BAB 2

5.3K 395 2
                                    

JANGAN LUPA DI VOTE.

"KAMU MAU KELUAR ATAU SAYA SERET" teriak Lingga di tengah guyuran hujan.

Bibir Kania mendadak kelu ia tidak sanggup mengucapkan sepatah dua patah kata apa pun.
Ini adalah kali pertamanya mendengar bentakan dari seorang pria bahkan ayahnya sekalipun tidak pernah membentaknya.

Karena kania masih duduk terdiam di dalam mobil hal itu membuat mas Lingga semakin berang.
Ia menarik tangan kania dengan paksa hingga keluar dari dalam mobil.
Tidak lupa Lingga membanting pintu mobil hingga tertutup rapat.

"Mas.. lepasin tangan saya.. sakit.." ujar Kania merintih kesakitan karena lengannya di genggam erat oleh Lingga.

Meski Kania merintih sekalipun Lingga sama sekali tidak mengubrisnya sedikit pun.
Ia terus menarik tangan Kania agar mengikuti kemana ia pergi.

"Kenapa mas seperti ini.. apa salah saya.. tolong lepasin saya.. saya mau pulang.." Kania terus menerus memohon namun bukannya mendapat apa yang ia minta Lingga malah membentaknya sekali lagi.

"DIAAAAMMM KAMUU!!!" Teriak Lingga yang menggema di seluruh rumah yang cukup megah itu.

Mau tidak mau semua yang ada dirumah itu keluar dari tempat mereka beristirahat.
Semuanya kaget melihat apa yang terjadi dengan majikannya.
Apalagi saat melihat majikannya menarik paksa seorang gadis yang terisak-isak dalam genggamannya.
Namun mereka tidak bisa melakukan apa-apa.
Mereka bisa melihat tapi cukup hanya melihat tanpa melakukan tindakan apa pun.

"MAS LINGGGAAAAAAA!!!" teriak seorang gadis yang tengah duduk di sebuah kursi roda.

Namun karena teriakan gadis itu langkah kaki Lingga langsung terhenti.
Ia menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

"Mas apa-apaan ini.. siapa wanita itu.." tanya gadis itu penuh dengan kekawatiran.

"Dia adalah wanita itu.. wanita yang hidup nyaman sedangkan adikku menderita.." jawab Lingga sambil menoleh ke arah Kania.

Kania bingung dengan apa yang terjadi saat ini. Siapa gadis yang duduk di kursi roda itu dan apa hubungannya dengan semua ini. Bahkan Kania tidak mengenal siapa gadis itu ia juga tidak cukup mengenal siapa Lingga.
Apa kesalahannya hingga di perlakukan seperti ini.

Gadis itu langsung kaget saat Lingga berkata "dia wanita itu".

"Mas.. hentikan mas.. jangan seperti ini aku mohon.. jangan mengulang hal yang sama mas.. Ranti mohon..hiks..hiks.." ternyata nama gadis itu adalah Ranti adik perempuan yang dikatakan Lingga saat di mobil.
Ranti terus memohon agar kakaknya mau berhenti dan tidak melakukan sebuah kesalahan.

Namun tangisan ranti seperti angin lalu di telinga Lingga. Lingga terus menarik paksa Kania untuk ikut bersamanya.
Ranti yang melihat hal itu semakin berteriak memanggil nama kakaknya. Hingga ia terjatuh dari kursi rodanya, Lingga berhenti sejenak.

"Bawa kembali Ranti ke dalam kamarnya.." perintah Lingga kepada maid yang selalu menjaga Ranti.

"Maaas Lingga... ranti mohon mas jangan begini mas.. dia gak salah mas.." teriak Ranti disisa-sisa tenaganya, ia yang dalam keadaan lumpuh tidak mampu menghentikan segala tindakan kakaknya.
Ia hanya terus menangis dan menangis memikirkan apa yang akan terjadi dengan wanita itu.

"Mbakkk.. tolong.. hentikan mas Lingga.." ujar Ranti kepada maid yang telah membantunya untuk naik ke kursi roda.

"Maaf nona saya tidak bisa melakukan apa-apa..lebih baik kita kembali ke kamar nona.." jawab maid dengan menyesal.

Ranti hanya bisa menangis tersedu-sedu saat maid mendorong kursi rodanya kembali masuk ke kamarnya yang berada di lantai satu.
Ia merutuki dirinya sendiri kenapa ia begitu lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa.
Setelah kembali ke kamar ranti di papah untuk naik ke ranjangnya.

"Kenapa mas Lingga seperti ini.. kenapa mas lingga harus melakukan itu.. wanita itu gak salah mas..hiks.. hiks.." gumam Ranti sambil menangisi kelakuan kakaknya.

***
Flashback
Ia tidak menyangka kakaknya akan melakukan hal yang sedemikian rupa. Karenanya kakaknya berubah menjadi pria yang kejam dan tidak punya hati. Padahal sebelumnya kakaknya adalah orang yang berhati lembut dan sopan terhadap orang lain. Apalagi terhadap seorang wanita.

Saat kedua orang tua mereka meninggal dunia akibat dari kecelakaan. Lingga masih berumur 17 belas tahun harus menjaga Ranti yang masih berumur 10 tahun.

Beruntungnya ia tidak perlu pusing dengan biaya hidup untuk kedepannya karena kedua orang tuanya telah mewariskan kekayaan yang cukup berlimpah untuknya dan juga adik perempuannya.

Lingga begitu menyayangi adiknya ranti, apa pun yang diinginkan oleh ranti sekuat tenaga lingga akan mengabulkannya.
Namun semua berubah saat kejadian buruk menimpa Ranti.

Ranti meminta izin untuk pergi bersama dengan temannya untuk menghadiri pesta ulang tahun teman sekolahnya.
Ranti berkata pesta itu di adakan di sebuah hotel. Dengan senang hati Lingga mengizinkan Ranti pergi.

Lalu hingga pukul 10 Ranti juga tidak kunjung pulang, Lingga menunggu Ranti hingga larut malam. Ia begitu kawatir dengan keadaan adiknya, sudah berkali-kali ia menelfon adiknya namun tidak ada jawaban. Ia bahkan sudah memerintahkan orang-orangnya untuk mencari keberadaan adiknya di hotel dimana pesta itu. Ternyata nihil hotel itu sama sekali tidak sedang mengadakan pesta ulang tahun.
Dari situ lah Lingga tau bahwa Ranti membohonginya.

Setelah menunggu lama tiba-tiba Lingga mendapatkan sebuah telfon dari kepolisian.

"Permisi apakah benar ini bapak Lingga Tirta Nugraha?" Tanya polisi di telfon.

"Iya saya sendiri.. maaf ini siapa?"

"Saya pihak kepolisian ingin menyampaikan perihal adik bapak yang kini sedang berada di rumah sakit.." ujar polisi itu menjelaskan.

"APA???? ADIK SAYA MASUK RUMAH SAKIT?.." teriak Lingga kaget.

"Untuk keterangan lebih lanjut bapak bisa datang kesini."

"Baiklah pak saya akan segera kesana." Ujar Lingga.

Dengan terburu-buru ia mengendarai mobilnya menuju kerumah sakit dimana adiknya sedang menjalani perawatan serius.
Ia tidak perduli dengan apa pun lagi yang ada di fikirannya saat ini adalah bagaimana keadaan adiknya.

Seampainya di rumah sakit Lingga langsung menuju ruang IGD dimana adiknya berada. Ia melihat tubuh adiknya sedang terbaring tak bedaya. Wajahnya penuh dengan luka, bajunya robek dan kakinya dipenuhi oleh darahnya.
Lingga syok melihat adiknya seperti itu air matanya langsung menetes tak tertahankan.

"Maaf dengan bapak Lingga?"

"Iya benar saya Lingga." Jawab Lingga yang langsung mengusap wajahnya.

"Kami dari pihak kepolisian akan menjelaskan kronologi kejadian yang sebenarnya."

Lingga duduk mendengarkan segala kejadian yang menimpa adik perempuannya itu. Ia tiada henti-hentinya mengusap air matanya terkadang mengepal tangannya dengan penuh amarah.

CINTA KANIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang