Selamat Membaca...
.
.
.***
Didepan rumah kecil Naruto berdirilah lima orang manusia. Mereka datang untuk menemani salah satu dari mereka meminta maaf. Sasuke, Sai, Shikamaru, Sakura dan Ino itulah nama-nama mereka yang sudah sedari tadi berdiri di depan rumah kecil yang terlihat kosong.
'jadi ini rumah Naruto? Kecil sekali? Batin Sakura.
"Kelihatanya Naruto tidak di rumah," ujar Shikamaru.
"Ini bukan rumah Naruto," itu adalah seruan dari bungsu Uchiha.
"Apa maksudmu Sasuke?" Ino sungguh hafal dimana letak rumah mantan kekasihnya dulu.
Sasuke menatap Ino, mereka dulu sangat sering kemari hanya untuk belajar bersama, "Ino, Naruto bukanlah lelaki lemah. Dia sudah memiliki rumah yang lebih layak daripada ini," ujar Sasuke menjelaskan.
"Lalu sekarang dimana dia tinggal?"
Sasuke hanya diam, ia tak tau harus memberitahu Ino dan yang lainnya atau tidak, karena Naruto sekarang bukanlah Naruto yang dahulu.
"Mau apa kalian?" Suara baritone yang sangat mereka hafal membuat kelimanya menengok kebelakang. Disanalah berdiri sosok yang mereka cari. Berdiri dengan tegap dengan wajah datar.
"Namikaze Naruto." Sai memanggil Naruto pertama kali. Alis Naruto bertaut karena keheranan ketika Sai memanggil namanya. Masih hangat diingatan Naruto ketika pria ini mengatainya ketika ia menyebut namanya.
"Ada apa?" Naruto berusaha ramah, mau bagaimanapun mereka tamunya.
"Aku kesini ingin meminta maaf," ujar Sai dengan kepala tertunduk.
"Hoaaah, seorang Shimura datang ke rumahku untuk meminta maaf? Apa yang harus aku suguhkan pada kalian?"
"Maafkan aku Naruto." Sai tidak mempedulikan perkataan Naruto yang seakan mengejeknya. Sai ingat dengan tujuannya datang kemari menemui Naruto adalah untuk meminta maaf bukan untuk menambah perselisihan. Naruto sendiri yang melihat tingkah Sai pun dapat menyimpulkan jika lelaki itu datang dengan niatan serius.
"Ikut aku, rumah ini kosong. Aku sudah tidak tinggal disini lagi," ajak Naruto pada kelima orang tersebut. Ino menatap sendu pada mantan kekasihnya itu yang sama sekali tidak memandang ke arahnya. Mereka mengikuti langkah Naruto, ternyata tidak jauh dari rumah lama Naruto hanya berjarak enam rumah.
Kini di depan mereka terpampang rumah yang sedikit lebih besar dari yang tadi hanya saja ini lebih rapi dan juga bersih. Pintu terbuka saat Naruto menekan handle, saat pintu terbuka lebar semua dibuat terkejut dengan siapa yang berada didalam rumah Naruto.
"Naruto-kun, bagaimana aku sudah cantikan?" Hinata bertanya tanpa melihat kearah Naruto, gadis itu sibuk dengan tatanan rambut barunya yang panjang dibuat curly. Ohhh, sangat cocok dengan Hinata. Karena tidak mendengar suara jawaban dari Naruto, akhirnya Hinata menoleh pada Naruto dan kini gadis itulah yang dibuat terkejut. Matanya melotot besar namun tetap imut bagi siapa saja yang melihatnya.
"Kalian tinggal seatap?" Tanya Sakura dengan tatapan sinis pada Hinata. Naruto melirik Sakura sekilas, "Tidak, dia bukan gadis murahan," itulah jawaban Naruto pada Sakura. Gadis bersurai pink itu berdecih. Naruto masih saja membela Hinata daripada dirinya.
Sasuke menatap tidak percaya dengan penglihatannya saat ini. Hinata, gadis yang biasa saja, gadis yang dulunya selalu mengejar-ngejar dirinya kini berubah total. Wajahnya ayu dengan sedikit polesan make up natural, memanah mata Sasuke hingga enggan untuk berpaling. Rambut yang ditata cantik dan sangat menarik.
Naruto maju, "Masuklah," titah Naruto pada kelima tamunya. Tangan kekarnya meraih pinggang Hinata, agar tamunya bisa masuk kedalam rumah.
"Seperti itu tidak murahan?" Sakura berkata dengan smrik evil miliknya. Ino tersenyum pada Hinata yang merona atas tindakan Naruto.
Shikamaru mengawali masuk kedalam rumah Naruto. Mereka duduk di sofa yang ada di ruang tamu milik Naruto. Wangi citrus dan lavender berpadu menghasilkan wangi aromaterapi yang menenangkan. Naruto melepas rangkulannya dari pinggang Hinata.
"Sudah berangkat sana," usir Naruto pada Hinata yang sedari tadi mencuri pandang pada Sasuke yang juga mencuri pandang padanya.
"Jaga matamu, mau kusewakan satpam untuk menjaga matamu itu?"
"Apa sih...!"
Hinata manut dengan perintah Naruto, meski hatinya masih saja bergetar saat melihat Sasuke namun hanya getaran biasa. Bukankah ketika kita bertemu dengan orang yang spesial dimasa lalu jantung akan tetap berdetak namun ritme dan rasanya berbeda. Itu yg author alami hehehehe.
Tanpa mengatakan apapun pada tamu Naruto, Hinata pun beranjak meninggalkan rumah Naruto. Setelah memastikan Hinata menjauh dan tidak kembali lagi untuk beradu pandang dengan Sasuke, Naruto lantas menyusul kelima tamunya setelah menutup pintu.
Suasana hening, tidak ada yang membuka suara. Mereka semua sibuk dengan pemikiran masing-masing, berbeda dengan Sakura yang terlihat sibuk memindai keadaan rumah Naruto.
"Kalian kesini hanya menumpang untuk turnamen saling diam?" Shikamaru yang mengerti kemana arah sindiran Naruto pun membuka suara.
"Kami kesini untuk menemai Sai meminta maaf padamu,"
"Meminta maaf padaku?"
"Ya, maafkan aku Naruto." Sai menyahut, ia merasa disini seharusnya ialah yang banyak bicara.
"Untuk kesalahan yang mana?" Kepala Sai tertunduk, "Semuanya." Naruto menatap penuh pada Sai.
"Kalian tau kematian Shizuka?" Mereka kompak mengangguk. Naruto mendesah lirih, "Itu semua tidak ada hubungannya denganmu Sai. Wanita gila itu lah yang memutuskan semuanya," jelas Naruto.
"Wanita gila?" Tanya Sai. Naruto tersenyum miring, "Wanita waras mana yang mengugurkan janinnya sendiri? Wanita waras mana yang menolak diajak menikah oleh Ayah kandung bayi yg dikandungnya. Wanita waras mana yang menyuruh orang lain merawat bayinya sedangkan dia sendiri sudah yakin akan mati dalam waktu dekat," penjelasan panjang dari Naruto mampu membungkam mulut mereka bahkan Sakura terlihat menghentikan tingkahnya memindai rumah Naruto.
"Bukan kau yang menyuruh dia mengugurkan kandungannya?" Tanya Shikamaru.
"Ya, memang aku," jawaban Naruto membuat semuanya terkejut, terutama Ino. Ia sangat tidak percaya dengan penuturan Naruto, ia tau betul jika Naruto adalah lelaki yang bertanggung jawab, "Aku menyuruhnya mengugurkannya karena ia dengan seenaknya memintaku menikah dengan gadis lain dan merawat anak kami nanti. Bukankah itu gila?"
"Jadi, kau tidak perlu merasa bersalah Sai,"
"Tetap saja Naruto, aku bersalah. Akulah penyebab dari semua itu,"
"Baiklah, aku maafkan. Jika tujuan kalian kesini hanya itu silakan pergi sekarang," usir Naruto.
"Tidak sopan!" Sengit Sakura, "Bukan begitu, aku bukanlah kalian semua yang diam dirumah saja lalu uang akan datang dari orang tua kalian. Aku, harus pergi bekerja dan juga Ibu sedang ada di rumah sakit. Beliau sendirian," jelas Naruto.
"Ibu?" Beo Ino, ia tau jika Naruto itu yatim piatu. Safir itu akhirnya menatap pada Ino, "Ibu Hikari, Ibunda Hinata," mendengar entah mengapa hati Ino sedikit sakit. Sebenarnya, sedekat apa hubungan Naruto dan Hinata? Sai melirik pada Ino yang sedang tersenyum. Pria pucat itu tau makna senyuman kekasihnya. Namun, kali ini Sai tidak cemburu karena bagaimanapun dulu memang ada cerita antara Naruto dan kekasihnya.
"Pergi sekarang?" Tanya Naruto dengan santai, "Kalai tidak, kalian bisa disini. Anggaplah rumah kalian sendiri."
"Tidak kami pulang saja." Ino mewakili mereka. Naruto mengangguk.
Mengantarkan tamunya ke depan pintu, Naruto menatap penuh penilaian pada Sai. Sejujurnya ia masih penasaran perihal kedatangan Sai padanya untuk meminta maaf. Namun, Hikari pernah menasehatinya jika ada yang datang dengan niatan baik maka, berfikirlah baik pula jika kau ingin hasil akhirnya pun baik.
"Sai, jangan merasa bersalah, mengerti? Apapun yang terjadi pada Shizuka itu sudah pilihannya dan tidak ada sangkut pautnya denganmu. Tetaplah semangat...!"
Sai tersenyum tidak palsu, senyum itu terukir tulus, "Kau orang baik,"
"Tidak, jangan terlalu cepat menilaiku. Karena mata terkadang menipu. Hati-hati dijalan kalian semua,"
***
Bersambung...
.
.
.
Arigatou Gozaimasu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Y O U
Short Story. . . Hinata itu ceria, humoris, dan bucin banget ke Sasuke. Sasuke itu dingin, kaku dan benci banget sama Hinata. Naruto itu berandalan, misterius, dan bucin sama orang yang hanya dia yang tau. Sakura itu baik, lembut, dan pintar. Bagaimana jika me...