Rumit

41 0 0
                                    

"Aku yang menunggu mu, tetapi bukan aku yang bersama mu."

Seminggu sudah berlalu dan seminggu ini pula Ranya tak kunjung bertemu dengan Naufal karena sudah setiap hari Ranya pergi ke rumah Naufal, namun Naufal tetap tidak ada di rumahnya, entah kemana cowok itu.

Chat setiap hari juga sudah Ranya lakukan, tetapi Naufal tak membalas, bahkan dibaca saja tidak. Hal itu, membuat Ranya pasrah, lama-lama Ranya juga lelah mencari keberadaan Naufal. Begitupun dengan Alan, iya sih Alan mengantari Ranya, tetapi dengan setengah hati.

"Ga usah dilihatin terus kali chat nya, kalau udah dibales juga pasti ada notif nya," ucap Alan yang datang tiba-tiba, lantas melihat isi layar ponsel Ranya.

Ranya mendongak. "Gue ga tau lagi harus cari Naufal kemana."

"Ga usah dicari, kalau dia beneran sayang, dia yang dateng sendiri ke lo, Nya," balas Alan.

"Kangen," keluh Ranya, sembari masih menatap layar ponselnya.

Alan tak membalas lagi, sudah seminggu Ranya mengeluh dan bercerita tentang seberapa Ranya kangen, sayang dan cinta kepada Naufal. Seminggu itu pula hati Alan seperti dicabik-cabik sampai ingin teriak, namun tak bisa. Akhirnya Alan hanya bisa menerima untuk sementara ini, entah ia akan bertahan sampai kapan untuk menahan seluruh rasa sakit yang ada di hatinya.

"Udah, jangan pikirin Naufal mulu. Lo ga ingat malem nanti pengunguman juara kompetisi?" tanya Raya, seraya memijit pundak Ranya agar Ranya merasa rilex.

"Tadinya semangat, tapi Naufal pasti ga akan dateng juga kan, Ray?" balas Ranya.

"Kan ada gue nanti," ucap Alan.

"Lo aja ga cukup, Lan," balas Ranya.

"Apa yang ga cukup dari gue, Nya?" tanya Alan.

Bunga yang sudah melihat ada percikkan perdebatan antara Ranya dan Alan, ia pun langsung mengalihkan topik pembicaraan.

"Lo harus semangat dong, Nya. Kita semua yakin seratus persen lo yang menang, videonya aja bagus gitu," cetus Bunga.

"Gini, Nya. Untuk malam ini, malam ini aja lo lupain Naufal sekilas. Lo pikirin tim booker lo, manager lo dan semua hal yang bantu lo dalam kompetisi ini," timpal Dinda.

"Nah, betul tuh! Emang lo mau kalau nanti lo menang, lo ga bahagia cuman karena Naufal?" lanjut Raya, ikut menyemangati Ranya.

Ranya mengangguk, lantas tersenyum sembari mematikan ponselnya yang layarnya masih menampilkan kolom chat Ranya dengan Naufal.

"Sini peluk-peluk," ucap Dinda, lantas Raya dan Bunga ikut memeluk Ranya.

"Eits cowok ga boleh!" tahan Dinda, ketika Alan hendak ikut memeluk Ranya.

"Gue ga boleh meluk Ranya?" tanya Alan.

"Maksud gue lo meluknya akhiran, ini khusus cewek dulu!" balas Dinda.

"Ribet lo jadi cewek," cetus Alan.

Setelah Raya, Dinda, dan Bunga melepas pelukan dari Ranya. Barulah Alan memeluk Ranya, berusaha menguatkan Ranya meski hati Alan pun belum siap melihat Ranya dengan Naufal nanti.

"Gue di sini, Nya. Lo ga perlu sedih malam nanti," bisik Alan, lantas melepas pelukan dari Ranya.

"Makasih, Lan, lo udah sabar tanggepin gue seminggu ini," balas Ranya.

"Seminggu?" tanya Alan dengan nada jahilnya.

"Iya seminggu," jawab Ranya.

"Oke berarti hari-hari sebelumnya gue ga dianggep," balas Alan.

Just PhiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang