PUISI 4

24 2 0
                                    

1.Kusangka bunga mekar bersemi,
Rupanya layu lalu mati.
Kusangka bunga harum mewangi,
Rupanya busuk jatuh ke bumi.

Kusangka jalinan cinta abadi,
Rupanya selesai sampai di sini.
Bertahun sudah kujalin cinta,
Rupanya hanya sia-sia.

Kalau kutahu begini,
Untuk apa berkorban untukmu selama ini.

2.Saat kau pergi dan tanpa kau sadari.
Ada luka yang tak terlihat
Terasa dingin dan meyayat.
Daun-daun asmara berguguran

Diterjang sendu, hancur berserakan.
Disaat ranting-ranting penopang hati mulai tanggal
Tak tersisa lagi jejak kenangan yang tertinggal.

Tanpa permisi, rasa perih menghampiri.
Menghapus rangkaian cerita indah yang sempat singgah.
Istana cinta yang dulu megah.
Kini telah hancur luluh lantah.
Oleh badai yang membawamu pergi.

3.Ada mata yang tak mampu terpejam diujung malam.
Ada seutas senyum yang begitu menawan terus datang menghampiri
Begitu indah namun hanya ilusi.

Ada suara memanggil tanpa rupa
Melambaikan tangan tanpa kata.
Ku kira nyata namun hanya fatamorgana

Ada bayangan wajah yang se’akan abadi terukir
Dari pemilik nama yang menyimpan memori manis dan getir.
Ada rindu dan harapan yang tak pernah mendapat jawaban.
Hanya khayalan yang tertampar kenyata’an

Bagaikan hujan yang tak sempat menyapa pelangi.
Engkau yang pergi tanpa pernah memberiku kesempatan untuk menanti.

4.Untaian kata cinta tertahan diantara lipatan kertas.
Melayang tertiup angin hilang tak berbekas.
Ada harapan yang tak sempat terbaca.
Oleh pena yang dulu pernah singgah dan menulis rangkaian cerita indah yang terlukis dibibir senja

Masa lalu kini menjadi satu-satunya kenangan yang tersisa.
Dari barisan mimpi yang sempat terangkai, namun kini tak nampak lagi rupanya.

Angin malam bisikan rindu yang tak sempat diterjemahkan.
Nelangsa menyapa dari balik bayang-bayang wajah yang tak mampu terurai

Terasa jiwa mulai redup tak terselami cahaya
Bagaikan pelangi pudar yang merindukan warnanya.
Untuk sekian waktu.

Kembali aku terhanyut oleh dingin tak bersalju.
Kesunyian ini membuat hatiku terasa kian membeku
Tak lagi mampu membuka perasaan, menulis cerita dalam lembaran baru.

Ketika sang pena mulai hilang dan berlalu.
Tanpa sepatah kata
Meninggalkan kertas lusuh yang menyimpan rindu tak tersentuh.

5.Rasa ini menjerit
Hati ini sakit perih tak tampak
Batin ini bingung tak menentu
Namun semua tertahan tak dapat menyeruak

Tak ada yang tau, tak ada yang peduli
Tak ada yang mendengar
Jeritan hampa ini
Di sini…

Senja tak menyapa gunung
Dan hamparan airpun tak mendengar
Jeritan nada yang terkalahkan oleh deburan
Teriakan ombak menghempas
Karang..

Aku tertawa dalam kekalutan
Aku tertawa dalam hinaan diri
Aku terenyuh diam tak menatap
Tatapan hamparan lautan kosong

Dengan patahan harapan
Aku terdiam membisu
Hanya dengan air mata.

6.Nyanyian rindu tak selamanya menyenangkan
Ada beberapa bait yang terdengar sengau saat didendangkan

Bukan
Bukan nadanya yang salah
Baitnya yang terlalu dipaksa
Dipaksa untuk mencipta sebuah kata
Yang sejatinya tak pernah Ada

Terlalu takut untuk menerima nyata
Bahwa itu adalah sebuah asa
Terbuai dalam nina bobo harap
Hingga waktu berdetak berderap

Bahkan, kau tidak sadar
Bait itu, hanya mimpi
Maka, kembalikan dia kembali ke ketiadaan
Karena sejatinya, bait itu tak pernah ada

7.Pada angin senja
Menyambangi jauh menelisik rasa
Ada yang tersimpan di balik dada
Melumuri jiwa yang merana

Lembut pada angin
Seketika mata terpejam kenang
Kupapahkan sepoi dari silir angan
Tak bisa ku tahan debaran kencang

Namun demikian yang bisa
Terbiarlah aku merakum lara
Walaupun hanya sekejap rasa
Atau setidaknya melepas dari jiwa

Pada angin senja
Di setiap ruas-ruas waktu memacu
Ingin ku hempas jiwa yang merana
Tersebab oleh luka lama terajam ngilu
perangkai sepi

8.Dear Kamu…
Kenangan terindah dalam hidupku..
Maaf bila cinta ini semngkin hari semangkin permanen..
Maaf bila rasa ini semangkin melekat erat..

Maaf jika kamu terus menanggung dosa karna aku yang tidak pernah berhenti untuk mengagumimu..
Dan maaf karna aku yang tidak bisa melepasmu dari hati dan hidupku..
Tapi, sungguh aku mengatakan..
Bahwa tidak ada lagi cinta yang sanggup untuk menggeser ataupun menggantikan posisimu dihati kecilku ini..

Maafkan bila aku terlalu mencintaimu..
Jika saja aku bisa bertanya pada Tuhan aku hanya ingin mengatakan “Mengapa Allah hadirkan kamu dihidupku..?
Mengapa Allah membuat cinta dihatiku..?
dan Mengapa pada akhirnya akulah yang tersakiti..?”

Tapi, aku bisa apa ?
Aku terlalu Fana untuk menuntut yang Kuasa..
Mungkin benar allah takdirkan kamu sebagai kenangan bukan tunangan..
Selamat tinggal Masa laluku..

9.Ketika Sang Pemberi Cahaya telah lelah tuk menyinari
Menghadirkan gelap, sunyi, sepi

Bergerak pun takut..
Hanya peraba dan insting yang bekerja
Kau tahu,

Cahaya kegelapan telah sirna
Redup tak berarti
Menghadirkan sedalam luka

Dan, kau tahu..
Bahkan satu katapun
Itu sangat sulit untuk menggambarkan suatu rasa
Yang sulit untuk dicerna oleh akal dan pikiran

Biarlah..
Setiap kata yang saling tak sepihak
Hadir menyempurakan luka
Yang mengering oleh air mata penyesalan

Salahku..
Yang menghadirkannya..
Sebait luka yang tak dapat ku mengerti…

10.Rumput bergoyang di hadapanku
Seakan mengajakku menari bersamanya
Tiada alunan musik yang mengiringi tarian kami
Dunia jadi saksi buta tentang itu

Banyak angin tak terlihat menghipnotisku
Menembus setiap tetesan yang mengalir di tubuhku

Penatku hilang di hembus angin sepoi-sepoi
Risauku pupus bersama butiran keringat
Perlahan aku mulai tenggelam
Menjauh dari sendu keheningan.

Jangan lupa Tinggalkan jejak Dengan vote dan coment
Salam manis dari anak Beltim

KUMPULAN PUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang