Penyesalan

38 1 0
                                    

“Hal yang menyulitkan di dunia ini adalah mencari sesuatu yang tidak ada, tetapi kita tetap berharap.”

Sejak sore tadi hingga malam, mood Ranya sangat tidak bagus. Pikirannya terus mengingat betapa jahatnya Naufal kepada Ranya. Bukan sampai disitu saja, sekali dua kali Ranya menangis di kamar karena menyesal sudah percaya dengan ucapan manis Naufal dan tidak mendengarkan nasihat Alan dari awal.

Ini cinta yang datang lagi dari hati Ranya setelah lama Ranya tak merasakan rasanya mencintai dan dicintai. Akan tetapi apa memang cinta itu jahat? Apa nantinya Ranya bisa memercayai orang lagi? Rumit. Bahkan Ranya saja seram untuk membayangkan kejahatan-kejahatan cinta lainnya di dunia.

Naufal memperkenalkan Ranya tentang indahnya perkenalan, tapi bukan tentang indahnya rasa kepercayaan.

"Nya, Ranya. Kamu kenapa di kamar terus? Lagi ada masalah?" tanya Hanin, tentu saja dengan nada khawatir seraya mengetuk pintu kamar Ranya.

Buru-buru Ranya menghapus air matanya. "Engga apa-apa kok, Ma. Aku baik-baik aja."

"Buka dulu pintunya, sayang. Mama ingin ngomong," pinta Hanin.

Terpaksa Ranya turun dari kasurnya, lalu membuka pintu. "Kenapa?"

"Itu ada tamu, nyariin kamu. Temen kamu bukan?" balas Hanin.

"Temen? Alan? Raya? Dinda? Bu—" Ucapan Ranya diberhentikkan oleh Hanin.

"Bukan mereka," elak Hanin.

"Terus siapa?"

"Mama juga ga tau, tapi dia cari kamu. Ranya Amira katanya, ya siapa lagi di sini yang namanya Ranya?" balas Hanin.

"Cewek?"

Hanin mengangguk. "Coba kamu temuin dia, Mama mau ngurus makan malam dulu, ya."

"Iya," balas Ranya. "Siapa sih yang datang malam-malam?" umpatnya.

Mau tak mau Ranya menuruni anak tangga, lantas jalan ke arah teras rumah yang sudah ada seseorang entah siapa.

Orang itu langsung bangkit dari duduknya ketika Ranya sampai di teras rumah, lalu menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Ranya.

"Ranya 'kan? Gue Syahira," ucapnya, lengkap dengan senyum tanda perkenalan.

Saking kagetnya Ranya melongo, jantungnya sedikit berdetak lebih cepat dari biasanya. Bagaimana tidak? Di depan Ranya ada Syahira sekarang yang notabennya adalah orang yang membuat Ranya kesal dan sudah merebut Naufal dari Ranya.

"Nya? Ranya?" panggil Syahira.

Lamunan Ranya buyar, lantas buru-buru membalas senyuman Syahira. "I-iya, gue Ranya."

"Gue ga ganggu kan malem-malem kesini?" tanya Syahira, setelah di persilahkan duduk oleh Ranya.

"Engga kok. Lo tau rumah gue dari mana, ya?" tanya Ranya.

Ah, padahal tadi Ranya kesal dengan orang yang ingin menemuinya malam-malam. Akan tetapi setelah tahu Syahira orangnya, Ranya jadi penasaran maksud kedatangan Syahira karena ini pasti ada hubungannya dengan Naufal.

"Dari Naufal," jawab Syahira.

"Naufal?"

Syahira mengangguk. "Jadi gini, gue tau masalah kalian berdua, tanpa Naufal kasih tau gue duluan."

Ranya mengerutkan keningnya. "Tau darimana?"

"Gue ceritain semuanya, ya. Biar jelas dan biar lo ga salah paham lagi sama gue dan Naufal," balas Syahira.

Just PhiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang