_22_ Kesaksian

101 21 0
                                    

H - 3

"Kyu, jangan nyalahin diri sendiri sampe kayak gini. Sama aja elo bikin Yedam gak tenang pergi kesana." Ya, Yedam dinyatakan meninggal.

Tubuhnya sudah terlalu dingin yang membuat aliran darah yang dipompa di jantung mulai melambat dan lama lama berhenti.

Setelah pemakaman, Junkyu langsung pergi begitu saja karena merasa ialah penyebab kematian Yedam.

"Tolol, goblok, gak harusnya gua nuduh dia."

Junkyu terus berteriak tidak jelas merutuki diri sendiri. Yoshi yang lelah mendengar Junkyu hanya menepuk pundak temannya itu dengan niat menguatkan nya.

Drrrrt drrrrt

"Halo."

"..."

"Ah baik, kami akan segera kesana."

Panggilan pun dimatikan. Polisi baru saja menelepon Yoshi karena meminta kedua orang itu untuk bersaksi di hari kematian Yedam.

"Kyu, ayo kita ke kantor polisi. Kita harus ngasih kesaksian biar kasus Yedam dimulai."

🍊🍊🍊

"Jadi coba ceritakan bagaimana kecelakaan itu terjadi menurut pandangan kalian berdua." Ucap Chanwoo.

Dua orang didepannya hanya saling memandang. Bingung untuk menjelaskan, karena mereka hanya menemukan Yedam didalam kulkas dalam keadaan pingsan dan banyak luka.

"Kami berdua sempat menuduh Yedam sebagai pelaku yang telah terjadi kepada teman teman kami karena sebuah kecelakaan yang tidak terduga. Kami memojokkan nya bahkan melaporkan dirinya ke polisi dan menjadikannya buronan selama dua hari penuh, lalu kami berdua mulai merasa bersalah karena tidak ada bukti apapun yang kami punya tapi asal menuduh apalagi dia adalah teman dekat kami. Akhirnya, kami berdua pergi ke rumahnya tapi tidak ada sahutan darinya lalu kami berkeliling dan melihat salah satu kaca jendela pecah. Kami masuk lewat situ dan banyak bercak darah disitu dengan sebuah batu yang kami duga itulah alasan kenapa kacanya pecah. Kami mencari Yedam disekitar rumahnya tapi sama sekali tidak menemukannya, kami hanya belum membuka kulkas dan begitu membukanya ada dirinya dalam keadaan tak sadarkan diri dengan banyak luka dan darah kering." Jelas Yoshi panjang lebar. Junkyu disebelahnya meremas kedua tangannya dengan keras, ia sama sekali tidak ingin mengingat kejadian kemarin.

"Baik, terimakasih atas kesaksian kalian untuk kasus ini. Kami dari pihak kepolisian akan mulai menindaklanjuti nya, kalian bisa pulang dan kami akan segara memberi kabar terbaru secepatnya." Tutup Chanwoo kemudian keluar dari ruangan.

"Gimana kalo kita ke rumah bang Hyunsuk? Gue takut dia kenapa napa, ya lo tau lah kenapa."

🍊🍊🍊

"Kenapa macet banget sih!?" Geram Junkyu dibangku kemudi. Sudah hampir satu jam mereka berdua terjebak kemacetan.

Banyak yang mengatakan kalau kemacetan terjadi karena ada sebuah truk besar berhenti ditengah jalan karena beberapa ban nya bocor dan tidak bisa dipindah dengan mudah.

"Kyu, gue tau jalan pintas dari sini. Nanti setelah maju ada toko roti terus sebelahnya gang nah kita masuk situ aja, nanti bakal tembus pertigaan deket perumahan bang Hyunsuk." Junkyu mengangguk lalu menggas motornya dan berbelok ke gang kecil disebelah toko roti.

Gang itu hanya muat untuk satu kendaraan. Beruntunglah tidak ada kendaraan yang muncul dari berlawanan arah.

Langit mulai mendung karena hampir menunjukkan jam tiga sore dan seperti nya akan hujan. Sialnya Junkyu tidak memiliki jas hujan. Dan berakhir ia hanya berharap agar tidak hujan deras.

Tapi sepertinya langit sedang tidak mendukung. Hujan turun dengan sangat deras bahkan sedikit berangin.

Yoshi sudah menyuruh nya untuk berteduh dulu karena sedikit tidak mungkin menerjang hujan deras apalagi dengan keadaan jalan yang macetnya luar biasa.

"Kyu, kita gak bisa nerjang yang ada nanti kita yang dalam ba-"

TIIIN!!!

BRAK!

Lampu sebuah truk membuat mata keduanya silau dan menjadi tidak fokus. Berakhir motor Junkyu tertabrak dan mereka berdua jatuh terpental kearah aspal.

"Junkyu... Bertahan..." Tangan Yoshi pun ambruk dan matanya terpejam tak sadarkan diri sebelum menggapai Junkyu yang digenangi oleh darahnya sendiri.

THIRTHEEN - DAY • END ✓ [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang