32. Khitbah

945 133 25
                                    

Bahagia memang diciptakan oleh diri sendiri. Namun terkadang, kita juga memerlukan bantuan orang lain untuk membantu menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.

🍁🍁🍁

Hanna menjalani hari-hari layaknya mahasiswa rantau pada umumnya. Bedanya, Hanna jadi lebih rentan sakit sekarang, walaupun cuma sekadar flu. Padahal dirinya sudah berada di Belanda hampir dua tahun lamanya, namun sepertinya sakit tidak mengenal waktu. Musim di kota Amsterdam, dengan musim di Indonesia memiliki perbedaan yang signifikan. Terlebih lagi sekarang di sana sedang mengalami musim salju. Bisa dibayangkan separah apa flu Hanna yang notabene tidak kuat dengan cuaca dingin.

Tidak berselang lama, Maria, penghuni apartemen sebelah dengan Hanna tiba-tiba masuk membawa secangkir teh chamomile hangat. Selama dua hari ini, Maria yang merawat Hanna dengan telaten. Maria sudah Hanna anggap seperti Kiya. Kalau tidak sedang kuliah, apartemen Hanna akan ramai dengan teman-temannya yang sedang main, namun karena memiliki kesibukan masing-masing, jadilah Hanna tinggal berdua saja dengan Maria.

“Siang nanti, lebih baik ke dokter kalau sakitmu bertambah parah, Han,” tutur Maria dengan bahasa asing sambil menyiapkan semangkuk sereal untuk sarapan Hanna. “Ini, makanlah!”

Thanks, Maria,” ujar Hanna lemah. “Jangan khawatir, aku sudah lebih baik, Maria.”

Yeah, I hope so. Get well soon, Sister.

Keduanya lantas menikmati sarapan sereal ditemani dengan teh chamomile hangat yang menjadi teman untuk cuaca dingin pagi hari ini.

***

Jauh ribuan mil di Indonesia, lebih tepatnya di kota istimewa, Jogjakarta, keluarga Hanna tengah berkumpul untuk membahas hal yang cukup serius.

Semalam, ada sebuah nomor tidak dikenal tiba-tiba menghubungi Luhur, dan berkata akan berkunjung ke rumah bersama keluarganya. Luhur bertanya siapakah dia, dan hanya dijawab dengan “seseorang yang memiliki niat serius dengan Hanna.”

Tidak lama, suara mobil berdengung memasuki halaman rumah Hanna. Keluarga Hanna langsung memosisikan diri di tempat masing-masing. Luhur dan Ratih berjalan keluar untuk menyambut kedatangan tamu yang masih belum diketahui identitasnya ini.

Setelah berbasa-basi layaknya orang bertemu, Ratih dan Luhur segera membawa tamu-tamunya masuk ke dalam. Semakin cepat masuk, semakin cepat pula mereka tahu maksud dan tujuan keluarga tamu misterius mereka ini.

“Sebelumnya mohon maaf kepada keluarga Pak Luhur, karena kedatangan kami yang sangat mendadak. Jujur, saya juga kaget karena tadi pagi, anak kami ini baru memberitahu kalau ingin meminang putri Bapak dan Ibu. Kami mohon maaf sekali kalau memang bingkisan yang kami bawa ini terkesan seadanya saja," tutur bapak dari pihak lelaki. "Sampai lupa juga untuk memperkenalkan diri. Perkenalkan saya Mahmud, itu istri saya Citra, dan ini putra kami Affan.”

Luhur menanggapi perkenalan keluarga Mahmud dengan memperkenalkan satu per satu anggota keluarganya-minus Hanna.

Obrolan pembuka dari kedua belah pihak terus mengalir seolah mereka telah akrab dan bertemu sejak lama. Hingga akhirnya maksud inti dari kedatangan keluarga Mahmud ke kediaman rumah Hanna, yang disampaikan langsung oleh sang pria.

“Datangnya saya berserta keluarga ke sini adalah dengan maksud membawa niat baik, yaitu meminta putri Bapak untuk menjadi pendamping guna melaksanakan ibadah terpanjang bersama saya. Saya berniat mempersunting putri Bapak, Rihanna, untuk menjadi istri saya. Saya tidak bisa berjanji akan selalu membuat putri Bapak dan Ibu selalu bahagia, namun sebisa mungkin saya akan bertanggung jawab dan selalu mengusahakan kebahagiaan hadir di tengah-tengah keluarga kecil kami nantinya. Saya mengaku masih banyak kekurangannya, namun saya yakin, Allah memilihkan Hanna untuk melengkapi kekurangan pada diri saya. Saya meminta izin untuk mengikat Hanna dalam ikatan pernikahan bersama saya. Keputusan saya serahkan sepenuhnya kepada Pak Luhur sekeluarga.”

Cinta untuk Hanna ✔ [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang