BAB 16

3K 243 1
                                    

Kania berjalan dengan penuh percaya diri karena saat ini ia tidak sendirian , ia miliki anak yang di kandungnya dan ranti yang selalu mendukungnya.

Setelah pernikahan kemarin lingga memutuskan untuk kembali ke kota karena ia harus bekerja, mendadak ada pertemuan yang harus di hadiri olehnya.

"

Buk.. pak.. kania pamit yaa.. doakan kania ya buk.. bapak juga ibuk sehat-sehat selalu ya.. jangan kawatirin kania, kania pasti bahagia.." ujar kania sambil menggenggam tangan ibunya.

"Baik-baik ya ndok disana.. jaga kesehatanmu.. jaga suamimu dengan baik.. turuti apa yang suamimu minta selama itu adalah kebaikan.. dan jangan lupa sering-sering kasih kabar kesini ya ndok.." ujar purwati dengan wajah sedih.

Berat hatinya membiarkan putrinya pergi dalam keadaan hamil dan jauh darinya. Namun bagaimana pun ia sudah menikah dan harus mengikuti kemana pun suaminya pergi.
Lingga dan ranti tidak lupa izin pamit kepada kedua orang tua kania.

"Pak saya pamit pulang dulu.." ujar lingga.

"Nak.. jaga baik-baik putri bapak ya.. dia gadis yang baik, bimbing dia dengan baik.. jika suatu saat ia membuatmu marah, bapak mohon bersabarlah.. karena pada dasarnya wanita itu lahir dari tulang rusuk laki-laki yang bengkok.. jika kamu memaksanya untuk lurus maka ia akan patah.. jika kau biarkan saja maka ia akan terus bengkok.. maka dari itu bimbing ia dengan baik dengan kesabaran yang kamu miliki." Ujar hartono menasehati lingga.

Lingga hanya mendengarkan setiap nasehat yang di ucapkan oleh bapak mertuanya itu. Entah ia bisa menjadi suami yang baik untuk kania atau bisakah ia menjadi menantu yang baik untuk kedua orang tuanya kania.
Tidak bisa di pungkiri masih ada rasa benci di hatinya jika harus memandang wajah kania. Saat melihat kania bisa berjalan dengan kedua kakinya sedangkan adiknya harus duduk dikursi roda. Membuat lingga selalu marah dan kesal dan kejadian yang menimpa adiknya selalu muncul kembali di benaknya.

"Mas lingga kita gak beli oleh-oleh dulu?" Tanya ranti.

"Gausah.. mas harus buru-buru besok ada pertemuan yang harus mas hadiri.." ujar lingga.

Ranti kesal melihat kakaknya kembali dingin padahal selama di rumah kania lingga sedikit normal dan banyak tersenyum dengan banyak orang.
Setengah perjalanan tiba-tiba kania merasa mual dan ingin muntah. Akhirnya dengan terpaksa lingga harus menghentikan mobilnya.

"Kenapa mual disaat yang gak tepat ceh.. kita masih jauh loh.." lingga mengomel.

Kania tidak bisa menahannya lagi ia keluar dari mobil dan memuntahkan semua yang ada diperutnya.
Ranti tidak bisa keluar karna ia akan meribetkan saja.

"Mas temenin mbak kania dong, kasian tuh sendirian.." ujar ranti.

"Orang muntah kok di temenin.. ntar mas ikutan muntah juga.." lingga menolak.

Ranti geleng-geleng kepala melihat sikap kakaknya itu. Ia sama sekali tidak perduli dengan kania, padahal kania sudah terlihat sangat pucat.
Dengan terpaksa lingga keluar dari mobil untuk melihat keadaan kania.
Kania hendak berdiri lalu kepalanya pusing reflek lingga memegang lengan kania.

Namun kania merasa tidak senang ia menangkis tangan lingga dan langsung masuk ke dalam mobil dengan sisa tenaganya.

"Untuk apa bantu aku kalo cuma karena terpaksa.. aku gak butuh!!" Gumam kania di dalam hatinya.

Ia mendengar percakapan antara lingga dan ranti di dalam mobil.
Lingga menatap tangannya sendiri, tangan yang di tangkis oleh kania, tangan yang ia ulurkan untuk membantu kania. Tapi tangan itu sudah ditolak mentah-mentah oleh kania.

Lingga mengepal tangannya dengan penuh emosi dan kembali masuk ke mobil Melanjutkan perjalanan.
Ranti rasanya ingin mengumpat kasar kakaknya itu.
"Mas lingga mau kemana??" Teriak ranti.

"Mbak..mbak kok gak cegah mas lingga.. hari ini kan hari pertama mbak jadi menantu dirumah ini harusnya di sambut dengan baik.." ujar ranti.

"Gapapa ranti.. mbak gapapa kok lagian kan mbak bukan pertama kali kerumah ini jadi gausah disambut-sambut deh.. yang penting sekarang kita masuk dulu trus berberes , gimana?"

"Iya mbak.. yauda yuk kita masuk aja.." ujar ranti dengan wajah yang masih kesal dengan kakaknya.

Lingga melajukan mobilnya sangat kencang entah apa yang membuatnya emosi. Lingga pergi menuju bar yang biasa ia datangi bersama sahabatnya.
Namun ternyata sahabatnya tidak berada disitu malam ini. Akhirnya lingga minum-minum sendirian.

"Kok sendirian? Mau aku temenin?" Ujar seorang wanita penghibur.
Lingga menoleh ke arah wanita penghibur itu dengan tatapan jijik.

"Kalo gak mau di temenin jangan mandangin kayak gitu dong.." ujar wanita itu kesal dan ia langsung pergi meninggalkan lingga sendirian.

Lingga memang sering minum-minum namun ia bukan lelaki yang doyan dengan wanita penghibur.
Setelah usai minum-minum lingga hendak pulang kerumah namun saat dipertengahan perjalanan ia ingat bahwa ada kania dirumah. Dengan segera ia memutar kembali setir mobilnya.

***

"Mbak kania gak tidur bareng ranti lagi kan?" Tanya ranti.

"Jadi mbak harus tidur dimana?" Tanya kania yang merasa heran.

"Ya dikamarnya mas lingga dong.. jadi mau dimana lagi mbak.."
Kania mengerutkan keningnya membayangkan harus tidur sekamar dengan lingga. Karena ia tau pasti lingga tidak mau tidur sekamar dengannya.

"Mbak tidur sama kamu aja ya ranti.. jangan dikamar mas lingga.." kania memohon.

"Ohh tidak bisa mbak.. mbak kan istrinya mas lingga jadi harus tidur sekamar sama mas lingga.. mbak mau dosa?" Ujar ranti.

"Yaa engga mau lah..".

"Makanya itu mbak harus sekamar sama mas lingga."

Dengan terpaksa kania menuruti perkataan adik iparnya itu, karena apa yang dikatakan ranti adalah benar. Bagaimana pun ia sudah sah menjadi istri dirumah ini. Mau tidak mau ia harus tidur di kamarnya lingga.
ART membantu kania membawa barang-barangnya menuju kamar atas. Awalnya kania ingin menyusun baju-bajunya di lemari namun ia urungkan karena ia tidak menemukan lemari didalamnya.

"Ini kamar gak punya lemari? Jadi mas lingga narok pakaiannya dimana?" Gumam kania sambil melihat-lihat seluruh kamar.

Ini adalah kali kedua ia masuk ke kamar ini semenjak kejadian malam itu. Kania tidak sadar bahwa kamar ini sangat besar dan luas.

Kania penasaran dengan pintu yang ada di dekat meja ia membukanya dan kaget melihat isinya. Ternyata ruangan itu adalah kamar mandi yang ukurannya persis dengan ukuran kamar kosnya kania.

"Yaampun.. ini kamar mandi kenapa luasnya kayak kosan aku.." gumam kania sambil menutup mulutnya tidak percaya.
Kania melihat-lihat isi dalam kamar mandi yang di penuhi oleh barang-barang khusus pria. Dan barang-barangnya pun terlihat tidak murah.

Merasa lelah berkeliling kamar kania memutuskan untuk mandi saja. Karena tubuhnya sangat lengket karena keringat.
Sehabis mandi ia malah merasa ngantuk dan memutuskan untuk naik ke ranjang dan tidur.

Tuk!!tuk!!tuk!!
"Mbak kaniaaa.. mbak.. gak mau makan dulu?" Teriak ranti di luar pintu kamar.
Namun tidak ada jawaban dari dalam kamar.

"Apa mbak kania udah tidur ya.. mungkin kelelahan karena habis perjalanan jauh.." gumam ranti.
Ranti pun kembali ke bawah dan akan makan malam sendirian saja.

CINTA KANIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang