_6_ Firasat

235 40 0
                                    

Hyunsuk sudah setengah jam mondar mandir diruang tengah nya. Junghwan yang melihat aksi Hyunsuk membuatnya berdecak kesal.

"Bang mau sampe kapan lu mondar mandir, gue aja yang liat udah capek loh." Ucap Junghwan dengan malas. Yang lain hanya melakukan kegiatan masing masing tanpa mengkhawatirkan keadaan Asahi.

"Gue khawatir Hwan, udah satu jam tapi Asahi sama sekali gak ada kabar." Jihoon yang sedang bermain game di ponselnya langsung berhenti.

"Bang, perasaan gue tiba tiba gak enak nih." Ucap Junkyu tiba tiba. Kini rumah Hyunsuk terasa suram.

"Apa kita perlu samperin ke cafe itu?" Tanya Mashiho ragu ragu.

Tanpa basa basi Jihoon merampas kunci mobil milik Hyunsuk digantungan dan segera melemparkan nya kearah saudara tirinya.

"Elu yang nyetir yang lain ayo cepetan masuk mobil!" Interupsi Jihoon langsung diiyakan membuat pemuda bermarga Park itu senang.

Kecepatan mobil yang dikendarai mereka bersepuluh terbilang cukup tinggi.

"Suk, pelanin dikit kek kalo gini caranya yang ada nyawa kita melayang goblok!" Protes Jihoon yang duduk di kursi depan. Wajahnya sudah panik setengah mati, pasalnya sedari tadi Hyunsuk selalu menyalip mobil yang menghalangi.

Bahkan tadi mobil Hyunsuk sempat hampir tertabrak sebuah truk kalau saja Hyunsuk tak fokus sedikit saja.

Ocehan Jihoon hanya dianggap angin lalu bagi Hyunsuk. Dipikiran nya kini hanya mengkhawatirkan temannya yang sudah ia anggap keluarga keduanya.

Sepuluh menit mereka berkendara akhirnya mereka sampai di cafe yang kini terlihat sangat ramai.

Bahkan ada mobil polisi dan ambulan sudah terparkir disana. Mereka bersepuluh bingung dengan apa yang mereka lihat.

"Kenapa banyak orang sampe ada polisi ama ambulan segala?" Bingung Doyoung. Hyunsuk dan Jihoon sudah berpikir yang tidak tidak.

Yedam berjalan mendahului dan mulai masuk kedalam kerumunan. Mencoba mendengar apa yang sudah terjadi di cafe ini.

"Ya ampun masih muda loh padahal udah dipanggil sama Tuhan."

"Kelihatannya masih anak kuliahan ya itu, eh tapi tadi saya liat dia bareng cowok gitu."

"Maksud ibu cowok itu yang nyoba bunuh anak itu?"

"Jangan su'udzon dulu ibu ibu."

Yedam bingung, kayaknya percuma mendengarkan omongan ibu ibu yang sepertinya sudah berada di cafe itu cukup lama.

Semakin lama percakapan itu justru berubah menjadi gosip. Yedam langsung pergi kearah garis polisi yang sudah terpasang tadi.

Kini sebuah tandu telah keluar dari cafe dan terlihat seseorang yang seluruh tubuhnya telah tertutup kain putih.

Yedam mencoba masuk dan mengecek orang itu, entah mengapa firasat nya sangat buruk untuk ini.

"Hei, hei, anak anak tidak boleh melihat ini jangan masuk kesini!" Cegah petugas polisi yang menjaga didepan garis itu.

"Cuman sebentar saya mau ngecek tolong bolehin saya liat pak!" Teriak Yedam yang masih mencoba melihat orang didalam tandu itu.

"Hei, anak kecil jangan ikut campur!" Bentak petugas itu pada Yedam. Tentu saja dirinya emosi karena dipanggil anak kecil, ayolah dia sudah berumur legal bagaimana bisa dia dipanggil anak kecil.

Dan dia baru tau kalau ada seorang petugas polisi yang sangat menjengkelkan seperti ini. Bahkan petugas kesehatan itu menatap tak suka petugas polisi itu.

"Heh anak baru, jangan lah kau seperti itu kau ini baru masuk seminggu yang lalu kenapa kau sudah membuat masalah!?" Yedam kini terdiam. Ada sedikit rasa puas dan lega setelah tau ternyata petugas didepannya ini adalah orang baru dan ia senang karena petugas itu ditegur.

"Hei nak, kau boleh melihatnya tapi jangan terlalu lama karena kami masih harus menyelidiki nya lagi." Ucap petugas polisi yang tadi menegur bawahan nya.

"Terimakasih." Yedam membungkuk dan perlahan berjalan kearah tandu yang kini tepat ada didepannya.

Dirinya menelan ludah dengan susah payah. Kain itu mulai terbuka dan setelah melihatnya Yedam langsung terjatuh.

Teman temannya yang lain segera menghampiri Yedam dan reaksi mereka hampir sama semua.

"A-asahi..." Hyunsuk jatuh bersimpuh. Firasatnya memang benar tapi ia tak mengira akan sampai seperti ini.

Petugas polisi yang tadi ditegur hanya menatap mereka bersepuluh dengan malas. Seperti tak suka dengan pemandangan yang ia lihat sekarang.

"Cih, lebay dasar anak kecil." Cibir petugas itu yang didengar oleh Yoshi dan Haruto.

Mereka berdua saling tatap. Dengan berani mereka menghampiri petugas itu dengan wajah dingin.

"Mohon maaf, apa yang baru saja kau bilang? Anak kecil?" Tanya Yoshi yang masih tenang.

"Ya kalian anak kecil memangnya kenapa? Teman kalian itu sudah mati apa yang mau kalian lakukan? Otak kalian itu isinya hanya bermain saja jadi jangan ikut campur masalah orang dewasa." Ucap petugas itu dengan sewot. Haruto mengepalkan tangannya kesal namun tetap ditahan Yoshi.

"Jadi orangtua saja bangga dasar, asal anda tau ya pak saya bisa melaporkan ucapan bapak keatasan anda dan bisa saja anda dipecat karena hal ini dan asal anda tau saya ini sudah berumur dua puluh tahun lebih dan perkataan anda ini sudah saya rekam jadi tinggal saya berikan kepada kantor polisi." Yoshi menyunggingkan senyum miring nya kepada sang petugas yang sudah terdiam.

"Dasar tukang ikut campur." Geram sang petugas membuat mereka berdua puas.

"Jangan pernah meremehkan anak kecil wahai orang tua, udah tua kok bangga." Akhirnya mereka berdua pergi.

Petugas itu yang baru saja menunduk langsung menatap punggung mereka bersepuluh dengan senyuman yang sulit diartikan.

"Kalian masih belum sadar apa yang terjadi, tunggu saja sampai waktunya kalian akan butuh bantuan ku."

THIRTHEEN - DAY • END ✓ [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang