18 | Cinta Sepihak

73 12 0
                                    

|Aku, Kamu dan Stetoskop|

Dan, aku bukan perempuan yang akan menjadi masa depanmu. Aku menyerah, Jun.

- Lee Aeri Rumi -

Tiga hari yang lalu sebelum Arumi bertemu Ziya di cafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari yang lalu sebelum Arumi bertemu Ziya di cafe

"Apa kamu beneran perempuan itu?"

Pertanyaan Jun berhasil membuat Arumi mematung beberapa saat.

"Arumi?" ulang Jun.

"Ha? Oh, ten-tentu saja itu a-ku," jawabnya dengan terbata-bata.

"Lalu kenapa kamu tidak berhijab?" tanya Jun lagi.

"Ma-maksud kamu? Ahh. Aku tahu, kamu mulai mengingat masa lalumu, dan kamu mencurigai orang itu bukan aku? Benarkan?" terka Arumi tepat sasaran.

"Iya. Walau wajahnya masih belum jelas, tapi di ingatanku, perempuan itu menggunakan hijab. Aku yakin itu. Tapi aku tidak bermaksud mencurigaimu, aku percaya padamu, hanya---"

"Jun," panggil Arumi menyela penjelasan Jun.

"Seandainya ..., aku memang bukan perempuan itu, apakah ... pernikahan kita masih bisa diteruskan?" Perempuan itu menatap Jun lekat, berharap ada sedikit harapan baginya untuk bisa berada di sisi Jun.

"Apa? A-aku tidak mengerti yang kamu katakan." Jun memalingkan wajahnya, ada gemuruh dalam dadanya yang rasanya semakin mengeras.

Arumi menggenggam kuat tas selempangnya. Menguatkan dirinya untuk mendengar jawaban yang selalu ia hindari selama 6 tahun. "Jawab aku Jun!!" teriak Arumi dengan lantang.

Jun tersentak. Matanya beradu tatap dengan Arumi, ada rasa sesak yang menyelusup dalam dadanya. "Dengarkan aku Arumi, Aku mencintaimu, sungguh. Tapi ..."

"Tapi kenapa?"

"Jika perempuan itu bukan kamu, aku tidak yakin untuk melanjutkan pernikahan."

Pertahanan Arumi runtuh seketika. Ia duduk bersimpuh di hadapan Jun bersama air mata yang semakin deras mengalir di kedua pipi perempuan itu. Harapan yang ia bangun selama 6 tahun ternyata hanya ilusinya saja. Jelas sudah semuanya.

Bukankah sejak awal memang hanya dia, kan? yang berjuang.

"Arumi!!" Jun ikut mensejajarkan posisinya. Diangkatnya pelan wajah Arumi yang tertunduk, "Kamu kenapa? Bukankah tadi kamu hanya berandai saja? Kenapa malah seperti ini? Lagipula perempuan itu memang kamu, kan? Bisa saja aku salah ingat, atau kamu melepas hijabmu karena alasan pribadi. Begitu, kan?" cerocos Jun dengan segala kemungkinan yang ia pikirkan. kepalanya benar-benar tidak bisa menerima, jika perempuan sebaik Arumi menipu dirinya.

"Hahaha. Berhentilah membodohi dirimu sendiri Jun, kamu pasti tahu dengan jelas kebenarannya."

"Arumi please ..., aku masih tidak paham yang kamu katakan. Sudah lupakan saja, anggap aku tidak pernah menanyakannya."

Aku, Kamu dan Stetoskop | 𝑬𝑵𝑫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang