five

29 9 0
                                    

Cerita ini enggak tahu bakal disebut cerita yang menyenangkan atau menyedihkan. Karena didalamnya ada begitu banyak emosi yang bahkan Aku sendiri enggak bisa menuangkan. Jujur, Aku masih sama seperti dulu. Tidak mampu tegas pada diriku sendiri maupun orang lain. Enggak enak ya jadi orang gak tegaan? Bahkan saat ada orang yang udah jahat masih aja Aku ngerasa harus minta maaf.

Abim, salah satu orang yang dulu tidak bisa aku tegasin. Yang pada akhirnya kita berdua harus berpisah yang bisa jadi karena ketidak tegasanku. Kami berdua terjebak dihubungan yang dijalani 3 orang. Lucu enggak sih? Aku tahu pacarku selingkuh. Namun, yang kulakukan hanyalah menuntutnya beberapakali yang dibalas dengan kata sabar dan dijanjikan hal hal manis. Dan Aku mempercayai itu. Sungguh saat itu Aku sepercaya itu padamu bim. Tanpa keraguan.

" Gue takut masih enggak bisa tegas sama dia, Ji."

Karena hari ini minggu dan kami berdua sama-sama free. Kami memutuskan untuk jalan cari gelato yang katanya enak didaerah sini. Aku dan Aji.

" Harus bisa tegas. Ogah ya gue kalau lo menye-menye lagi. Ini bukan lagi vcerita anak kuliah .Lo kalau mau maki, maki aja. Jangan ditahan."

"Gue enggak bisa. Dia juga pernah jadi orang baik dihidup gue."

Setelahnya Aji cuma diam. Aji, cowok ini diam diam jadi orang spesial buat gue. Siapa sih yang enggak akan jatuh ke Aji?. Hanya, Aku menahan diri. Karena takut. Takut kita berdua yang baik akan berakhir asing. Rumit gak sih?. Iya Aji tuh serumit itu buatku.

Aji tuh enggak bisa disepelein adanya dihidupku. Kalau aku teh aji kaya gulanya. Sepahit-pahitnya hidupku kalau udah sambat sama aji berasa aja manisnya. Tapi, ya gitu. Aku hanya mau dia disini enggak kemana mana dan tetap jadi Aji. Aji sahabatku, soulmateku. Yang aku gak akan takut kita berdua bakal putus atau jadi asing.

Aji dan Abim, mereka berdua punya tempat tersendiri dalam hidupku. Mereka datang diwaktu yang sama dulu. Tapi dari keduanya Aku belajar, belajar bagaimana rasanya dicintai orang lain. Yang sebelumnya enggak pernah kurasain. Kalau ditanya siapa yang lebih berarti. Jawabannya keduanya.

" Gua cuma enggak mau lo sejatuh waktu itu."

Aji bergumam, sedikit aku lihat raut itu. Raut yang muncul tiap kali dia khawatir. Raut yang duku sering muncul diwajah teduhnya yang sering enggak aku sadari.

"Enggak kok. Gua juga enggak mau kembali jatuh lagi kan,ji."

Kita berdua memilih buat diam dan ngabisin es krim yang dari tadi kita anggurin. Dan hari itu berjalan gitu aja.

*****

Hari senin kaya biasanya. Kasus banyak, tugas kuliah juga makin gak tahu diri datangnya. Kalau mas jean bilang, jalanin dan senyumin aja semuanya. Pelan-pelan dikerjain pasti kelar. Kalau cuma dianggurin dan disambatin ya enggak bakal selesai.

"Flo"

Tuh,  Mas Jean baru aja manggil. Baunya ada kasus baru atau mau nyuruh buat ketemu klien. Enggak papa. Samperin aja dulu.

"Ini ada kasus baru. Nah, karena dewa hari ini enggak masuk dan kebetulan banget gue ada sidang. Jadi, mau enggak mau lo dulu yang nemuin kliennya."

" Yaudah. Mas jean kasih aja dimana harus ketemunya."

"Tapi,Flo..."

"Kenapa mas?"

"Kliennya yang punya cafe deket kantor."

Aku cuma diam pas denger mas jean ngomong begitu. Harus banget ya ketemu dia? Aku jadi heran sama jalan hidupku. Saat Aku mau menutup buku, malah dibawa kembali ke halaman buku yang lama.

"Oh. Yaudah engga papa mas."

Apa yang bisa Aku lakuin selain mengiyakan. Ya meskipun bisa aja kutolak. Tapi, inget kebutuhan hidup yang makin mengembang kaya kue yang lagi dioven. Bisanya ya cuma iya. Yang penting dapet bonus. Lumayan buat nambahin uang jajan kalau lagi galau kan?.

"Yaudah nanti jam 2 langsung ke cafenya ya."

Setelah mengiyakan instruksinya. Aku segera kembali ke mejaku. Kerjaan masih banyak enggak bisa kalau santai-santai kan?.  Dewa, iya dewa lagi absen hari ini. Katanya sih diare kebanyakan makan pedes. Lekas sembuh,wa.

'  entar sore cari bakso aci deket pertigaan itu mau kaga?'

Itu Aji, dia nelfon aku sekarang.

"Oke. Kalau gue udah kelar temu klien gue kabarin ya. Jemput depan cafe yang deket kantor aja."

Tidak ada kata menolak untuk bakso aci. Harus iya pokoknya.  Percakapan kita berdua cuma sebatas itu. Dan lanjut lagi berkutat dengan pekerjaanku.

****
Pukul dua siang. Panas. Bekasi bisa gak ya ga sepanas ini sehari aja? Usai mengunpulkan segenap niat dan keberanian. Aku lagi jalan menuju cafe abim. Iya benar. Klienku kali ini adalah dia. Dan ini alasan mas jean ragu memberikan kasus ini. Aku hanya akan menemuinya sebagai bagian dari tanggung jawabku. Hanya itu. Aku enggak tahu ini sebuah kebetulan atau takdir mau bikin kita berdua ketemu lagi dengan caranya.

Saat tiba di cafe nyatanya abim sudah duduk dibangku dekat jendela yang menghadap langsung pada keramaian jalan. Meski ragu kakiku tetap melangkah padanya. Ia tersenyum saat Aku menarik kursi dihadapannya dan duduk.

"Selamat Sore, Pak." Sapaku padanya. Bagaimanapun dia adalah klien yang harus Aku hormati.

"Harus formal banget gini ya,Flo?" ia tampak kaget karena baru saja kupanggil bapak.

"Saya disini untuk pekerjaan jadi saya harap kita berlaku profesional." Begitulah Aku menjawabnya.

"Saya disini hanya diberi arahan untuk mengambil berkas yang diminta pak jean. Sudah disiapkan?." Aku melanjutkan ucapanku.

  Abim mengulurkan amplop coklat besar. Segera kuambil dan kuperiksa isinya. Dan ternyata sudah lengkap.

"Oke. Ini sudah lengkap. Untuk arahan lebih lengkap nanti akan diarahkan langsung oleh Pak Jean.

"Kalau begitu saya pamit."

"Flo kamu enggak mau habisin kopimu dulu?"

Iya tadi dia sempat memasankanku secamgkir caramel machiatto.

" Maaf. Tapi Aji udah nunggu aku."
Telunjukku menuju kearah aji yang lagi menungguku didepan Cafe.

"Is he your boyfriend?"

Abim tampak ragu menanyakan hal itu.

Aku tersenyum " i love him so much"

Aku lebih suka menjawab begitu. Karena tidak bisa hanya kujawab dengan iya atau tidak. Aku pikir ini akan menjadi babak kedua antara Aku dan Abim. Tapi, Akhirnya Aku sadar hatiku sudah berlabuh pada sosok yang sekarang tengah tersenyum padaku ini. Iya dia Aji. Dan Aku harap kali ini kita berdua tak perlu jadi Asing lagi. Karena Aku hendak membuat babak kedua untuk kita berdua, Ji.

Kedatangan Abim sempat menggoyahkanku. Tapi, untungnya hatiku tahu kemana harus pulang. Ia pada sosok yang sekarang tengah menungguku sambil bersandar dimobilnya itu. Sosok teduh dibalik kata garamnya. Dia Ajiku. Dia yang diam diam menjadi tempatku menitipkan hati. Aku tersenyum berjalan menujunya. Begitu ia juga tersenyum kearahku. Senyum yang menenangkanku selama ini.

Jika, ia tahu bahwa aku masih mengharapnya. Akankah dia menyuruhku berhenti lagi? Ji,kalau kamu tahu rasa itu masih kucurahkan untukmu akankah kamu menghilang lagi ji?.

*****

Terimakasih sudah membaca. Jangan lupa baca Soulmate : Hai Aji juga ya!!

Terimakasih untuk Aji didunia nyata yang melandasi lahirnya tokoh ini. Hai apa kabar? Aku menyapamu disini yah walaupun tidak tahu kamu membaca ini atau tidak.

Second Story : Hai Aji!! Day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang