||Dia°🐰

225 102 438
                                    

Kalo emang dia punya hati, pasti dia tau caranya menghargai.

-A.A.J🌾

***

"Gue juga pengen ngerasain bahagia dimana perasaan gue bisa terbalas. Tapi, kenapa seolah-olah semesta gak kasih izin buat gue ngerasain itu semua?" Lirih Kinar.

Ia berusaha bangkit dari duduknya. Tubuhnya benar-benar lemas. Hampir saja ia terjatuh kalau saja Reina tidak menahannya.

"Hiks ..."

Satu isakan lolos dari bibir Kinar. Air matanya kembali turun membasahi wajah cantiknya. Pandangannya menunduk. Bahunya lagi lagi bergetar karena isakannya. Kinar benar-benar rapuh sekarang.

Ketiga sahabatnya menatap sendu ke arah Kinar. Mereka tidak bisa melihatnya seperti ini. Ringisan pilu terdengar dari ketiganya, kala mengingat Kinar yang selalu ceria harus berada di posisi saat ini. Rasanya aneh jika harus melihatnya seperti ini.

Alana menatap tajam Candra yang kini diam membisu, memperhatikan Kinar dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Senyuman sinis sudah terukir jelas di bibirnya.

"Udah puas? Bikin sahabat gue sakit hati? PUAS, HAH?! KARENA LO--" Alana menunjuk Candra dengan tatapan angkuhnya "SAHABAT GUE JADI KAYAK GINI! MIKIR GAK SIH, LO JADI MAKHLUK?!"

Kinar menegakkan kepalanya, kala mendengar ucapan Alana. Mata sembabnya menatap lurus ke depan dengan tatapan tajam yang mengintimidasi. Tangannya terkepal erat di bawah sana. Senyuman sinis khasnya sudah menghiasi wajah cantiknya. Kinar diam membisu.

Menyesal. Satu kata yang mewakili perasaan Candra saat ini. Ia menatap Kinar dengan rasa bersalah yang mengerubungi hatinya. Dia tidak menyangka bisa berbuat seperti ini kepada Kinar. Ia sadar, jika ucapan dan perbuatannya sudah sangat keterlaluan. Entah mengapa ia bisa melakukan hal ini. Padahal, Kinar saja tidak pernah mengusik hidupnya.

Keadaan yang semula panas, kini berubah menjadi hening. Semuanya menatap ke arah Kinar yang masih setia dengan diamnya. Siswa-siswi kelas XII IPA 3 yang baru saja masuk kelas di buat bingung sekaligus terkejut melihat keberadaan Kinar dkk, terlebih lagi melihat kondisi Kinar saat ini.

Lima menit sudah berlalu. Namun, hanya keheningan yang menyelimuti keadaan. Tidak ada satupun dari mereka yang berniat membuka suara. Semuanya hanya diam membisu, menatap Kinar dengan tatapan yang berbeda-beda.

Tak lama kemudian, gadis cantik yang sedari tadi diam membisu terkekeh sinis.

"Hehehe. Gue benci posisi ini! Gue benci keliatan lemah di depan orang lain! GUE BENCI LO, CANDRA ALDRIANO ADITAMA!!"

Candra tergelak mendengar penuturan Kinar. Rasa bersalah semakin mengerubungi hatinya. Tak seharusnya ia bersikap seperti ini pada gadis itu.

Ia berjalan mendekati Kinar. Tangannya terulur untuk menggenggam tangan gadis itu.

"Bener-bener gak punya malu lo jadi cowok!" sinis Kinar sambil menepis kasar tangan Candra.

"Nar? G-gue minta maaf ud--" ucapan Candra di potong oleh Kinar dengan cepat.

"Are you kidding me, boy? Semudah itu lo minta maaf? " Kinar tersenyum sinis dengan tatapan yang semakin menajam menatap Candra. "Maaf lo gak ada gunanya, Ndra. Gue malah semakin benci sama lo!"

Setelah mengucapkan itu, Kinar berlari meninggalkan ketiga sahabatnya yang masih menatap Candra dengan sinis.

"Semoga lo dapet karma yang setimpal dengan perbuatan lo," ucap Amanda.

About KinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang