||Dua°🐰

373 269 209
                                    

Keempat gadis cantik yang tak lain dan tak bukan adalah Kinara dan ketiga sahabatnya, kini sedang berada di kantin. Mereka tengah menyantap makanannya.

Sehabis upacara sepuluh menit yang lalu, keempatnya bergegas menuju kantin. karena kebetulan, Bu Mira selaku guru matematika yang mengajar di kelas mereka, XII IPA 1 mendadak ada urusan.

"Gimana, Nar?" tanya seseorang yang berada di hadapan Kinar di sela-sela kegiatan mengunyahnya.

Kinar yang tak mengerti akan jalan pembicaraan sahabatnya itu pun mengernyitkan dahinya pertanda tidak paham.

"Gimana apanya?" sahut Kinara dengan alis yang naik satu.

"Gimana lo mau nyerah atau tetep bertahan sama rasa yang lo punya?" jelas seseorang tadi yang tak lain adalah Reina Aulia.

Kinara mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti. Dia menelan makanannya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Reina tadi.

"Gue bakal bertahan dan gak akan nyerah ditengah jalan" ucapnya mantap.

"Terus? Sikap dia ke lo apa kabar? Gak ada perubahan kan? Terus buat apa lo masih mau bertahan? Ih greget banget gue asli gak boong." timpal Amanda.

"Ya karena itu gue bakal bertahan dan ngerubah sikap dia ke gue. Ibaratnya dia itu nafas gue. Tanpa nafas, gue gak hidup kan? Jadi, gue yakin seratus persen kalo gue bisa ngebuat sikap dia balik kayak dulu." Kinara terkekeh kecil sambil menatap satu persatu sahabatnya.

"Gimana? mantap gak tuh omongan gue? hahah" lanjutnya.

"Omongan lo besar, Nar. Sama kayak harapan lo ke dia yang kayaknya sampai kapanpun tuh harapan gak akan pupus sebelum lo ngerasa sakit yang bukan main." sahut seseorang yang tak lain adalah Alana Anindya Vara.

Dannnn jleb. Ucapan Alana benar-benar dapat membuat  Kinara diam tidak bisa berkutik bahkan membantah ucapannya pun Kinara tak bisa. Lidahnya kelu, hanya untuk mengucapkan sepatah kata pun rasanya sulit.

Apa yang Alana ucapkan itu benar adanya. Dirinya terlalu berharap lebih pada Candra. Dia selalu saja berharap agar sifat Candra bisa berubah seperti dulu. Tapi nyatanya harapan itu akan selamanya menjadi harapan dan tidak akan pernah terwujud.

Dia tersenyum miris, perkataan sahabat-sahabat nya kembali terngiang dalam memori otaknya. Dia menghembuskan nafasnya perlahan.

Apakah ini waktunya untuk dia benar-benar melupakan rasa cintanya ke Candra? 2 tahun sudah, ia menyimpan semuanya sendirian. Sakit dan bahagia pun dia rasa sendiri. Miris memang. Tapi itulah kenyataan yang dia dapat.

Semenjak kejadian 2 tahun lalu tepatnya saat Candra tahu akan perasaan Kinara yang sebenarnya, dia hanya menyimpan perasaan nya saja. Dia tidak memperjuangkan perasaannya ke Candra. Dia menyimpan rapi semuanya. Jika bertemu pun dia bertingkah seolah-olah tidak terjadi apa-apa hanya dia yang tahu karena dia yang merasakan bahwa jantungnya berdetak tidak karuan. Tapi, dia bisa menyembunyikan itu semua. Hanya sahabat-sahabat nya lah yang tidak tertipu oleh ekspresi biasa-biasa nya Kinara itu.

Jika ditanya,kenapa dia tidak memperjuangkan Candra secara terang-terangan alasannya akan tetap sama, dia akan selalu bilang 'gue mau nya cinta dalam diam. gue gak mau bikin dia semakin benci sama gue. gue juga gak mau dia tambah ngejauh.'  Makanya sahabat-sahabat nya greget sekali melihat Kinara yang seperti ini.

Bagaimana bisa sikap Candra berubah kalo Kinara saja tidak berbuat apa-apa. Tapi, mereka hanya bisa menyemangati Kinara sebagai seorang sahabat.

"Ish lo mah kalo ngomong gak bisa di filter dulu. Liat noh, Kinarnya jadi diem kayak gitu. kalo dia sakit hati gimana?" omel Alana seraya menatap sendu ke arah Kinara.

About KinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang