Panasnya Di Kantin

29 2 0
                                    

Orang pintar ga pakai emosi buat selesain masalah, tapi pakai strategi”

Jam sudah pukul 9 malam, sejak tadi sore Alan terus berteriak meminta tolong kepada siapapun yang melewati gedung kosong ini. Namun, tak ada yang mendengar suara teriakannya dan kini suara Alan sudah habis, bahkan ia kehausan karena sampai tenggorokannya serak.

Alan melirik tangannya yang masih di ikat di belakang sandaran bangku kayu berwarna coklat. Beberapa kali Alan berusaha melepaskan tangannya dari ikatan tersebut, tetapi tak kunjung berhasil. Kakinya pun masih terikat rapat, persis seperti sore tadi. Kini, Alan hanya bisa pasrah, lambat laun matanya mulai mengantuk karena kelelahan.

"ALAN!"

Baru sekitar 30 menit Alan terlelap, suara teriakan itu membuat Alan terbangun. Pintu kamar gelap yang sedari tadi Alan tempati tiba-tiba terbuka dengan keras, seseorang telah mendobrak pintu tersebut.

Orang itu Ranya bersama 6 laki-laki, 5 dibelakang yang beridiri tegap, sedangkan yang satu masih merapihkan bajunya, sepertinya orang itulah yang mendobrak pintu kamar gelap ini.

"Alan," lirih Ranya, lantas berlari menghampiri Alan dan memeluknya.

Ranya meneteskan air mata. "Gue takut banget lo kenapa-kenapa. Sorry, kalau gue telat bantuin lo, ta-tadi gue minta bantuan sama bodyguard yang ada di kantor Papa gue."

"Thank you, Nya. Tadi, gue udah pasrah banget," balas Alan.

Cepat-cepat Ranya membuka ikatan yang mengikat kaki dan tangan Alan. Lalu ia memeluk Alan lagi, tangisannya belum berhenti sejak tadi karena Ranya sudah sangat khawatir.

Alan tersenyum, berusaha menenangkan Ranya lantas tangannya menghapus air mata Ranya yang sedari tadi mengalir di pipi cewek itu.

"Nya, Gue ga kenapa-kenapa, makasih ya udah bantuin gue. Lo jangan nangis lagi, kan gue di sini baik-baik aja," ucap Alan, suaranya begitu lembut.

"T-tapi tadi sore gue panik banget, lo hilang tiba-tiba pas gue beli makan di warteg," balas Ranya.

"Gue ga hilang, buktinya lo nemuin gue 'kan?"

Ranya mengangguk. "Siapa yang bawa lo kesini, Lan? Ada ciri-cirinya?"

Alan mengangguk. "Mereka kasih surat ini, katanya kalau gue udah lepas, mereka suruh gue baca ini."

Cepat-cepat Ranya langsung mengambil surat tersebut dari tangan Alan. Matanya membaca cepat isi surat tersebut.

——————————————————
Surat peringatan!

Untuk Alan Si Tumpang Tenar

Gimana? Udah enjoy belum selama di gedung gelap kotor dan bau itu? Hahaha, gimana lo bisa lepas? Gue yakin, dibantuin Ranya 'kan?

Ga selamanya lo bisa dibantuin dia, ini peringatan No.1. Besok-besok gue bikin yang lebih dari ini, atau Ranya juga mau ikut dihajar? Boleh, tapi kayaknya lo ga izinin.

Orang tumpan tenar mana sih yang ga mau orang tenar itu terluka. Aduh, pasti nanti susah lagi buat tumpang tenar, ya kan? Sampai ketemu di tempat dimana lo kenal sama Ranya, see you, cupu!

-Rnd, Prk & Geng.
——————————————————

Ranya meremas surat itu dengan kesal, semua perkataan yang ada di surat itu telah menjatuhkan harga diri Alan yang tak mempunyai salah. Lantas, Ranya terpikirkan inisial nama yang ada di bawah surat, lalu matanya melirik Alan.

Just PhiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang