"Kamu kenapa?" tanya Lusi setelah Ayana kembali ke meja kerjanya. Indra dan Arsel langsung menatap ke arah Ayana. Mereka juga bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan Ayana?
"Tidak apa-apa. Aku hanya mengantuk saja." Ayana memberikan alasan yang sedikit masuk akal. Apalagi wajahnya sedikit basah.
"Syukurlah."
"Kamu begadang lagi?" tanya Indra.
Ayana mengangguk. Dia tidak berbohong atau sekedar mencari-cari alasan. Dia memang begadang karena harus menyelesaikan desain UI/UX untuk aplikasi baru yang akan dibuat.
"Tidak perlu memaksakan diri."
Ayana hanya tersenyum saja. Bagaimana mungkin ia bisa istirahat dengan tenang jika pekerjaan tidak selesai. Ayana tidak melakukan pekerjaan ini sendiri, ada satu rekan kerja lagi. Tapi dia masih beberapa bulan bekerja disini sehingga banyak hal yang harus dipelajari.
Ayana mulai bekerja. Dia melihat kembali rancangan yang sudah selesai dibuat. Kali saja ada yang kurang.
"Ayana."
Seseorang memanggil dirinya. Ayana langsung melihat dan ternyata Pak Rohman. "Iya, Pak."
"Nanti kita rapat jam sepuluh."
"Baik, Pak."
"Apa desain sudah selesai?" Pak Rohman ingin memastikan karena rapat kali ini akan membahas tentang rancangan aplikasi yang akan dibuat.
"Sudah, Pak."
"Baguslah. Nanti kamu jelaskan ruang rapat."
"Baik, Pak."
Ayana dan Lusi memiliki pekerjaan yang berbeda. Kali ini Ayana akan bergabung dengan tim dua untuk membuat aplikasi. Ketua tim adalah Pak Rohman. Ada 7 orang di dalam tim tersebut. Sebelum membuat aplikasi, tentu saja mereka harus mendapatkan hasil final tentang rancangan aplikasi agar punya rules untuk membuat aplikasi.
Ayana dan Zane yang bertanggung jawab untuk perancangan UI/UX. Jika sudah selesai, mereka akan bekerja sama dengan yang lain agar aplikasi selesai tepat waktu.
Ayana mengirim pesan kepada Zane agar menyiapkan ruang rapat. Semuanya harus disiapkan dengan sebaik mungkin. Termasuk minuman dan makanan karena rapat yang berlangsung tidak akan sebentar. Jika ada yang tidak setuju dengan rancangan yang dibuat oleh Ayana serta Zane, maka mereka harus berlapang dada untuk melakukan revisi.
"Mbak," panggil Zane.
"Iya, kenapa?"
"Kata Pak Rohman, kopinya delapan bukan tujuh," jelas Zane. Dia bahkan menunjukkan pesan yang dikirim oleh Pak Rohman.
"Ya sudah, beli delapan saja."
"Kira-kira siapa yang bakal ikut rapat selain tim ya, Mbak?" Zane sedikit penasaran.
"Tidak usah dipikirkan."
Zane mengangguk saja.
"Oh ya, apa kartu perusahaan sudah diberikan oleh Pak Rohman?" Membeli konsumsi untuk rapat akan ditanggung oleh perusahaan. Bahkan isi pantry divisi mereka juga ditanggung oleh perusahaan. Maka jangan heran ada mesin kopi, biji kopi, teh, cemilan dan sejenisnya.
"Sudah, Mbak." Zane menunjukkan kartu perusahaan.
"Jangan lupa bukti pembayarannya." Ayana mengingatkan karena mereka juga harus melaporkan uang yang keluar dan digunakan untuk apa saja agar tidak terjadi penyelewengan dana perusahaan.
"Siap, Mbak. Aku ke bawah dulu." Zane langsung turun ke lantai bawah dengan lift. Sedangkan Ayana mulai mencetak rancangan dan menduplikatnya menjadi beberapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Coincidence
RomancePerusahaan tempat Ayana bekerja kedatangan kepala divisi TI (Teknologi Informasi) yang baru. Hal yang mengejutkan adalah kepala divisi yang baru merupakan laki-laki yang pernah membuat Ayana jatuh hati saat berada bangku kuliah. Ayana kira takdir b...