Naufal Abimana

39 3 6
                                    

“Aku tak sesempurna yang kamu kira dan tak seburuk yang orang lain bilang.”

Mas Putra melihat sekilas map berwarna coklat sebelum ia memulai meeting dadakan yang diminta oleh klien. Lalu, ia berdiri sembari tersenyum ke arah Ranya, Naufal dan juga dua kliennya—Ratih dan Kiara.

"Selamat siang, sebelum saya mulai meeting singkat kali ini, saya ingin mengenalkan Naufal Abimana partner sekaligus model yang akan bekerjasama dengan Bu Ratih dan Kiara," ucap Mas Putra, seraya mengisyaratkan Naufal untuk ikut berdiri.

"Terima kasih, Mas Putra. Nama saya Naufal Abimana, salam kenal semuanya. Saya seumuran dengan Ranya dan semoga saja nanti kerja saya akan sama baiknya dengan Ranya," ucap Naufal.

Mas Putra tersenyum, "Ranya, ini partner kamu, semoga bisa kerja dengan baik untuk projek ini, ya."

Ranya mengangguk, Naufal sudah lebih dulu mengenalkan namanya kepada Ranya sekitar 5 menit yang lalu. Ternyata Bu Ratih dan Bu Kiara butuh model cowok dan mungkin Naufal pilihan yang tepat karena penampilan Naufal yang begitu rapih dan terlihat mudah bekerjasama.

"Oke kita mulai. Jadi, Ranya, Naufal, klien kita butuh pose foto yang seperti ini. Nanti, boleh kalian ubah sesuai dengan kreatifitas kalian, yang terpenting produk tetap terlihat dan tidak melenceng dari dasar permintaan klien," ucap Mas Putra, seraya memperlihatkan beberapa foto kepada Ranya dan Naufal.

Naufal mengangguk. "Lokasi fotonya dimana? Mungkin nanti bisa disesuaikan dengan lokasi."

"Di pantai, karena produk ini alami maka kami ingin background juga alami dan segar yaitu pantai," jawab Bu Kiara.

"Bisa diatur untuk foto dipantai sejauh ini. Mungkin perubahan terjadi saat kita berada di lokasi, Bu, Mas," sahut Ranya.

"Ga apa-apa, Nya. Kami juga ga mau terlalu mengekang, jadi kami kasih kelonggaran untuk kreatifitas kamu," balas Bu Ratih.

Setelah merasa jelas dan cukup, Mas Putra merapihkan foto-foto yang tadi ia tunjukkan kepada Ranya dan Naufal. Lalu, ia berdiri kembali sebelum penutupan.

"Baik, terima kasih. Semoga, nanti hasil projek kali ini memuaskan, saya tutup meeting singkat kali ini," ucap Mas Putra, diakhiri senyum sopan kepada klien maupun Ranya dan Naufal.

Naufal berdiri terlebih dahulu, lalu Naufal menghampiri Ranya yang sedang membereskan barang-barangnya.

"Kamu sudah lama kerja di sini, Nya?" tanya Naufal, sedikit membuat Ranya tertegun.

"Engga terlalu lama, ini projek kedua aku sama Mas Putra di sini," balas Ranya, meski fokus memasukkan barang-barangnya kedalam tas.

"Dari awal ditawarin Mas Putra aku langsung mau, karena kerja sama kamu pasti hasilnya bagus," cetus Naufal.

Ranya terkekeh kecil, "Aku ga sesempurna yang kamu kira tapi aku ga sejelek yang orang bilang. Disini kita sama-sama belajar aja, Fal."

Naufal mengangguk-angguk paham. "Ngomong-omong kamu kesini nya sendiri? Atau bawa kendaraan?"

"Sama temen-temen, kebetulan tadi lagi di luar sama mereka. Kamu?" balas Ranya.

"Sendiri sih, tadinya malah mau anterin kamu pulang. Biar chemistry kita dapet, tapi kamu udah sama temen-temen kamu," jawab Naufal, nada suaranya sedikit lesu.

"Mungkin lain kali aja ya, soalnya aku pulang bareng mereka," balas Ranya.

"Ga apa-apa, kayak gini aja udah bikin kita sama-sama saling kenal."

Tiba-tiba Mas Putra datang menghampiri Ranya dan Naufal yang masih asik mengobrol. Di tangan Mas Putra terdapat dua baju yang tergantung pada hanger.

Just PhiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang