20 | Tak Bisa Saling Menggapai

97 11 2
                                    

|Aku, Kamu dan Stetoskop|

Hanya karena saling mencintai, bukan berarti jodoh sampai mati, kan?

- Ghaziya Fathia Azzahra -

"Kamu tahu, mengapa Ayah berpikir begitu?"Jun yang saat itu baru saja sampai dirumah dan hendak menemui khalid diruang kerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu tahu, mengapa Ayah berpikir begitu?"
Jun yang saat itu baru saja sampai dirumah dan hendak menemui khalid diruang kerja.

Ia menghentikan langkahnya saat terdengar sayup-sayup suara Sang Jae, ayahnya, tengah berbincang dengan seseorang yang diduganya ialah Khalid.

"Itu karena saat itu ia bilang bahwa hidupnya hanya ingin mendapat pengakuan Allah, bukan pengakuan manusia. Ia tak peduli bagaimana orang-orang memandangnya ataupun memandang buruk kebaikannya." Jun berjalan mendekat ke arah rooftop, hingga percakapan Khalid dan Sang Jae kian terdengar.

"Ayah benar, perempuan itu memang istimewa. Tidak heran jika kakak begitu mencintai---"

"Aku mencintai siapa?" sela Jun yang terlanjur penasaran dengan arah pembicaraan keduanya.

"Jun?" panggil Sang Jae dengan nada kaget.
Khalid pun begitu, namun dengan cepat ia menetralisir kekagetannya.

"Arumi. Siapa lagi yang kamu cintai kalau bukan Arumi?" ujar Khalid.

"Hah ... Ayah, aku capek, Khalid istirahat dulu, ya," pamit Khalid sekilas melirik ke arah Jun lantas berlalu menuju kamarnya.

"Kamu juga istirahat, Jun. Pasti capek setelah berjam-jam operasi, kan?" Sang Jae menepuk pelan pundak Jun dan tersenyum, sementara Jun hanya tersenyum tipis sebagai jawaban iya.

Setelah membersihkan diri dan menunaikan solat isya. Ia mengetikkan sebuah nama dikontak pencarian, lantas menghubunginya.

"Gimana? Udah dapet info belum?" tanya Jun tanpa basa-basi.

"Aneh, Jun."

"Apanya?"

"Data tentang dia, nggak ada sama sekali tahu gak? Gue udah berusaha retas beberapa media informasi, tetap aja gak nemu. Cewek ini pasti dilindungi ama seseorang yang punya pengaruh, gue yakin!"

Jun menyugar rambutnya kebelakang. "Lah, terus? Gimana?"

"Yahh, gitu aja .... Eh btw, dia siapa elo, Jun? Lo gak berencana duain Arumi, kan?"

"Entahlah, Dar."

"Jadi, lo beneren berencana berpaling, Jun? Wah gilak, sih, lo!" ujar Daren tak habis pikir.

*ᶠˡᵉˢʰᵇᵃᶜᵏⁿʸᵃ ᵇⁱˢᵃ ᶜᵉᵏ ᵈⁱᵇᵃᵇ ᵈᵉˡᵃᵖᵃⁿ*

Jun mengingat kembali percakapannya dengan Daren, sahabatnya selama di Korea. Matanya memandang Ziya lekat, membuat perempuan itu hanya bisa diam membisu.

Aku, Kamu dan Stetoskop | 𝑬𝑵𝑫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang