BAB 3

5.2K 414 1
                                    

JANGAN LUPA DI VOTE.

Kania semakin ketakutan saat Lingga membawanya ke sebuah kamar yang letaknya berada di lantai dua.

"Mas tolong lepasin saya..saya salah apa sama mas Lingga.. tolong jangan sakiti saya..hikss..hikss..." Kania terus memohon kepada Lingga agar Lingga berbaik hati untuk melepaskannya.

Lingga membuka pintu kamar yang ternyata adalah kamar miliknya sendiri.
Kamar yang begitu mewah dan maskulin sesuai dengan image Lingga yang seorang pria gagah dan tampan.

Lingga terus menarik Kania lalu ia melemparkan Kania tepat ke atas ranjangnya yang cukup besar.
Tubuh ania sedikit terpental karena empuknya ranjang yang dimiliki Lingga.
(Maklum orang kaya ranjangnya pasti mehong).

Kania langsung bangun dan meringkuk ke ujung kepala ranjang, menutupi seluruh tubuhnya dengan tangannya.

"Mas tolong jangan sakiti saya.. saya salah apa sama mas.. kita bisa bicarakan semuanya baik-baik.."ujar Kania mencoba menarik empati Lingga.

"Kau fikir aku akan membiarkanmu lolos begitu saja.. tidak Kania.. setelah apa yang kau bukan tapi kekasihmu lakukan terhadap adikku.. kau lihat? Bagaimana keadaan adikku sekarang? Dia cacat dia tidak bisa berjalan dan masa depannya hancur berkeping-keping.." ujar Lingga dengan penuh amarah jika mengingat kembali masa-masa dia merawat adiknya yang mentalnya terguncang karena menjadi korban pemerkosaan.

Bahkan karena kejadian itu ia tidak bisa berjalan karena luka yang parah di tulang ekornya.
Betapa kejamnya seorang pria setelah memperkosanya lalu ia dengan sengaja melempar Ranti keluar dari mobil yang masih dalam keadaan berjalan.

Kania menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Lingga adalah kakak dari gadis yang di perkosa oleh kekasihnya dulu.

"Sekarang kau ingat? Kau ingat betapa bejatnya kekasihmu itu kania?" Ujar Lingga dengan penuh amarah.

Kania yang tidak merasa bersalah atas kejadian yang menimpa adiknya Lingga. Bahkan ia sama sekali tidak mengenal Lingga atau adiknya Lingga.
Ia juga tidak menyangka bahwa kekasihnya begitu bejat hingga tega melakukan hal yang buruk terhadap seorang wanita.

"LANTAS APA SALAHKU HAAA.. APA SALAHKU DENGAN SEMUA KEJADIAN YANG MENIMPA ADIKMU.. RENO ITU CUMA MANTAN KEKASIHKU.." teriak Kania yang merasakan ketidakadilan untuk dirinya.

Mendengar Kania berteriak padanya Lingga semakin berang. Ia dengan cepat menarik dasi yang mengikat di lehernya ia buka setiap kancing kemejanya dan tidak lupa melepaskan ikat pinggangnya.

"Mau apa kamu.." ujar Kania yang kaget dengan tindakan yang di lakukan Lingga.

"Kau tanya aku mau apa? Aku hanya sedang membalaskan dendam adikku terhadapmu Kania.. agar kau juga merasakan apa yang di rasakan oleh adikku dulu.."

"KAU GILAAAAAA!!!" Teriak Kania dengan amarah dan rasa takut bercampur menjadi satu.

Lingga semakin mendekat ke arah kania, kania mencoba untuk mencari celah agar bisa kabur dari Lingga.
Dengan cepat ia bangkit saat Lingga sudah berada di atas ranjang.
Kania berlari ke arah pintu kamar namun sungguh malang nasib Kania pintu kamar sudah terkunci.

Ia bersusah payah berlari dengan kaki yang pincang akibat terjatuh dari tangga saat Lingga menarik paksa tanganya.
Usahanya kini sia-sia ia tidak bisa lari kemana-mana.

"Kau tidak bisa lari kemana-mana Kania hahahaha" ucap Lingga sambil tertawa licik.

"Jangan mendekat aku mohon jangan mendekat.." Kania terus memohon, lalu ia mencoba berlari namun sialnya ia malah terpeleset karena menginjak kemeja Lingga yang berada di lantai.

Gedebug!!!
Kania terjatuh ke lantai.
Lingga kini sudah berjongkok tepat di kakinya Kania, ia menarik kaki kania yang terluka karena terjatuh dari tangga tadi.

"Aaakkkhh...sakitttt.." teriak Kania yang kesakitan karena kakinya di tarik paksa oleh Lingga.

"Kenapa? Sakit? Ini belum seberapa dengan sakit yang di derita oleh adikku.." ujar Lingga marah.

Lingga menggendong Kania ala bridal style, lalu ia menjatuhkan Kania ke ranjangnya kembali.
Kini Kania sudah dalam kendalinya lingga, lingga membelenggu Kania dengan tubuh besarnya.

Dengan penuh paksaan Lingga membuka kaos yang di pakai Kania.
Lalu ia mengikat tangan Kania ke atas kepala dengan menggunakan dasi miliknya.
Mulut Kania di bekep dengan kaos milik Kania sendiri agar kania tidak berteriak.

"Mmmmmmpppptttt" Kania mencoba untuk berteriak namun usahanya sia-sia, ia hanya membuang tenaganya saja.

Tanpa Kania sadari tubuhnya sudah tidak ada sehelai benang pun yang menutupinya.
Maluuuu.. kania merasakan malu yang sangat luar biasa.

"Kenapa harus aku.. hiksss.. hiksss.. kenapa harus aku yang membayar kejahatan yang di lakukan Reno.. apa salahku." Gumam Kania di dalam hatinya.

***

Ketika pagi hari Kania terbangun dengan tubuh yang begitu sakit dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Ia melihat dirinya sendiri tubuhnya yang tidak mengenakan apa-apa hanya tertutupi oleh selimut.
Yang menjadi bukti bahwa kejadian semalan bukan hanya sekedar mimpi.

"Aku kotor.. hiksss.. hikss.. aku kotor.." gumam Kania sambil menangis.
Ia memeluk tubuhnya sendiri menangis meringkuk sendirian di kamar itu.
Sang pemilik kamar tidak terlihat batang hidungnya.

Mungkin setelah selesai menghabisi Kania ia pergi meninggalkan Kania sendirian di kamarnya.
Kania melihat bercak darah menempel di kain sprai yang ia yakini itu adalah miliknya.
Karena Kania belum pernah di jamah lelaki mana pun.
Ia selalu menjaga kehormatannya untuk pria yang kelak di takdirkan sebagai jodohnya.

Namun kini semuanya hancur berkeping-keping, siapa yang akan sudi menikahinya yang sudah ternoda ini.
Masa depannya hancur dan keluarganya pasti akan kecewa.
Mereka pasti tidak akan bisa menerima kenyataan bahwa putri satu-satunya mereka sudah tidak suci lagi.

Kreeekk!
Pintu kamar terbuka.
Kania reflek menarik selimutnya untuk menutupi seluruh tubuhnya.
Ia takut yang akan masuk ke kamar adalah Lingga namun ternyata ia salah.

Kursi roda masuk ke dalam kamar dengan seorang gadis cantik yang mendudukinya.
Ranti mengunjungi Kania di kamar kakaknya.
Ekspresi wajahnya menunjukkan penyesalan yang begitu mendalam.
Kania menunduk tidak ingin menatap mata ranti, entah ia harus marah karena telah menjadi korban keganasan kakaknya atau ia harus iba melihat bagaimana keadaannya Ranti.

Karena saat ini ia juga merasakan hal yang sama seperti yang Ranti rasakan bahkan mungkin lebih menyakitkan yang di rasakan oleh Ranti dibandingkan dirinya.

CINTA KANIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang