Awal Mula

30 3 0
                                    

Flashback

"Suka ya?"

"Suka apaan sih?" Ayana tidak berani menatap sang teman. Dia seperti tertangkap basah sedang melakukan sesuatu yang tidak ingin diketahui.

"Nggak usah bohong!"

"Nggak ada." Ayana masih berusaha untuk menyembunyikannya.

"Suka aja, nggak ada yang larang kok." Yola sudah senyum-senyum sendiri. Kini mereka sedang ada diruang club himpunan programmer kampus. Banyak sekali mahasiswa dari fakultas informatika yang bergabung. Apalagi di kampus ini setiap mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti club atau organisasi agar mahasiswa menjadi aktif.

"Nggak ada kok." Ayana senyum-senyum sendiri. Dia menunduk dalam melihat sosok senior yang luar biasa. Penampilannya memang terlihat biasa saja, tidak seperti mahasiswa yang lain. Tapi itu pula yang menjadi daya tarik dari sang senior. Sang senior bernama Alfi. Kacamata bertengger di hidung mancungnya. Dia seperti laki-laki yang memiliki hobi membaca

Pertemuan selesai. Ayana dan Yola bersiap untuk segera keluar dari ruangan club. Tapi sebelum itu terjadi, seseorang memanggil dirinya.

"I-iya, Kak." Ayana gugup luar biasa. Dia tidak menyangka bahwa sosok senior yang dikagumi secara diam-diam mengetahui namanya. Padahal banyak sekali anggota dari klub ini.

"Apa kamu mau ikut partisipasi dalam festival kampus?" tanyanya.

"Saya Kak?" Ayana sedikit tidak yakin. Selama beberapa semester dia bukan orang yang terlalu aktif di kegiatan club. Paling dia hanya datang, berbaur dan mengisi agenda wajib saja.

"Iya. Tapi kalau teman kamu juga mau ikut, silahkan."

Ayana menatap Yola. Dia seakan meminta jawaban apakah ingin ikut atau tidak.

"Oke, Kak. Kita ikut." Yola begitu semangat. Dia malah tersenyum penuh arti.

"Baguslah. Ini yang akan kita lakukan di festival kampus." Alfi memberikan beberapa lembar informasi kepada Ayana dan Yola. Setiap klub harus menunjukkan hal-hal menarik yang berhubungan dengan klubnya dalam festival kampus. Contohnya seperti club pecinta budaya Jepang, maka mereka menampilkan hal-hal yang berhubungan dengan Jepang. Begitupun dengan klub lainnya.

"Boleh minta kontaknya?"

Yola menyenggol Ayana. "Kak Alfi minta kontak tu," ujarnya.

"Eh i-iya, Kak." Ayana salah tingkah sendiri. Dia langsung mengambil ponsel dan memberikan kode barcode nomor kontaknya.

"Terima kasih. Nanti saya masukkan ke dalam grup ya."

"Oke, Kak." Lagi dan lagi, Yola menjawab dengan semangat. Sedangkan Ayana seperti orang yang diliputi rasa kebingungan luar biasa. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Ciee," goda Yola.

Kali ini Ayana tidak bisa lagi menyembunyikannya. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Apalagi sang teman begitu semangat menggoda dirinya.

"Kamu kok langsung setuju buat gabung?" tanya Ayana. Kini ia sudah tidak tersenyum lagi. Sebenarnya hatinya berbunga-bunga. Ayana sudah bergabung dengan klub dari semester satu. Sekarang dia sudah semester lima. Perasaan kagum kepada senior sudah dari semester satu. Ayana kagum karena dia melihat sosok Alfi sebagai sosok yang begitu pintar. Siapa yang tidak akan kagum dengan orang pintar? Pada umumnya orang akan kagum walau tidak semua.

Yola tertawa. "Apa mau ditolak aja?"

"Jangan!" Ayana menjawab dengan cepat.

"Nah itu, nggak usah jual mahal segala."

Not A CoincidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang