Melawan balik

29 4 8
                                    

“Kejahatan ga perlu dibalas dengan kejahatan, kamu bisa membalas dengan membuktikan kalau kamu lebih baik dari mereka.”

Hari sekolah yang melelahkan membuat bel pulang sekolah menjadi hal yang paling ditunggu oleh Alan. Ketika Bu Tiara sudah selesai menjelaskan materi ekonomi berikut dengan memberikan PR, Alan langsung memasukkan buku-bukunya dan menggendong tasnya, lalu keluar dari kelas, sendirian. Ya seperti biasa ia akan sendirian. Fauzi—teman sebangku Alan sepertinya tak akan pernah mau mengobrol dengannya ketika berita yang menghina Alan dekat dengan Ranya hanya sebuah tumpang tenar. Padahal itu sama sekali tidak, berita itu bohong, penyebabnya tak lain adalah Geng Angkasa.

Fauzi berteman dengan dua orang di belakang bangku Alan—Zikra dan Rafi, mereka tentu saja mengobrol banyak hal. Namun, dirinya tak pernah diajak ataupun disapa. Akhirnya ia diam saja sembari memainkan ponselnya, sesekali matanya melirik Ranya dan teman-temannya yang sedang asik tertawa, tetapi Alan tak mungkin menghampirinya, ia sudah takut dengan berita heboh tentang dirinya yang mendekati Ranya.

Warung makan Pak Yoyo adalah warung makan terdekat dari sekolah, bisa jalan kaki jika ingin ke sana. Alan memilih makan di warung itu karena akan sekalian pulang ke rumah. Selain itu, Warung Pak Yoyo cukup komplit untuk mengenyangkan perutnya.

"Pak Nasi, tempe, tahu, ikan dan sayur asem, minumnya es teh aja."

Setelah itu Alan duduk di kursi plastik berwarna hijau di depan meja coklat dengan sampul iklan teh botol itu. Kebetulan kursi yang Alan duduki membelakangi pintu masuk dan menghadap ke arah dapur Pak Yoyo, sehingga sembari menunggu, Alan melihat tangan Pak Yoyo yang lincah menyajikan pesanannya.

"Ini makanannya, ini es tehnya," ucap Pak Yoyo seraya menaruh piring beserta gelas ke hadapan Alan.

Alan mengangguk, lalu setelah Pak Yoyo pergi dari hadapannya, ia langsung menyantap hidangan sederhana itu.

Ketika sedang asik menyantap makanannya, telinga Alan mendengar deru beberapa motor yang menghampiri Warung Pak Yoyo. Sontak mulut Alan langsung berhenti mengunyah, matanya melotot karena ia tahu pasti itu Geng Angkasa yang sengaja datang kepadanya.

"Permisi Pak Yoyo! Bukan mau makan, tapi mau ngehajar!" teriak Ronald, tanpa sopan.

Banar, Prakasa dan Ronald berada paling depan seraya berjalan menuju Alan. Sedangkan sebelas orang laginya berada di jajaran belakang, tetapi mereka pun tak kalah seramnya.

Alan langsung berdiri, memukul meja dengan keras seraya menatap mereka. Kali ini ia akan berusaha membela dirinya sendiri. Kuda-kuda pertahanan sudah Alan buat, tangannya mengepal keras siap menonjok, kakinya pun siap menendang mereka. Ia tak yakin akan menang, tetapi setidaknya Alan sudah berusaha.

"Sok jago lo bocah! Lo mau lawan kami hah? Cuman tumpang tenar ke Ranya aja bangga lo!" teriak Banar, lalu mengancam Alan dengan tangan yang hendak menampar pipinya.

"Gue sepupunya Ranya aja ga pernah tumpang tenar ke dia! Lo siapa? Tiba-tiba dateng terus langsung deket sama dia?" sahut Ronald.

"Jangan-jangan lo mau rebut dia dari gue hah?" tanya Prakasa, langkahnya sedikit maju mendekati Alan.

"Hajar aja woy! Orang kayak gini ga akan ngerti kalau ga di tonjok!" cetus Gamal, orang yang berada di belakang Prakasa, Banar dan Ronald.

Ronald melirik ke arah teman-temannya sebelum ia benar-benar mendekat ke arah Alan. Lalu, ketika mereka mengangguk, Ronald langsung menarik kerah baju seragam kemeja putih milik Alan, membuat Alan harus memegang tangan Ronald dan berusaha melepaskannya dari kerah baju.

"Lepasin! Gue ga akan diam aja kalau kalian mau ngehajar gue! Kalian udah fitnah gue!" teriak Alan, ia masih terus berusaha melepaskan cengkaman Ronald.

Just PhiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang