13. Mereka Mungkin Mati

1.3K 204 21
                                    

Hogwarts, Britania Raya.

 

Beberapa murid Gryffindor tingkat keenam sedang berkumpul di ruang rekreasi dengan wajah mendung. Gemeletuk suara kayu yang terbakar pada perapian sesekali terdengar. Ron yang duduk di depan perapian terlihat sedih dengan noda hitam yang menghiasi kantung matanya. Begitu pula dengan kondisi wajah Hermione, Ginny, dan Neville yang saat ini sedang membaca setumpuk buku mengenai Sihir Waktu, dan beberapa buku dunia muggle mengenai Dunia Paralel dan Time Machine yang telah dikirimkan oleh orang tua Hermione beberapa hari lalu.

“Aku masih tidak percaya bahwa kecelakaan ini akan menimpa mereka,” gumam Hermione tanpa mengalihkan pandangan dari halaman buku yang sedang ia baca. “Bagaimana mungkin mereka bisa melakukan pertengkaran konyol itu di kamar mandi?”

Ron mengalihkan pandangannya dari perapian. “Kau sudah mengatakan itu berulang kali, Mione.”

Hermione hanya mendengus tanpa mengalihkan fokus dari deretan huruf pada bukunya.

Ginny dan Neville mengangkat wajah dari buku yang berada di pangkuan mereka. Kejadian yang menggemparkan penghuni Hogwarts satu minggu lalu, tentu saja memberikan dampak yang luar biasa. Memikirkan peristiwa tersebut membuat keadaan mereka sama kacaunya. Belum lagi Hermione tak berhenti mengoceh dan menuntut Prof. Dumbledore untuk bertanggung jawab. Dan hasil dari tindakan tersebut membuat Hermione memaksa teman-temannya untuk ikut mencari referensi kemungkinan sihir apa yang telah menimpa Harry dan Malfoy.

Ginny menghampiri Hermione. Wajah gadis berambut pirang ikal itu terlihat sangat pucat. Ginny juga sama cemasnya. Dia bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak beberapa hari ini karena memikirkan Harry. Dia sangat merindukan Harry, tentu saja. Dia bahkan bisa melihat perubahan sikap kakaknya, Ron, yang tak seceria biasa. Belum lagi, kesibukannya semakin bertambah karena dia harus menggantikan posisi Harry sebagai kapten quidditch. Tapi wajah Hermione seribu kali lebih mengkhawatirkan. Gadis itu tak berhenti membaca buku demi mencari referensi untuk membatalkan kutukan yang menimpa Harry dan Malfoy.

“Ini sudah tengah malam, Mione. Lebih baik kau beristirahat,” bisik Ginny sambil menepuk bahu Hermione pelan.

Kali ini Hermione mengangkat wajahnya untuk melihat jam dinding. Ternyata jarum utama sudah menunjukkan pukul satu. Kemudian gadis itu menatap temannya satu persatu.

“Maaf karena telah membuat kalian ikut begadang bersamaku.”

“Tidak apa-apa, Hermione,” jawab Neville. “Lagi pula aku suka membaca. Tapi aku tidak tahu jika buku dari dunia muggle bisa semenarik ini.”

Hermione hanya mengerutkan dahi saat membaca judul buku yang sedang Neville pegang. Di sana tertulis, Kasus Mati Suri Yang Tak Pernah Terpecahkan.

Hermione telah membaca buku itu saat liburan musim panas tahun lalu. Dan pada setiap halaman dijabarkan pengalaman bagaimana orang-orang yang pernah mengalami mati suri di dunia muggle. Ada yang bilang bahwa mereka berkelana ke tempat dan dimensi lain. Ada yang berkata juga bahwa jiwa mereka seolah terjebak antara dua dunia. Sedangkan pernyataan lain bersikukuh bahwa jiwa atau roh mereka sedang diuji untuk menaikkan derajat hidupnya sebagai manusia.

Karena bujukan Ginny, akhirnya dia pun beranjak dari sana. Ron dan Neville membantu membereskan buku-buku yang tergeletak di atas karpet, lalu mereka mematikan perapian. Sedangkan Hermione dan Ginny pergi lebih dulu menuju asrama mereka.

Terlepas dari apa yang sudah dia lakukan, perasaan cemas karena sahabat baiknya masih terbaring koma dengan denyut nadi yang hampir lenyap merupakan mimpi buruk. Bahkan ketika kepala Hermione menyentuh bantal empuk di kamarnya, dia tidak bisa berhenti memikirkan Harry.

Harry Potter and The Maze RunnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang