One

66 15 1
                                    

Panas, iya begitu rasa pertama yang aku rasakan setelah keluar dari kantor. Solo nampaknya ga mau berdamai kalau masalah panas begini. Perkenalkan Aku Faya Lalita Oetari, daripada belibet sapa aja 'Flo'. Aku lahir dan besar bermukim dikota ini . Tinggal sendiri di kos Az Zahri dan  sedang kerja di salah satu kantor advokat berkat koneksi orang dalam.
  Jam makan siang harusnya aku pergi ke tempat yang menghidangkan makanan berat. Tapi yang kulakukan saat ini malah duduk disebuah bangku cafe yang baru buka didekat kantor. Gak papa katakanlah aku engga waras. Sudah tahu punya gerd masih saja suka asal minum kopi. Tapi, sekali lagi. Sebagai anak rantau yang suka berburu diskon untuk kemaslahatan hidup. Ini adalah jalan terbaik, karena baru buka. Tempat ini ada promo beli 1 gratis 1. Dengan begini aku gak perlu keluar uang untuk segelas kopi dan gak perlu minta ditraktir. Cukup dengan membujuk dewangga untuk ikut beli. Dan iya, gratisannya buat Aku. Ini namanya simbiosis mutualisme kan?

' i know is random'

Jantungku bergeming sejenak mendengar sebait lagu yang baru saja diputar. Lagu ini, lagu yang dulu sempat menjadi lagu paling lagu untukku. Aku kira sudah tidak ada yang memutar lagu ini. Ternyata masih ada juga. Mataku tiba-tiba perih entah  kenapa. Kelilipan? Ya engga kali. Mau kelilipan apa coba?.

"flo nih kopinya"  dewa menaruh satu cup  kopi didepanku tak lupa dengan senyum yang gak pernah hilang dari wajahnya itu.

Dewa ini orang yang sangat ceria. Apa apa dibawa ketawa. Sejak kenal belum pernah lihat dia marah. saat aku tolak pernyataan cintanya pun dia malah ketawa dan bersikap seperti biasanya.

" Ternyata nih flo yang punya cafe ini masih muda. Duh jadi pingin punya cafe." Ucap dewa pasca menenggak kopi milikinya.

"Dasar lu. Lu apa sih yang dipinginin,wa. Orang ada anak muda punya ternak ayam aja lu jadi pingin ikut ternak ayam."

"Emang paling bener gua jadi suami lo flo"

Aku cuma memutar mata mendengar celetukan gak penting dari dewa.

' i feel okay when i see you smile'

Aku tersedak. Ini beneran tersedak. Kaget dengan lagu yang baru saja diputar. Kenapa lagu ini? Lagu yang selalu menjadi obat rindu. Lantas bagaimana lagu yang sudah tidak banyak didengar orang ini terputar dicafe ini.

"Lu gapapa, flo." Dewa menyodorkan sebuah tissue padaku.

Mataku beredar mencari sumber lagu ini diputar. Mataku tak sengaja bertatap dengan seseorang dibalik meja barista itu. Dia yang sedang sibuk dengan mesin kopinya. Wajah itu....mungkin aku salah lihat. Tidak mungkin itu dia bukan?.

" Wa, cabut yuk".

Aku meraih tangan dewa begitu saja. Memaksanya berdiri dan keluar dari tempat itu. Aku hanya takut jika orang itu benar adalah dia.

****
  Mungkin dewa masih bingung dengan aku yang tiba tiba ngajak dia pergi padahal masih asik menyeruput kopi. Terbukti begitu cemberutnya wajahnya dikantor tadi. Pukul 8 malam, Aku sudah kelaur dari kantor. Dewa itu seorang advokat magang. Sedangkan aku hanya asisten salah satu advokat di 'J Law'. Aku masuk disini bukan karena pintar atau apa. Aku juga enggak malu mengakui, dapat bekerja disini karena koneksi orang dalam. Ini berkat mas Jean. Dia pemilik kantor lawyer ini. Aku disini bekerja sebagai asistennya. Hitung hitung sambil belajar kan?. Berkat bekerja disini pula kuliahku dapat berlanjut tanpa meminta biaya ke orang tua.

Seperti biasa aku pulang dengan berjalan kaki. Karena memang lokasi kos enggak jauh dari kantor. Pikiranku kembali teringat pada sosok yang tadi siang aku lihat. Sosok yang enggak asing. Aku mau menyangkal itu dia. Dan aku harap bukan dia. Karena bila itu dia. Artinya aku akan membuka luka lama. Apa aku sudah siap? Apa aku masih terluka? Apa dia masih sumber duka?atau ia adalah rindu paling rindu?

'aji jemput gue dong. Sumpek nih lagian.'

'bentar dah gue otw. Tungguin situ.'

' gue tunggu didepan gang kos gua ya'

Tadi itu aku telfon aji minta jemput biar bisa lupa dengan pikiran tadi. Aji ini satu satunya temanku disini. Yang untungnya bisa aku ajakin kemana mana dan kapan saja. Kadang aku sewa buat jadi pacar bohongan kalau ada diskon special kalau datang sama pacar. 15 menit kemudian Aji tiba.

" Buruan masuk."

Tanpa perlu nunggu dia bukain pintu. Aku langsung buka sendiri aja dan masuk kedalam mobil. Aji ngelajuin mobilnya dengan kecepatan standar.

" Mau kemana lu?"tanyanya

"Mau minum dikit." Cicitku pelan.

Jangan kaget. Iya kadang aku sering menjadikan minum sebagai alat untuk melupakan masalah. Tapi enggak sering sering juga.Hanya saat aku merasa berat.

"Ogah. Kenapa lu?"

Aji bertanya seolah tahu kalau gue lagi gak baik baik aja.

"Kayanya gue lihat orang yang mirip dia, ji"

Entah kenapa suaraku lirih dan bergetar saat mengucapkan itu tadi.

"Dia?"

Aji mungkin belum paham dengan maksudku.

"Dia ji."

"Yaudah jangan banyak banyak"

Akhirnya aji paham yang aku maksud. Pria disampingku ini adalah sosok yang menemaniku bertahan sejak satu tahun lalu. Dia paham betapa hancurnya aku. Jadi dia gak akan melarangku melakukan ini. Karena yeah. Aku akan lebih kacau kalau enggak minum.

*****

Kita berdua punya bar yang biasa jadi langganan. Bar nya sepi ga begitu ramai. Jadi aku bisa minum dengan nyaman. Ini baru aja aku kelar menenggak segelas tequila.

"Ji, kalau itu beneran dia. Gua gimana ji?"

"Aji, gue takut masih sayang dia ji."

Entah sudah berapa kali aku mengatakan hal tersebut.

" Kalau itu beneran dia. Lu gak boleh keliatan sehancur ini. Gua tahu lu bisa aja masih sayang sama dia. Tapi, gue mohon berhenti ngerusak diri lu karena dia, flo."

" Aji, gua udah sehancur ini tapi dia engga peduli, ji"

Yang aku lihat selanjutnya adalah tangan aji yang mengusap lembut tanganku. Aji, pria ini dulu sempat menaruh hati padaku. untungnya meski kutolak kami masih bisa berteman. Dan, akhirnya dia jadi orang yang setahun ini membantuku bertahan.

Setelah selesai dengan 3 gelas tequila. Aku dan Aji memutuskan untuk pulang. Tiba didepan kos, aku langsung turun begitu saja. Aku tidak tahu lagi mau berkata apa. Hari ini aku dibutakan rinduku. Rindu pada sosok yang setahun ini bersembunyi dalam hati dan pikiranku.

Aku tidak bisa membedakan benarkah rasaku masih berlabuh padanya Atau sebenarnya ini hanya perasaan denial yang muncul gitu aja. Padahal satu hati kecilku yang lain sekarang sedang menyebut nama orang lain. Lantas siapa yang saat ini menguasai hatiku?.

Second Story : Hai Aji!! Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang