04 | Harapan yang Masih Bersarang

189 31 2
                                    

|Aku, Kamu dan Stetoskop|

"Mengapa harus membuatku berharap, jika pada akhirnya kamu juga yang menghancurkan harapan itu?"

- Ghaziya Fathia Azzahra -

Seorang perempuan dengan rambut panjang terikat keluar dari ruang operasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang perempuan dengan rambut panjang terikat keluar dari ruang operasi. Menurunkan maskernya dibawah dagu lalu tersenyum kepada sepasang suami istri yang merupakan keluarga pasien.

"Bagaimana keadaan anak saya dokter?"

"Anak kalian sudah melewati masa kritis, namun kami harus memantau perkembangannya selama beberapa hari sampai kondisinya benar-benar stabil," jelas perempuan itu.

"Syukurlah, terima kasih banyak dokter."

"Sama-sama. Saya permisi ya," pamitnya lalu meninggalkan kedua pasangan itu menuju wastafel untuk mencuci tangan.

Suara dering handphone disaku jas dokternya bergetar lalu mengangkat panggilan tersebut.

"Assalamu'alaikum menantuku yang cantik. Gimana keadaan kamu sayang?"

"Arumi baik tante. Tante gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah baik kok, kan ada menantuku yang rawat," puji wanita paruh baya itu dari balik telepon yang tak lain adalah Yena, mama Jun.

Perempuan bernama Arumi itu tersenyum, pipinya memerah mendengar pujian itu. Tinggal sebulan lagi ia akan menikahi sosok yang membuatnya jatuh hati selama hampir 6 tahun.

Saat itu, Jun mengalami cedera berat dibagian kepala yang menyebabkan
kerusakan pada bagian sistem limbik yang ada di otak. Bagian ini berperan dalam mengatur ingatan dan emosi seseorang. Itulah yang membuat Jun kehilangan ingatan mengenai masa lalunya.

Dialah yang merawat lelaki itu selama di korea, hingga melewati masa kritisnya. Ia bahkan rela pindah agama hanya agar ia dan Jun meyakini Tuhan yang sama.

Walau ia tidak bisa menepis fakta, bahwa selama ini dia dicintai akibat bayangan sosok perempuan di masa lalu Jun. Arumi harus bersandiwara menjadi sosok itu, karena itulah yang membuat Jun bisa membuka hati untuknya.

Ia tahu ini egois. Namun tidak bisakah sekali ini saja? Lagipula, perempuan itu bukan seseorang yang baik buat Jun karena sudah mengkhianatinya, sehingga membuat Jun mengalami kondisi kritis, begitulah yang mama Jun ceritakan padanya.

"Kapan kamu kembali ke Indonesia?"

"Hmm, mungkin seminggu sebelum pernikahan tante," jawabnya.

"Loh, masih lama ya? Padahal tante udah ga sabar pengen ketemu kamu."

"Hehe, doain Arumi ya tante, biar semua dilancarkan Tuhan."

"Pasti sayang, yaudah kamu lanjutin aktivitas kamu ya, tante tutup dulu, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Aku, Kamu dan Stetoskop | 𝑬𝑵𝑫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang