12. 🌺Di perhatikan🌺

302 20 1
                                    

Walau di landa penasaran, Alin tetap keluar dari ruangan tersebut. Alin keluar karena di tarik oleh liza, namun kepalanya masih menatap pria tersebut penasaran.

"Ayo lin... jangan ngeyel... dia pemilik rumah sakit ini"bisik Liza sebelum ia menarik temannya yang masih terpaku tersebut

"Hah"ucap Alin melongo

Tepat di depan pintu keluar, Alin dan Liza di buat berhenti seketika.

"Berhenti... Dokter Alinaya... dan anda keluarlah"ucap pria itu datar

"Huh??"

"Dokter Liza saya tidak suka mengulang apa yang saya katakan"ucap pria dingin

Alin dan Liza sama sama saling melongo, bahkan bukan hanya mereka. Semua orang masih berada di sana, bahkan sangat terkejut.

"Ekhmmm"deheman dingin itu pun menyentak mereka dari lamunan

Dengan sigap Profesor yang mengerti sifat atasannya itu menarik Liza keluar, menutup pintu ruang tindakan tersebut. Menyisakan Alin dengan kegugupan dan Andrew yang sejak tadi menatap intens gadis di depannya ini.

"Apa anda akan tetap berdiri di situ saja?"ucap Andrew

Ingin rasanya ia tertawa dan memeluk tubuh langsing milik gadis tersebut. Andrew bahkan harus menahan senyumnya saat melihat kilatan ketakutan Alin.

"O-oh... Ayo Tuan... silahkan duduk di brankar..."ucap Alin profesional

Andrew dengan cepat naik ke atas brankar, duduk di sana. Brankar di tempatkan di tengah tengah ruangan, dan andrew duduk membelakangi pintu. Andrew masih bisa merasakan mata mata manusia masih menghunus punggungnya

Matanya masih mengikuti kemana pun dokter cantik itu pergi.

"Cantik"batin andrew berteriak riang

Alin berjalan ke arah wastafel, mencuci tangannya lalu mengeringkannya cepat. Alin juga dengan cekatan mengambil dan memasang sarung tangan steril.

Semua yang di butuhkannya sudah tersaji di sana, karena semua orang tadi juga dengan cepat mempersipkan semua yang di butuhkan sebelum di usir oleh Andrew.

"Tuan... apa anda bisa membuka kemeja anda dulu... saya akan melihat luka anda"ucap Alin menatap mata Andrew

"Saya tidak kuat"ucap Andrew singkat

"Akan saya bantu... permisi"ucap Alin

Dengan hati hati alin membuka kancing demi kancing kemeja pria tersebut. Semua orang yang berada di luar bahkan harus menutup mulut mereka, takut kelepasan berteriak histeris.

Rasa iri hinggap di hati para tenaga meding wanita di sana, keberuntungan alin bisa memegang, berinteraksi secara dekat dan langsung dengan Andrew. Bahkan sekarang membantu membuka kemeja hitam pria tersebut.

"Apa kalian tidak memiliki pekerjaan lain selain mengintip pekerjaan orang... PERGI ATAU SAYA PECAT"ucap Andrew di akhiri teriakan

Serempak suara langkah berlari menjauh dari sana terdengar.

Matanya memang tidak melihat langsung, namun mata orang orang tersebut seperti menembus punggungnya.

Hampir saja Andrew tersenyum kecil saat melihat pipi Alin yang memerah malu. Bahkan bisa di lihat mata cantik tersebut sesekali menatap pintu ruangan tersebut waspada.

Mata Andrew masih fokus menatap dokter cantik di depannya ini. Semakin Alin membuka kancing kemejanya, semakin panas pula suhu ruangan dan tubuhnya.

Andrew menatap tabjuk gadis di depannya ini, semakin kemejanya di buka lebar semakin pula pipi gadis itu memerah.

"Imut"batin Andrew menatap wajah ayu tersebut

Alin langsung mengambil kasa steril guna mengalihkan perhatiannya, setelah di buka semua kemeja pria itu terlepas. Otomatis badan atletis terpampang jelas dan indah di depan mata Alin, dia malu sendiri.

Alin dengan menormalkan wajah dan hatinya, lalu kemudian mendekat dan mulai membersihkan luka tersebut.

"Akan sedikit sakit Tuan..."ucap Alin berusaha memecah kesunyian yang ada

"Hmmm"

"Ini tadi kenapa Tuan... kalau boleh tahu?"tanya Alin masih membersihkan luka tersebut

"Tertembak"ucap Andrew lembut yang membuat Alin tertegun sebentar

"Saya akan mengeluarkan pelurunya Tuan... sepertinya dalam..."ucap Alin

"Saya akan memberikan anestesi lokal..."ucap Alin berjalan menuju lemari besi yang berisi suntikan dan segala jenis cairan injeksi

Alin mengambil satu buat ampol anestesi dan juga sebuah suntikan kecil, Alin lalu mulai mengisinya.

"Permisi Tuan... tenang"ucap Alin menyuntikkan pelan cairan tersebut

Andrew bahkan tak merasa sakit sama sekali, apa lagi menangis meraung raung. Bukanlah gayanya, Andrew akan menangis bila sang pujaan hati di depannya ini meninggalkannya.

Suasana hening, dengan Alin yang fokus pada luka Andrew. Sedangkan sang empunya malah sibuk dengan memperhatikan wajah cantik tersebut.

Butuh waktu sekitar 30 menit untuk Alin dari mengambil peluru, membersihkan luka, dan hingga menjahitnya. Sekarang Alin juga sudah membungkusnya dengan kasa, setelah sebelumnya di beri salap antibiotik terlebih dahulu.

"Selesai"ucap Alin tersenyum manis sambil menunduk membuka sarung tangannya tanpa melihat lawan bicaranya

"Tuan"ucap Alin mengangkat kepalanya guna melihat lawan bicaranya

Alin langsung mematung saat di tatap seintens itu oleh pria di depannya ini, apa yang salah dengan wajahnya.

"Kenapa Tuan?"

"Tidak"

Hanya itu sahutan Andrew, setelah itu Andrew bangkit dari brankar.

"Silahkan duduk dulu pak... saya akan memberikan resep obat..."ucap Alin berjalan tersebih dahulu menuju sebuah meja

"Apa luka saya tidak di bersihkan setelah ini?"ucap Andrew dingin

"Ah... untuk itu sudah saya resepkan di dalam sini pak... bapak hanya perlu menyuruh seseorang untuk mengganti kasa dan perban luarnya... sebelum itu pasang salap..."ucap Alin tersenyum ramah menjelaskan

"Saya tidak percaya orang lain untuk membersihkan luka saya"ucap Andrew lugas memberikan alasan

"Ni orang kenapa sih?"batin Alin bingung

"Saya ingin kamu yang membersihkannya dan mengganti kasa dan perbannya"ucap Andrew

"Oh... baik... Tuan bisa datang besok lagi ke sini"ucap Alin sambil tersenyum manis

Andrew hanya mengangguk, matanya terpaku dengan wajah lawan bicaranya ini.

"Ekhmmm... apa dokter membiarkan saya pergi dengan keadaan seperti ini?"ucap Andrew memecah keheningan yang selalu melingkupi

Alin pun tersadar, tubuh pasiennya ini masih terpampang tanpa tertutupi kemeja. Dengan sigap Alin mengambil kemeja tadi, dengan wajah bersemu terntunya.

Alin bahkan sejenak menahan nafas saat melihat tonjolan tonjolan yang memang seperti tertata apik di tubuh pria tersebut.

"Sudah"ucap Alin tersenyum ceria

"Terima kasih dokter Alin"ucap Andrew menatap penuh arti gadis di depannya ini

"Terima kasih kembali Tuan"ucap Alin

Dengan senyum kecil, Andrew berjalan keluar dan menjauhi ruang tindakan tersebut. Kembali mengacuhkan Profesor samuel yang sejak tadi duduk menunggu ia selesia.

Andrew akan kembali ke kantor, dengan hati berbunga bunga tentunya. Sungguh indah hari ini, Andrew sangat senang.

Jangan lupa vote n coment...

Jadi pengen author tuh hiks hiks...

My Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang