Dua

2.6K 372 350
                                    

Selamat membaca...
Bacalah selagi " On Going..."
.
.
.
Mulmed di atas tidak ada hubungannya sama alur cerita.
.
.
.

Hinata menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Kakinya yang berada dibawah meja, ia hentak-hentakan. Malu, itulah yang dirasakan Hinata tadi saat di kantin. Bisa-bisanya ia tadi menuruti apa maunya Kiba menggombali Namikaze Naruto.

Rasanya sekarang Hinata ingin sekali berteriak. Ia malu, terlebih dengan Naruto sendiri, bagaimana tidak? Pria itu sama sekali tidak tersenyum sedikitpun. Bolehkah Hinata menangis? Menggombali Naruto saja ia tidak bisa, pantas saja Sasuke selama ini tidak bisa melihat cintanya yang besar.

Flashback...

Hinata merinding saat tatapan safir pria didepannya ini menatapnya dingin. Namun, demi Sasuke ia harus berani untuk menggombali Naruto.

"Ayo, cepat Hinata....!" teriak Shion dari kursinya. Disusul oleh teriakan dari para siswa yang sedang berada di kantin juga saat itu.

"Kau tau mengapa menara pisa itu miring?" Hinata memulai gombalannya dengan jantung yang terus menabuh genderang. Naruto hanya diam saja namun, tetap menatap intens Hinata. Karena tidak ada jawaban dari Naruto, Hinata meneruskan saja gombalannya.

"Karena tertarik oleh senyumanmu."

"Eeeaaakk..." Seruan serentak itu terdengar menggema di seluruh penjuru kantin.

"Lagi...lagi...lagi..." sorak para siswa.

Hinata menelan ludahnya, ia belum berhasil membuat Naruto tersenyum.

"Kau tau apa yang membuatku bahagia?"

"Jawabannya ada dikata pertama kalimatku tadi."

"Kau..." Shion mewakili semua untuk memberitahu maksud dari Hinata.

"Eeeakk...eakkk...eaakkk..." Lagi seruan sorakan terdengar menggema. Namun, Hinata sudah gemetaran saat Naruto menatapnya bertambah dingin. Hinata memohon dalam hati, agar Naruto bisa tersenyum. Namun, nihil. Akhirnya, Hinata memutuskan untuk mencoba sekali lagi. Jika ini tidak berhasil, ia akan lari menuju kelasnya dengan kencang.

"Namikaze-san tau, tiang apa yang paling enak?" kali ini, Naruto memberi respon dengan menaikkan satu alisnya dan juga tangan yang bersedekap dada. Jadilah itu membuat Hinata semakin gemetar. Naruto tidak akan memukulnya kan? Atau mencegatnya sepulang sekolah nanti?

"Apa?" Hinata membola, saat Naruto mengeluarkan kata dari mulutnya. Mulut Hinata terbuka lalu menutup kembali, ia ingin segera menuntaskan ini semua namun, suaranya seperti hilang.

Menarik nafas dalam, mencoba untuk menenangkan dirinya agar bisa dengan cepat menyelesaikan tantangan dari Kiba ini

"Tiang-tiang mikirin kamu sambil minum es jeruk."

"Eeaakkkk....." Kali ini sorakan terdengar lebih riuh diikuti dengan gebrakan serta pukulan pada meja yang dilakukan siswa lain.

Hinata menatap Naruto, ingin sekali agar Naruto tersenyum sekali saja. Namun, lagi-lagi nihil. Dengan cepat Hinata berbalik dan berlari keluar kantin sekencang yang ia bisa.

Tanpa Hinata tau, jika Naruto tersenyum tipis.

'gadis bodoh.'

Flashback off ...

Y O UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang