14. Avocado Seed

1.2K 216 41
                                    

Tadinya mau update kemarin. Tapi ga enak badan bgt bawaannya pusing wkwk.
Kalian jangan lupa jaga kesehatan yha~^^
Makasih banyak karena udah mau nungguin dan dukung cerita ini.
Happy reading!💗


Sudah beberapa hari berlalu sejak kejadian di gubuk med-jack. Harry sempat marah karena Draco menyihirnya dengan mantra tidur. Tapi hal itu justru membuat hubungan mereka semakin membaik. Bekerja sama secara rahasia dalam membuat ‘replika’ sapu terbang tentu membuat keduanya banyak menghabiskan waktu bersama. Sesekali, mereka bahkan saling memanggil dengan nama depan. Tanggapan para Gladers pun di luar dugaan. Terkadang mereka melontarkan berbagai godaan, tapi tak ambil pusing jika Harry dan Draco sudah kelihatan bersama.

Rencana Draco untuk mengelabui Gladers berhasil. Secara tak sadar, rasa senang juga tumbuh di benaknya karena bisa dekat dengan Harry. Mengingat betapa dulu dia sakit hati karena tidak bisa menjadi teman Harry Potter, tentu saat ini dia bahagia bukan main.

Draco bangun di tengah malam seperti biasa. Dia mengeluarkan tongkat dari dalam saku dan melemparkan mantra tempus. Sejauh ini, jam sihir tersebut tidak pernah menunjukkan kejelasan waktu. Angka-angka yang tampak selalu abstrak. Seolah dia memang terjebak di tempat yang tidak bisa dideteksi.

Draco juga sempat mencoba ber-apparate di sekitar Glade, dan itu tidak berhasil. Ada energi negatif di sekitar sini yang membuat sihirku tak bekerja dengan baik, pikir Draco. Tapi ia tidak tahu halangan itu apa.

Mengendap-endap, pemuda itu mendekati kantung tidur Harry. Di sana tengah meringkuk tubuh Harry yang terbalut selimut tipis pemberian Alby. Jangan salah sangka, Draco juga mendapatkan satu dari Newt. Jadi dia beranggapan bahwa sudah kewajiban Alby dan Newt untuk memastikan seluruh penghuni Glade mendapat perlakuan yang adil.

“Potter?” bisik Draco. Ia merendahkan tubuhnya sejajar dengan kantung tidur Harry sembari mencondongkan wajahnya sedikit.

“Potter?” ulangnya lagi. Namun tak ada jawaban dari pemuda itu.

Melihat Harry Potter yang sedang terlelap seperti ini, Draco baru menyadari bahwa kulit pemuda itu sangat bersih. Bulu matanya lentik, hidung dan bibirnya lucu, bahkan bekas tanda petir yang selalu jadi bulan-bulanan Draco, malah membuat wajah itu semakin menggemaskan. Harry sangat sempurna. Fakta bahwa dia dikelilingi oleh orang-orang yang tulus pun melengkapi hidupnya.

Sesaat, Draco kembali cemburu. Tapi memikirkan jika ia terlahir sebagai Harry yang harus berurusan dengan Pangeran Kegelapan, maka rasa iri itu langsung menghilang diterpa angin.

“Harry?” Draco memanggilnya lagi. Ketika jari telunjuknya meninggalkan beberapa ketukan di pipi Harry, barulah sepasang mata emerald itu berkilau.

“Merlin,” batin Draco, “He is beautiful!”

Harry Potter and The Maze RunnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang