Draco terangkat dari alam bawah sadar saat merasakan sebuah tepukan pelan pada lengannya. Terangnya sinar pagi itu membuat matanya memicing. Dan kala kelopak matanya terbuka sempurna, pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah wajah pemuda berambut pirang dengan pipi kurus dan rahang yang lebih kecil.
Draco langsung terlonjak. Bahkan ia hampir jatuh dari kantung tidurnya.
“Aku pikir kau tidak akan tidur nyenyak tadi malam.” Newt berkata. Pemuda itu kembali berdiri tegak lalu melemparkan sebuah baju ke arah Draco. “Ikutilah aku jika kau ingin membersihkan diri. Atau kau bisa terus diam di sini dengan kemeja kotormu itu.”
“Apa kau sedang memerintahku sekarang?”
Kerutan di dahi Newt muncul. Ia melipat kedua tangannya di dada. “Bukankah Tuan berambut pirang yang satu ini sangat membutuhkan privasi? Hari ini adalah jadwal mandi para Gladers. Dan aku memberimu kesempatan untuk menggunakan kamar mandi terlebih dahulu dan sendirian. Kecuali jika kau ingin bergabung dengan yang lain.”
Draco langsung bangkit. Ia tidak akan sudi jika harus mandi bersama orang-orang ini. Bahkan Crabbe dan Goyle pun tak pernah ia izinkan untuk melihat mata kakinya. Jadi mana mau ia berada di dalam satu ruangan dengan keadaan telanjang bersama orang yang bahkan tak ia kenali.
“Kau menjamin bahwa privasiku akan tetap aman?”
“Tentu saja. Jangan terlalu percaya diri bahwa kami akan mengintipmu, Draco. Lagi pula kami memiliki barang yang sama.”
Draco berdecak. Ia tidak tahu jika pemuda imut seperti Newt bisa mengatakan hal-hal yang menyebalkan.
Kemudian mereka beranjak, berjalan menuju sebuah bangunan lain yang Draco yakini adalah sebuah kamar mandi. Tapi sebelum itu, ia melirik ke salah satu kantung tidur. Dan Potter tidak ada di sana.
“Kau tidak akan kehilangan sahabatmu itu, Draco,” seru Newt saat menyadari kegelisahan Draco. “Dia ada di sana.” Newt menunjuk dengan dagunya.
Lalu sepasang mata Draco beralih ke arah yang Newt maksud. Dan ia bisa melihat sosok Potter yang sedang melakukan sesuatu di depan tembok bersama Alby.
“Aku tidak pernah menanyakannya, Newt. Dan aku tidak peduli,” desis Draco.
Ia kemudian berjalan lebih dulu, meninggalkan Newt dengan sebuah cebikkan khas di bibirnya.
***
Aliran air membasahi kepala Draco. Rasa dingin seolah menusuk seluruh syarafnya. Wajah pemuda itu menunduk. Mengamati lengan kirinya tanpa ekspresi.
“Tanda sialan ini,” gumam Draco. “Kenapa aku harus memilikinya?”
Tato Death Eater. Ia benar-benar membencinya. Tanda dari pangeran kegelapan ini selalu membuatnya tertekan. Draco memang suka membully Potter dan teman-temannya. Ia juga suka merendahkan siswa asrama lain yang tak memiliki keturunan darah murni. Tapi dengan timbulnya tanda kegelapan tersebut, Draco merasa bahwa aliran darahnya sendiri seribu kali lebih kotor dari seorang mudblood.
Sejujurnya, ia ingin pergi. Ia ingin memutuskan semua koneksinya dengan para Death Eater atau bahkan pangeran kegelapan itu sendiri.
Dan sekarang, bukankah kesempatan itu telah datang? Ia terjebak bersama Potter di sebuah tempat yang sama sekali tak ia ketahui. Ia bisa tidur di sini, mendapat relasi baru, dan membangun kehidupan baru. Tapi jika ia terus berada di sini, apa yang akan terjadi dengan ibunya? Bagaimana jika ibunya mendapat kutukan tak termaafkan dari Pangeran Kegelapan?
Draco meninju dinding di depannya berkali-kali. Aliran air kini bukan hanya keluar dari pipa, melainkan juga ikut keluar dari kedua matanya. Ia sangat takut, sungguh. Ia benar-benar benci harus menjadi pengikut Pangeran Kegelapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harry Potter and The Maze Runner
Fanfiction[slow update] Saat Harry mengetahui fakta bahwa Draco adalah penyebab semua kekacauan yang terjadi di Hogwarts, ia pun mencoba mengejar Draco untuk memastikannya. Namun serangan mantra yang dilemparkan oleh lelaki pirang itu terpaksa membuat Harry h...