14

1.4K 239 32
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

❤️❤️❤️

Apa yang akan terjadi dimasa depan kita tak akan pernah tau. Seperti sekarang, Naruto duduk di brangkar menunggui calon Ibu dari anaknya. Shizuka, wanita itu benar-benar melakukan ucapannya. Menggugurkan janin yang sedang tumbuh didalam rahimnya.

"Kau tega," ujar Naruto setelah sekian lama sepi melanda. Shizuka hanya diam menatap kosong pada langit-langit kamar rawatnya tidak menanggapi ucapan Naruto.

"Apa jiwamu bukan manusia? Iblis kah?"

Pertanyaan dari Naruto, lagi-lagi diacuhkan oleh Shizuka. Kehamilannya sangat beresiko, tentu saja. Dengan riwayat penyakit yang tergolong ganas itu mengandung bukanlah hal yang mudah. Pintu ruang rawat Shizuka terbuka, memunculkan orang dengan pakaian rapi serta rambut yang kelimis. Pria itu maju mendekati Shizuka yang terbaring lemah.

"Nona, kami sudah selesai mengurus semua perintah Nona," ujar pria tersebut dengan sopan. Shizuka hanya mengangguk.

"Ada yang bisa saya bantu lagi Nona?"

"Tidak, pergilah," lirih Shizuka.

Orang tersebut berlalu dari ruang rawat Shizuka.

"Pergi,"

Jelas itu adalah usiran dari Shizuka untuk Naruto, karena hanya ada pria itu disini sekarang. Bibir itu menyeringai, "Kau mengusirku?"

"Bukankah sudah jelas?" Nada Shizuka sangatlah dingin. Namun Naruto tetap beranjak, kini pria itu berdiri hendak meninggalkan ruangan rawat Shizuka. Safirnya melirik map yang tadi pria yang ia tebak sebagai orang bawahan Shizuka. Entah ada dorongan apa, Naruto meraih amplop biru itu. Shizuka diam saja, seakan benar-benar tidak peduli dengan apapun yang dilakukan Naruto di dalam ruangannya.

"KAU GILA HAH...!"

Suara menggelegar Naruto hanya direspon dengan memejamkan mata oleh Shizuka. Semua keputusannya sudah bulat. Wanita itu mengakui jika dirinya adalah seorang yang keras kepala, bahkan sangat keras.

"IBLIS...!!"

Naruto berlalu dengan amarah dari ruangan rawat Shizuka. Tak ada respon yang berarti dari Shizuka, "Kau benar Naru, tidak seharusnya Hinata menanggung akibat dari perbuatan kita, meski sebenarnya kita pun korbannya," lirih Shizuka pada dirinya sendiri.

"Mati adalah hal yang saat ini aku inginkan. Aku... Akan menemani anak kita, agar dia tidak sendirian,"

***

Naruto menghancurkan setiap benda yang menghalangi jalannya masuknya menuju mansion megah milik klan Shimura, termasuk para penjaga yang sedang melaksanakan tugas mereka. Ia harus membuat perhitungan dengan Sai Shimura. Jika hanya tentang dirinya, mungkin Naruto tidak akan sampai seperti ini. Akan tetapi, sudah satu nyawa terbunuh dan kini akan ada satu nyawa lagi yang terbunuh, ia tidak akan membiarkan begitu saja Sai dengan tenang menjalani hidupnya.

"Wooow, lihat siapa yang datang?" itu adalah suara dari manusia jantan yang ia cari. Amarah Naruto semakin membara saat netra dan rungunya menemukan atensi yang ia cari.

"Sai Shimura..." Ucap Naruto dengan menekan disetiap kata. Sai sejujurnya sedikit takut melihat Naruto sekarang. Tapi, karena ini di rumahnya ia tidak akan takut, banyak pengawal yang menjaganya.

"Jangan sebut namaku dengan mulut busukmu itu," ujar Sai dengan santai sembari memutar gelas kristal berisikan cairan anggur yang sangat mahal. Naruto menatap Sai dengan sengit, tangannya mengepal. Kakinya dengan tegas mengayun membawanya mendekat pada target yang sudah tidak sabar ia berikan rasa sakit dari semua rasa sakit yang pria itu ciptakan.

Sasuke, Shikamaru, Ino, Sakura, dan Temari yang berada di situ pun turut tegang melihat raut wajah Naruto yang baru pertama kali mereka semua lihat. Wajah yang biasanya datar dan dingin itu, kini terlihat mengeras serta memancarkan aura gelap yang sangat pekat. Jantung mereka semua bertalu semakin cepat tatkala Naruto memberikan satu pukulan keras pada perut Sai. Tentu saja pria pucat itu terbatuk dan lumbung pada lantai. Ino dan Sakura bahkan berteriak saking terkejutnya. Sai mengusap cairan yang keluar dari mulutny," Wwoooaah, aku kira ini anggur ternyata ini berbau amis dan rasanya seperti besi,"

Ino menatap nanar keadaan kekasihnya. Tetapi ia tidak berani turut andil, ia tau Naruto seperti apa, pasti ada sesuatu hal yang mampu menyentil sisi gelap dari mantan kekasihnya itu. Mereka tambah dikejutkan dengan Naruto yang kembali memberikan serangan keduanya. Tidak, bukan kedua tetapi bertubi. Naruto menendang keras dagu Sai lalu dilanjutkan dengan mencengkram keras kerah baju mahal milik Sai sebelum kembali memberikan serangan berupa tinjuan keras di pipi kanan Sai. Jangan main-main dengan petarung liar, karena dalam pertarungan liar tidak ada aturan. Dan saat ini, disituasi ini Naruto menganggap dirinya sedang berada didalam arena petarung liar.

"Hentikan....! Siapa kau, hah...!"

Itu adalah suara dari seorang pria tua, mungkin saja adalah orang tua Sai. Naruto menghentikan serangannya yang membabi buta pada Sai. Safir birunya tertuju pada sumber suara yang baru saja ia dengar. Disana berdiri seorang pria parubaya yang gagah, bak seperti orang kaya pada umumnya.

"Anda Ayahnya Sai?" Tanya Naruto tanya rasa hormat sama sekali. Pria angkuh itu menatap Naruto lalu melirik anaknya yang sedang terkapar tak berdaya dengan nafas yang satu-satu.

"Apa yang kau lakukan anak muda?"

"Hanya membuat perhitungan dengan anak Anda Tuan Shimura yang terhormat,"

"Langsung saja," Ayah dari Sai tidak ingin berbelit. Naruto mendekat pada Ayah Sai, "Anak Anda telah melakukan hal yang membuat saya harus mengalami masa sulit dari pada harus kehilangan kedua orang tua saya. Anak Anda menjebak saya hanya karena takut kekasihnya yang notabene adalah mantan kekasih saya kembali berpaling pada saya,"

Pria bernama Danzo itu pun memalingkan mukanya menatap Sai yang terbatuk dipangkuan Ino. Matanya juga menatap lekat kekasih anaknya yang ia tau dari klan Yamanaka.

"Dan karna perbuatan anak Anda, saya akan menjadi seorang Ayah,"

Perkataan Naruto mengejutkan Sasuke dan yang lainnya.

"Namun hari ini, saya kehilangan calon anak saya. Sebenarnya hal ini mungkin tidak ada hubungannya dengan Sai, namun karena dialah calon anak saya ada," dengan aura dinginnya, Naruto tetap melanjutkan ucapannya, "Lalu...." Naruto kembali menjeda ucapannya, "Ibu dari calon anakku memutuskan untuk mengikuti calon anak kami dengan mendonorkan jantungnya,"

Hening, suasana kini terasa sangat hening juga mencekam. Shikamaru bahkan sampai tidak bisa memahami situasi yang sedang terjadi.

"Jadi, sebagai pelampiasan itu semua, saya rasa anak Tuan pantas untuk menjadi pelampiasan rasa sakit saya, rasa kecewa saya, rasa sedih saya yang kehilangan calon anak," mata Naruto menatap sengit pada Sai. Kepala Danzo mengangguk, ia menepuk bahu Naruto.

"Lanjutkanlah pelampiasanmu, sungguh aku tidak mempunyai putra bajingan macam itu,"

Setelah berkata seperti itu, Danzo berlalu dengan memberi kode pada seluruh penjaga untuk meninggalkan tempat ini dan mengikutinya.

Naruto kembali mendekati Sai yang kini merangkak mundur guna menjauh dari Naruto.

"Kau takut ya?" Senyum kematian Naruto hadirkan dengan senang hati untuk seorang Sai Shimura, "Bahkan, Ayahmu merestuiku untuk menjadikanmu pelampiasanku,"

Sai sudah terpojok, tubuh lemahnya tidak akan bisa meruntuhkan kokohnya tembok yang berdiri. Naruto berlutut tepat dihadapan Sai.

"Sai..." Panggil Naruto dengan nada beratnya, "Kehilangan separuh jiwa itu menyakitkan,"

***

Aku update segini dulu yah...

Karena anakku lagi Khitan jadi ak bener² gak bisa bagi waktu...

Kalau ada typo tandai...

Pay pay...

.
.
.

Bersambung...
.
.
.
Arigatou Gozaimasu...

Y O UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang