_20_ Bukti

141 27 0
                                    

H - 4

"Kok gue berasa jadi buronan negara sih!?" Teriak nya sambil mengusak kepala nya kasar.

"Gue gak tau apa apa, semua berlangsung gitu aja. Siapa sih yang gak bakal panik kalo ada di posisi gue kemarin?" Ucapnya sendiri.

Ia jadi harus mengurung diri di rumah nya hanya karena dituduh Junkyu kemarin. Ia sama sekali tak ada sangkut paut apapun tapi kenapa yang dipojokkan dirinya?

"Tapi kenapa bang Junkyu kayak marah banget ya? Dia orangnya gak kayak gitu apalagi soal masalah ini. Dia pasti bakal tetep mencoba tenang tapi ini beda banget." Monolog Yedam.

PYAAR!!!

"ASTAGHFIRULLAH!" Teriak Yedam terkejut. Ia menutup telinganya bahkan berlari ke tangga saking paniknya.

"Siapa sih yang main lempar batu aja!? Jadi pecahkan kaca rumah gue! Sialan emang!" Kesal nya sambil menyumpah serapahi siapapun yang sudah memecahkan kaca jendela rumahnya.

Setelah selesai menyumpah serapahi entah kepada siapa, Yedam mencoba mengintip ke ruang tamu.

Siapa tahu yang melempar tadi adalah maling yang ingin merampok barang di rumah Yedam.

"Eh? Gak ada orang tuh?" Ia menoleh kesana kemari dan mendapati sebuah batu yang ditutupi sebuah kertas putih.

Yedam mendekat dan mengambil batu itu. Ia ambil kertasnya lalu mengernyit.

Tertulis kata surprise disana.

"Apaan sih? Gue kan hari ini gak ul-"

BUAK!

"AKHHH!" Yedam langsung terjatuh sambil memegang bagian belakang kepalanya yang baru saja dipukul benda keras.

"Akhhh! Bajingan lo, siapa elo hah!?" Teriaknya. Ia melihat siluet seseorang tapi pandangannya tiba tiba menjadi kabur.

Yang ia ingat terakhir adalah seseorang dengan baju serba hitam menggeretnya ke arah dapur dan melempar tubuh nya ke sebuah tempat yang cukup dingin setelah itu pandangan nya menggelap.

🍊🍊🍊

"Kyu, Yedam itu temen kita elo rela dia dipenjara?" Tanya Yoshi khawatir.

Ia berpikir sikap Junkyu terlalu gegabah untuk menuduh Yedam tanpa alasan.

Sekalipun Junkyu menjelaskan berkali kali tetap saja tak bisa masuk di akal Yoshi.

"Setelah dia bunuh temen temen kita? Setelah dia nyelakain dan merenggut nyawa temen temen kita? Elo masih nyebut si bajingan itu temen kita, hah!?" Bentak Junkyu sembari mendorong bahu Yoshi berkali kali.

Amarahnya sudah mencapai puncak. Ia akan melakukan apapun agar Yedam bisa dihukum seberat-beratnya karena sudah merenggut seluruh temannya.

"Kyu, jangan kebawa emosi. Elo punya bukti kuat apa untuk nuduh Yedam? Timing kejadian aja cukup ambigu untuk elo bilang kalo si Yedam dalang dari semua nya, Kyu." Ucap Yoshi sabar. Ia ingin Junkyu menetralkan emosinya agar bisa berdiskusi bersama dengan kepala dingin.

"Kenapa elo tiba tiba bela dia? Jangan jangan elo ikutan ngerencanain semua ini bareng Yedam, hah!? Jawab!"

"KIM JUNKYU, UDAH CUKUP!" Bentak Yoshi keras membuat Junkyu bungkam.

Junkyu tak pernah mengira kalau Yoshi akan semarah ini padanya. Tapi apa salah nya sampai ia sendiri dibentak oleh seorang Kanemoto Yoshinori?

"Kyu, kita gak boleh gegabah dalam menyimpulkan sesuatu. Kita gak boleh tersulut dalam emosi karena itu ngebuat kita gak bisa berpikir jernih. Tuduhan lo ke Yedam belum tentu bener, waktu kejadian cukup ambigu buat kita nyimpulin kalo Yedam pelaku nya. Lagipula kita juga gak punya bukti kuat, kalo misalkan aja Yedam beneran pelakunya emang elo sanggup ngeliat dia dipenjara atau mungkin lebih parah lagi dihukum mati? Yedam tetep aja temen kita, Kyu. Kalo Yedam bukan pelakunya dia pasti bakal kecewa banget sama elo, gue gak mau ya persahabatan kita pecah cuman gegara hal ini. Jadi gue mohon, jangan ambil langkah terburu buru sebelum elo nanti nyesel sendiri." Junkyu langsung terdiam mendengar kata kata Yoshi.

Ia langsung menunduk dan memukul pelan kepalanya berkali kali merutuki sifatnya yang terlalu kekanakan.

"Ayo kita ke rumah Yedam, tiba tiba firasat gue gak enak."

🍊🍊🍊

"Yedam!"

"Yedam!"

"Buka pintunya woy!"

Walaupun sudah menggedor bahkan berteriak yang punya rumah masih saja tak terlihat.

"Sejak kapan bagian samping rumah Yedam gak ada kacanya?" Ucap Yoshi sendiri memancing pandangan Junkyu.

"Kenapa Yosh? Eh, kok pecah kacanya? Perasaan terakhir kali kita kesini baik baik aja deh kaca rumahnya." Mereka berdua pun berlari ke belakang rumah dan masuk lewat pintu di dekat dapur.

"Yedam!" Teriak Yoshi. Junkyu naik ke lantai dau sedangkan Yoshi mencari di ruang tengah dan ruang tamu.

"OH MY GOD!" Jerit Yoshi. Ia terjatuh melihat banyak pecahan kaca dan juga kertas bertulis surprise disana.

"Kenapa elo, Yosh!?" Junkyu berlari dan sama sama terkejut.

"I-itu bercak darah si-siapa?" Gagap Junkyu sambil menunjuk ke bercak darah dan sedikit genangan warna merah gelap kental dengan bau anyir.

"Bentar, bentar ini jejak bekas sepatu? Yedam bukan orang yang suka pake alas kaki di rumah." Setelah Yoshi berucap mereka berdua perlahan mengikuti jejak kaki itu.

Hingga mereka berakhir tepat di depan meja makan yang ada di dapur.

"Disini gak ada apa apa tuh?" Yoshi dan Junkyu mulai mencari kesana kemari lagi.

Apakah Yedam disekap di suatu ruangan yang ada disini? Cukup mustahil karena lemari yang ada di dapur terbilang kecil untuk memasukkan tubuh orang dewasa kesana.

"Gak ada Yosh." Keluh Junkyu. Ia melihat kearah jejak kaki tadi berharap bisa mendapatkan petunjuk.

"Kulkas!" Teriak keduanya bersamaan.

Mereka berdua pun dengan rusuh membuka pintunya dan mereka langsung terjatuh karena terkejut.

Terdapat seseorang dengan baju rumahan pingsan di dalam sana dengan kulit yang membiru.

"YEDAM!"

THIRTHEEN - DAY • END ✓ [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang