Tubuh Alfiansyah bergetar dengan hebat. Pria berusia dua puluh sembilan tahun itu baru saja kembali dari luar negeri. Rasanya ia tidak sanggup masuk ke dalam rumah yang memiliki banyak kenangan tentang keluarganya. Dada Alfi terasa sesak sekali. Rasanya ia tidak sanggup untuk bernafas lagi. Tapi ia tidak mungkin hanya berdiri didepan pintu seperti sekarang.
Sudah 4 tahun, Alfi tidak masuk ke dalam rumah ini. Sejak Kakak dan Papanya meninggal dunia. Mereka pergi meninggalkan Alfi dibulan yang sama. Hanya berjarak tujuh hari saja. Setelah itu, Alfi memilih hidup di luar negeri. Kehidupan kosong, tanpa arah dan tujuan. Berulang kali ia berdiri di tepi jembatan, berulang kali juga ia memegang pisau. Tapi sampai sekarang Alfi masih sanggup untuk bertahan.
Alfi merasa hidupnya tidak adil. Kenapa dia harus hidup sendiri di dunia yang luas ini? Apa guna dia memiliki pekerjaan yang baik serta gaji yang tinggi? Bagi Alfi tidak berguna sama sekali. Dia terlihat hidup tapi sebenarnya tidak hidup sama sekali.
Meskipun sudah empat tahun tidak pernah masuk ke rumah ini, tapi rumahnya tampak bersih dan terawat. Jelas saja karena Alfi mempekerjakan saudara jauh yang ia punya untuk membersihkannya.
Bunga tampak bermekaran di depan rumah. Bunga yang dulu dibeli oleh Kakaknya saat kembali ke rumah ini. Ternyata bunga mawar itu masih hidup dengan baik.
Seharusnya bunga itu yang mati, bukan kakaknya. Sampai sekarang Alfi belum bisa menerima kematian Kakak dan Papanya. Ia masih berharap apa yang terjadi hanyalah mimpi semata.
Bahkan sampai sekarang, Alfi berharap di dalam rumah masih ada kakak dan Papanya. Perlahan-lahan, Alfi membuka pintu setelah ia memutar kunci.
Kosong, tidak ada siapapun di dalamnya. Alfi memegang dadanya sendiri. Rasanya sangat sakit sekali. Bahkan air mata mengalir begitu saja.
Alfi terduduk di ruang tamu. Dia menangis melampiaskan rasa sakit yang masih sama seperti 4 tahun yang lalu. Sulit sekali berdamai dengan keadaan.
Siapapun yang melihat Alfi sekarang, maka mereka akan tahu betapa hidup Alfi tidak baik-baik saja. Isak tangis yang terlihat dan terdengar sangat menyakitkan sekali.
Alfi memanggil Papa dan Kakaknya.
"Tolong kembali," ujarnya sambil menangis.
"Aku nggak sanggup hidup lagi, Kak."
"Bawa aku, Pa. Tolong..."
Mental Alfi tidak baik-baik saja. 4 tahun yang lalu, semua terjadi begitu cepat. Dia baru saja diterima bekerja di perusahaan yang ada di Singapura. Baru tiga hari disana, tiba-tiba dia mendapat kabar tentang kematian sang kakak. Polisi mengatakan bahwa Kakaknya meninggal karena bunuh diri. Hidup Alfi terasa sangat hancur sekali. Apalagi sang Kakak yang mengantar dirinya ke bandara. Selama ini, Alfi tidak melihat kehidupan sang kakak yang memiliki banyak tekanan. Bahkan Kakaknya selalu tersenyum.
Alfi merasa gagal menjadi adik. Kalau dia tahu Kakaknya mengalami tekanan yang berat, maka dia akan langsung membawa kakaknya untuk pergi ke tempat dimana tidak ada yang mengenal mereka.
Polisi sudah melakukan penyelidikan. Tidak ditemukan bukti-bukti terjadinya tindak pembullyan di perusahaan tempat sang kakak bekerja sehingga Alfi tidak bisa berkata apa-apa lagi. Entah apa yang membuat sang kakak memutuskan untuk mengakhiri hidup.
Tidak lama setelah sang kakak (Ariani) meninggal, Papa ikut menyusul. Bukan hanya Alfi yang merasa syok dengan kematikan Ariani, Papanya juga begitu. Kesehatan Papanya menurun dan 7 hari setelah kematian Ariani, sang papa juga menghembuskan nafas terakhir.
Kehidupan Alfi benar-benar langsung hancur. Dia hanya memiliki Kakak dan sang papa. Mama sudah lebih dulu pergi saat melahirkan dirinya. Alfi menganggap bahwa dirinya adalah sebuah kesialan untuk keluarga. Jika saja dia tidak lahir, maka Mamanya pasti masih hidup. Mamanya hidup, maka Mama akan lebih mengerti tentang kondisi yang dihadapi oleh Ariani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Coincidence
RomancePerusahaan tempat Ayana bekerja kedatangan kepala divisi TI (Teknologi Informasi) yang baru. Hal yang mengejutkan adalah kepala divisi yang baru merupakan laki-laki yang pernah membuat Ayana jatuh hati saat berada bangku kuliah. Ayana kira takdir b...