Two

43 12 2
                                    

Two

°°°

"Udah, Flo, sampai sini aja."

"Tapi, aku gak bisa. Aku... Aku gak mau,"

Mimpi tadi memaksaku untuk bangun dengan air mata yang sudah memenuhi pelupuk mata, bangkit kubasuh wajah.

Lelah, rasanya aku lelah dengan segala bentuk rasa ini, untuk apa aku menyiksa diri untuk rasa dan kenangan yang mungkin hanya aku yang mengingatnya?

Setelah mandi dan bersiap seperti biasanya, aku segera pergi ke kantor.

Setibanya dikantor, mas Jean sudah menyambutku dengan senyuman khasnya, senyuman yang biasanya siap-siap nyuruh buat ngelakuin sesuatu.

"Mas Jean senyum pagi-pagi, mau Flo ngapain nih?" Godaku.

"Aduh Flo tahu aja, beliin kopi dibar depan dong, gua denger enak tuh."

Sebentar....

Bar depan? Bar itu? Kuhela nafas, ingin kutolak, tapi gak enak rasanya kalo menolak.

"Caramel machiatto satu ya buat Flo?"

Mas Jean tersenyum sambil mengeluarkan beberapa uang, kuraih dan bergegas menuju bar itu. Sebelum masuk bar, sejenak berhenti dan mengatur nafas.

Aku bernafas lega saat tidak mendapati keberadaan orang yang sejak kemarin menjadi curigaku.

"Kak, ice americano satu sama caramel machiatto satu ya."

"Sebentar ya, ak, barista kita belum datang, mohon ditunggu dulu."

"Lama gak ya kak? Soalnya saya juga harus keburu balik kantor."

"Kenapa, Rin?"

Suara itu? Sebentar aku enggak salah dengar kan? Aku yang tadi fokus pada staff didepanku, akhirnya memalingkan wajah kesumber suara.

Dia...

Itu benar dia, mata kami saling menatap, segerombolan cerita manis dan pilu menyerang pelan, kakiku mulai gemetar.

"Ini, pak, mbaknya order, cuma barista belum ada yang datang."

Terimakasih!!! Berkatnya ajang tatap mata ini dapat berakhir.

"Yaudah biar saya aja yang bikin."

Aku seperti mendadak kehilangan kesadaranku.

"Silahkan ditunggu ya kak."

Aku hanya mengangguk lalu berjalan menuju salah satu bangku yang masih kosong, nataku menatap kosong, kakiku masih gemetar, hatiku masih nyeri. Untungnya air mataku enggak turun.

Ponselku berdering, jelas tertera nama Aji disitu, sudah pasti dia akan mengomeliku dengan rentetan kalimat saltynya.

"Selamat pagi, Aji." sapaku pada dia diseberang sana.

'Pagi, Flo, dah bangun lo? Gua kira lu lupa cara bangun setelah minum 3 gelas tequila.'

Tuhkan bener dia pasti bahas itu, aku sandarkan tubuhku kekursi, sesaat mendengus sebal.

"Kan cuma 3 gelas, Ji? Dikit itu, entar malem lagi boleh kan, Ji?"

'Udel lo! Bucin boleh tolol jangan, kasihan tuh badan.'

"Aji mau lihat udel Flo? Boleh, tapi beliin tequila lagi."

'Bego lu ah, Flo, kerja sono, semangat!'

Dan begitulah percakapan kami berakhir, aku hanya tertawa, Aji memang begitu. Pasti tadi dia takut aku belum pulih, jadi dia telfon untuk memastikan.

Second Story : Hai Aji!! Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang