Dulu, kita berdua adalah dua orang yang paling dimabuk cinta. Aku menganggap dirimu runahmu. Kau juga sempat berujar Aku rumahmu. Namun, pada akhirnya kamu menamparku dengan segala penghianatan dan luka yang kamu bawa. Hari itu, Aku masih ingat dimana orang yang paling kupercaya mengambil seluruh kepercayaanky dan mengembalikannya dengan sebuah kebohongan yang disebut formalitas. Dulu kita memang ssdekat nadi. Tapi, kita kini hanya dua orang asing bukan? Aku hanyalah aku dengan rasa yang masih sama. Entah bagaimana denganmu? Sebuah rasa kecewa dan sedikit benci. Masihkah?terkadang Aku berekspektasi mengharap kisah kita masih punya cerita kedua yang lebih manis dari sebelumnya. Yang tidak berakhir dengan sia - sia. Langkahku tadi mungkin terhenti saat kamu memanggil namaku. Enggak, Aku teralalu takut untuk berhenti. Jadi kulanjutkan kakiku untuk melangkah. Keluar mengabaikan dia yang sempat jadi raguku.
Aku hanya tidak mau melihatmu yang hanya mengingatkanku pada segala kekecewaan yang sudah berhasil kusembuhkan.
Kalian tahu? Dulu Aku masih berusaha menhajak abim untuk kembali menjalin hubunhan lagi. Sampai ada satu titik Aku sadar dimana dia bukan lagi orang yang kuharap. Sudahlah. Aku lelah. Aku tidak mau membawa diriku pada fase itu lagi.
'ji dimana ji?'
Daripada pikiranku makin tidak karuan. Jalan paling benar adalah ngajak aji keluar. Panggilan baru saja diangkatnya.
' rumahlah, mau dimana lagi.'
Seperti biasa aji menjawab dengan ketus. Dibilang kalau engga ketus bukan aji namanya. But, its okay!! Thats him.
' gue depan kantor. Sumpek!! Mau muter-muter' rengekku
'tungguin bentar gue otw'
' asik!! Makasih ji!!'
Aji menutup panggilan. Pertanda dia lagi jalan menuju kesini.
begitulah Aji. meski dia bukan sosok yang manis dalam merangkai kata. Ia adalah soulmate yang paling mengerti Aku. jarak rumah Aji dari sini engga begitu jauh. Sepuluh menit menunggu, dia sudah sampai. kali ini dia gak pakai mobil. tumben bener pakai motor nih anak.
"tumben pakai motor,pak?" tanyaku sembari naik kemotor. padahal mah ya belum dipersilahkan sama dia. Ah gapapa! gak disuruhpun udah peka aku tuh.
"lu kalau sumpek katanya suka cerita sambil motoran. ya gue pakai motor." aji menyahut saat motor yang kami kendarai mulai melaju.
"Ji, tadi gua lihat dia pelukan sama cewek. Padahal beberapa hari kemarin dia meluk gue didepan kantor. Dia masih belum berubah ya?" aku meletakkan kepalaku dibahu Aji.
aji diam cukup lama. enggak merespon.
"gua udah bilang. jangan lagi berjuang buat hal-hal yang bikin lo sakit. Gue ga mau ya, Flo."
Aku tahu dan kalian juga tahu. Aji tidak merespon pertanyaanku bukan bearti dia enggak peduli. hanya saja dia benar-benar gak mau Aku masuk ke zona yang bikin jatuh itu lagi.
"Gue udah engga difase itu. Hanya, tiap kali gue lihat dia rasanya takut,Ji."
" Terserah kalau seandainya lo mau sama dia lagi. semua kembali lagi ke elo. Tapi kalau nanti dengan ending yang sama. gue gak akan bantu lo lagi."
Aku hanya meresponnya dengan cubitan pelan dipingganggnya
"dih! sakit ya. turun sini aja deh lo." rutukknya padaku.
bukan menyahutnya. tanganku malah melingkar erat di perut Aji. menyandarkan kepala dipunggungnya. menghirup aroma yang setahun ini menjadi aroma paling familiar bagiku. Kami cuma berkeliling sebentar. enggak lama Aji udah bawa aku kedepan area kos.
"sono tidur lo. udah malem."
setelah melihat Aji meninggalkan area kosku. Aku segera masuk menuju kamar.
"Flo"
aku kaget mendapati Abim berada didepan kamarku. wajahnya nampak lelah. Kaos abunya sedikit kusut. Rambut mulletnya sedikit berantakan. meski sekarang jantungku enggak stabil. Aku sedang berusha menstabilkannnya.
"lo ngapain disini?" tanyaku tenang. Padahal mah ya penasaran.
"tadi si adek."
Aku masih enggak paham dengan yang dimaksudnya. jadi kuyakin mukaku sekarang lagi ngeluarin ekspresi bego. Duh asli malu!.
"yang tadi aku sama Aku itu si adek."
barulah aku pahan yang dimaksudnya , " oh.. ya terus kenapa? bukan urusan gua juga. Udah ya gua capek."
abim menahan langkahku dengan meraih salah satu pergelangan tanganku. Aku menengok kearahnya. sedikit membuang nafas. jujur, Saat ini aku malas. malas untuk memikirkan hal-hal yang harus kami berdua bicarakan.
"kamu jadian sama Aji?."
"enggak kita berdua hanya sebatas soulmate."
" soulmate? bukannya sama aja kaya pacaran?."
"Anggao aja begitu. udah ya, bim. udah malam. pulang."
Aku melepas paksa tanganku. lalu berjalan masuk kekamar. Kuhempaskan tubuhku ke kasur. melihat kelangit-langit. tiba-tiba pikiranku mengajakku kembali ke waktu silam. waktu paling menghancurkanku.
'iya gue benci lo.'
'gak papa kalau kita udahan, bim. Tapi, tolong jangan benci gua.'
aku pernah menaruh hati penuh pada sosok pria bernama Abim. Menaruh segenap percayku untukknya. Meski pada akhirnya kepercayaan itu tidak pernah dihargai dan selalu dianggapnya sebagai sebuah kesalahanku karena percaya padanya. bertemu dengannya sekarang adalah sebuah ekspektasi yang sama sekali tidak pernah terpikir. Aku bingung bagaimana menanggapi pertemuan ini. Tuhan paling tahu bagaimana kecawaku terhadap Abim. Tapi, Tuhan juga tahu betapa masihku mengharap ia kembali. dulu.
inikah definisi mencintai itu? saat kamu tetap mencintai seseorang. meskipun berkali-kai ia telah menghancurkanmu. meski telah berkali-kali menolakmu. kamu selalu berharap dia pulang kepadamu. Sekali lagi kukatakan itu Aku yang dulu. Karena sekarang hatiku bukan menyebut namanya lagi. Ada nama lain yang diam diam kupendam.
******
part ini pendek aja deh ya......
haiii semoga kalian menikmati story ini.
terimakasih untukmu yang telah mengispirasiku menciptakan sosok abim. terimakasih telah memberiku rasa sayang yang pada akhirnya harus kita akhiri dengan perpisahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Story : Hai Aji!! Day6
RomanceSeperti seseorang yang punya kesempatan kedua dalam hidupnya. Sebuah cerita juga punya paruh kedua. Begitu pula dengan kisahku yang masih terpusat pada orang yang sama. Bisa jadi ini second story antara aku dengan dia atau mungkin second story kami...