20

2.4K 271 184
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

***

Hikari tersenyum lebar ketika melihat putrinya telah resmi menyandang sebagai istri dari Naruto Namikaze. Kini tidak ada lagi Hyuuga Hinata yang ada hanya Hinata Namikaze. Air mata mengalir tanpa bisa Hikari tahan, air mata bahagia dari seorang Ibu yang lega telah menitipkan putri semata wayangnya pada seseorang yang baik. Nurani seorang Ibu tidak akan bisa dibohongi, Hikari bahagia meski tersimpan sedikit rasa menyesal dihatinya karena sudah memaksakan kehendaknya pada Hinata dan Naruto.

"Hinata, bawa ini," ujar Naruto sembari menyodorkan tuxedo yang dipakainya. Alis Hinata mengerut, "Kenapa dilepas?" Acara belum selesai, dan suami barunya ini malah melepas tuxedo yang pria itu kenakan.

"Entah mengapa aku merasa semakin keren ketika memakai tuxedo itu, sehingga semua mata tertuju padaku," ungkap Naruto dengan percaya diri. Hinata hanya memutar mata bosan. Jika dengan dirinya atau Hikari, Naruto tidak ada dingin-dinginnya sama sekali.

"Kau rajanya hari ini,"

"Dan kau ratunya,"

Balas Naruto dengan mengerling nakal pada Hinata, mengundang rona merah di pipi pualam sang gadis.

"Hei Hinata, kita ini teman atau sahabat?"

"Entah,"

"Sahabat jadi cinta...tidak buruk juga." Hinata melirik Naruto, senyumnya merekah ketika otaknya sadar jika pria disampingnya kini adalah miliknya. Orang yang mampu membuka mata Hinata terhadap cinta butanya pada Sasuke Uchiha.

"Aku memang tampan," ujar Naruto yang tau jika Hinata tengah memandanginya.

"Ya, suamiku memang tampan," gumam Hinata disertai senyum manis. Naruto berdehem, jangan sampai Hinata tau jika pipinya tengah memanas sekarang. Hinata tidak bodoh, ia punya mata yang cukup jeli. Rona merah samar muncul di pipi Naruto membuat Hinata terkikik.

"Ayo, kita sapa para tamu," ajak Hinata pada Naruto dengan menggenggam tangan Naruto, "Tunggu dulu, pakai tuxedomu lagi. Hanya untuk malam ini saja, aku membiarkan mereka semua menikmati ketampanan suamiku,"

"Haish." Naruto salah tingkah, pria itu menarik tangan Hinata yang kini sudah berbalik ia genggam. Hinata semakin terkikik geli.

"Ouhhh, betapa manisnya suamiku,"

***

Malam datang begitu cepat, dua insan yang baru saja sah itu diliputi rasa canggung satu sama lain. Meski sering berdua di dalam kamar, namun itu hanya sebatas mengobrol saja tidak lebih. Kini mereka duduk diranjang indah yang bertabur kelopak bunga mawar.

"Siapa yang menaburkan bunga seperti ini?" Tanya Naruto sembari tangannya meraih kelopak bunga mawar merah dengan telapak tangannya.

"Mungkin ini salah satu fasilitas untuk pengantin baru," ujar Hinata dengan lirih dan malu-malu, "Agar romantis," imbuh Hinata lagi.

"Romantis dimananya? Ditaburi bunga seperti kuburan saja," mendengar ujaran Naruto tawa Hinata menggema.

"Hei...bukan begitu konsepnya,"

"Ck...!"

Hinata masih dengan tawanya yang kini sudah memelan. Naruto mengamati Hinata yang tertawa lepas. Jika dilihat dari dekat seperti ini, Hinata memang sangatlah cantik. Hinata sadar jika Naruto tengah memperhatikannya.

"Ada apa?"

"Apa?"

"Mengapa kau memandangiku seperti itu?"

"Salah?"

"Tidak sih,"

"Hai..." Ujar Naruto tiba-tiba pada Hinata lengkap dengan tangan yang melambai pada Hinata, "Hai... Istri," lanjut Naruto lagi.

Y O UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang