Ch 24 At The Beginning ...

990 55 32
                                    

Kedua bersaudara Chen; bersama Yunxi dan Jingmi memasuki columbarium Babaoshan, setelah sebelumnya mereka melakukan registrasi di lobby

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua bersaudara Chen; bersama Yunxi dan Jingmi memasuki columbarium Babaoshan, setelah sebelumnya mereka melakukan registrasi di lobby. Rumah penitipan abu itu sangat luas dan bersih dengan sebagian besar materialnya didominasi marble warna putih.

Di sepanjang dinding dan koridor ruangan; terdapat susunan pintu-pintu kecil yang berukuran sekitar 30-40 cm dengan nama-nama yang terukir di atasnya. Apa yang ada di balik pintu itu adalah sebuah guci atau disebut juga pasu; sebagai tempat penyimpanan abu kremasi. Sementara di setiap sisi engsel pintu; terdapat tempat bunga, biasanya akan diletakkan lily atau chrysanthemum di sini.

"Chen... Chen Hu Jing ... Chen Xuan Long..."

Yunxi membaca nama opa dan oma Chen yang tertulis dengan cat warna gold di dua pintu yang bersebelahan itu. Terakhir dia ke sini, pada saat oma Chen meninggal dan jenasahnya dikremasi... itu hampir dua tahun yang lalu.

Hari di mana dia bertemu kembali dengan Feiyu di Central Park New York; adalah hari yang sama di mana Chen Xuan Long menghembuskan nafas terakhirnya. Roda kehidupannya berputar sangat cepat; dari atas langsung ke bawah... Itulah yang dirasakannya saat dirinya mendengar kabar dari Chen Hong; mama dari Yuang dan Feiyu.

Laki-laki dengan kemeja warna ivory itupun menelan ludahnya dan meraba ukiran nama opa dan oma Chen dengan jari-jarinya.

"Yunxi; letakkan júhuā (chrysanthemum) ini dan ambil bunga yang sebelumnya; nanti kita akan membawanya pulang," pinta Feiyu sambil menyalakan dua lilin merah sebagai simbol dari energi kehidupan yang diletakkan di atas sebuah piring putih kecil di lantai.

Sementara; Yuang dan Jingmi menata beberapa píngguǒ (apple); lambang dari kebijaksanaan, gānjú (orange); lambang dari kesejahteraan, hoat-koé (kue mangkok) dan âng-ku-kóe (kue kura-kura) berwarna merah serta menuangkan baijiu (arak putih) dan teh Longjing kesukaan opa dan oma Chen di dua gelas cangkir kecil. Semuanya itu diletakkan di piring putih; tepat di sebelah lilin merah.

Feiyu pun mengambil hio kemudian membaginya ke kakaknya; Yunxi dan Jingmi. Masing-masing berjumlah 3; pertama untuk langit dalam arti para dewa; kedua untuk bumi atau keselarasan alam dan ketiga untuk kedamaian manusia. Jika jumlah hio mereka dihitung; maka akan genap 12 yang berarti kebahagiaan untuk semua makhluk hidup.

"Ayo; Gēgē kamu duluan," ucap laki-laki dengan kemeja DIOR light blue itu sambil merapikan ketiga hio merah di antara jari-jarinya yang panjang.

Yuang menoleh ke Jingmi dan Yunxi yang berdiri di belakangnya, "Aku?"

"Memangnya siapa lagi? Kamu 'kan yang anak pertama di garis keluarga; baru setelah itu Feiyu, aku, dan terakhir Yunxi," balas Jingmi heran, "Tsskkk... kamu ini pernah sembahyang tidak sih?"

"Memangnya kamu pernah?" balas Yuang balik sambil menatap Jingmi dengan senyuman kecilnya yang penuh sindiran, "Paling cuma waktu Chūnjié dan Qīngmíngjié*..."

(END)✨MY LITTLE SUGARDADDY✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang