17

1.2K 221 28
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

***

Malam ini begitu sunyi setelah Hikari mengutarakan keinginannya. Dengan susah payah wanita parubaya itu mengungkapkan apa yang ia inginkan selama ini. Hikari berkata ia ingin sekali mempunyai cucu dari putrinya dan Naruto. Dan Ibu dari Hinata itu pun berjanji akan tetap hidup jika mempunyai seorang cucu dari mereka.

"Jangan percaya apa kata Ibuku," ujar Hinata tanpa melihat pada Naruto yang duduk disampingnya. Keadaan mereka sama, yaitu canggung. Walau terbiasa bersama namun tetap saja ada suasana dimana semuanya terasa serba salah, seperti saat ini contohnya.

"Kau tidak mau Ibumu hidup lebih lama?"

"Jangan bodoh Naru. Hidup mati seseorang hanya Tuhan yang tau," ucap Hinata lagi, "Lagi pula, apa jaminannya Ibuku tetap hidup sampai kita punya anak?" Naruto terdiam, tidak ada yang salah dengan penuturan Hinata. Hanya saja, untuk menimbulkan rasa ingin sembuh dari pasien penderita kanker itu susah sekali. Tidak bisakah Hinata menuruti apa keinginan Hikari? Namun, tidak salah juga dengan pemikiran Hinata. Gadis itu hanya tidak mah bertindak egois.

"Jangan korbankan hidupmu demi Ibuku," ujar Hinata lagi kini dengan menunduk dan serta suara yang terdengar lemah, "Hiduplah dengan orang yang kau cintai selamanya," tepat sekali perkiraan Naruto tadi bukan?

"Tapi cinta bisa tumbuh," sanggah Naruto. Mata bulan itu menatap tepat safir biru milik Naruto. Tak lama kepala bertahta indigo itu pun mengngangguk, "Cinta itu kita yang rasa, Naru. Sakit atau bahagia hanya orang yang menjalani yang merasakan. Ada yang terlihat sengsara dimata orang lain tapi nyatanya orang itu malah sangat bahagia begitu pun sebaliknya," ucap bijak Hinata pada Naruto, "Tapi aku hanya tau pernikahan yang tidak diawali cinta berakhir dengan bahagia hanya ada di dalam novel," imbuh Hinata lagi.

"Kau kan cinta padaku, tugasmu untuk membuatku cinta padamu," dengan percaya diri Naruto mengatakan hal itu. Hinata tersenyum menghadap Naruto, "Seperti lirik lagu, aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cintaaaaaaaa kepadaku," mereka tertawa kecil bersama.

"Jalani saja dulu, aku rasa jatuh cinta padamu tak sulit Hinata,"

"Benarkah?" Naruto menggaruk belakang kepalanya, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Hinata karena ia sendiri tidak yakin. Dihatinya masih tersisa nama Shion, gadis itu belum sepenuhnya terhapus dari relung hatinya.

"Haaah,, mari bersikap realistis Naruto-kun," ajak Hinata. Gadis itu berdiri guna merenggangkan otot pinggangnya ke kanan dan ke kiri. Naruto bersedekap, meneliti penampilan Hinata dari atas sampai bawah.

"Cebol,"

"Hn,"

"Menikah denganku ya?"

***

Sasuke masih saja penasaran dengan pernyataan Naruto lalu, apakah iya gadis yang di maksud Naruto adalah Sakura? Tapi Sasuke juga tau sifat Naruto yang tidak pernah berkata hal tidak penting padanya.

"Sakura, boleh aku bertanya sesuatu hal padamu?" Tanya Sasuke pada Sakura. Gadis cantik berambut pink itu pun mengangguk pelan. Tentu saja Sasuke boleh bertanya apapun padanya karena mereka sekarang sepasang kekasih.

"Apa kau pernah..." Sasuke menjeda ucapannya karena masih ada ragu, "Ah, tidak jadi," pada akhirnya Sasuke menelan kembali pertanyaan yang menganggu pikirannya itu. Dahi lebar milik Sakura mengeryit keheranan, mengapa Sasuke tidak jadi bertanya? Dan pernah apa?

"Shika, antarkan aku bertemu dengan Naruto," ujar pelan Sai yang menatap kosong ke depan. Shikamaru tidak terkejut lagi dengan penuturan Sai. Karena memang kemarin mereka sudah bicara empat mata. Sai mencurahkan semuanya pada Shikamaru tentang kegundahan serta ketakutannya akan kehilangan Ino.

Y O UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang