumam Lingga yang masih tidak bisa mempercayai apa yang ia dengar dari ucapan Kania tadi.

Ia bahkan mencubit pipinya sendiri dan sontak mengaduh kesakitan karena memang itu adalah nyata bukan sebuah mimpi belaka.

"Kaniaaa.. tungguin mas dong jangan ditinggal begini.. nanti kalo diculik gimana??" Teriak Lingga.

Semua orang yang ada di pasar terkekeh geli mendengar ucapannya Lingga. Mana ada orang yang ingin menculik pria dewasa seperti Lingga. Namun semua itu bisa terjadi karena paras Lingga yang cukup menjadi alasan untuk menculiknya.

CINTA KANIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang