Sebelas

1.6K 286 104
                                    

Selamat Membaca...
~baca SELAGI ON GOING~

.
.
.

Seingatku, aku terakhir pubhlish part 11 yah...

Nanti aku akan update part 12 kalau sempat yah... Kalau gak sempat ya besok...

.
.
.

Berita tentang Naruto dan Shizuka tidak tersebar seperti apa yang direncanakan Sai. Ino, mengetahui semuanya mengancam Sai dengan ancaman yang tidak main-main. Pergi dari hidup Sai. Dan itu adalah hal yang sangat ditakuti oleh Sai.

Seminggu berlalu, Ino tidak mendapatkan kabar dari mantan kekasihnya itu. Rasa khawatir tidak bisa Ino sembunyikan dan itu membuat Sai kesal. Namun, kali ini ia tidak bisa melakukan apapun karena ancaman Ino.

Anggaplah jika Sai adalah seorang budak cinta. Tak apa, Sai tidak keberatan dengan sebutan itu, karena itu memang benar adanya. Bagi Sai, Ino adalah segalanya. Meski ia mendapatkan Ino dengan cara yang dibilang tidak tepat. Menggunakan hartanya untuk menarik Ino kedalam pelukannya dan juga merebut paksa Ino dari Naruto.

"Masih saja khawatir tentang mantan terindahmu?" Ino melirik Sai dengan tajam, hingga rasanya tatapan itu bisa menembus mata mata Sai yang fokus pada Ino.

"Diam...! Kaulah yang membuatku seperti ini...!"

"Kau juga yang membuatku seperti itu...!" Kali ini Sai tidak bisa menahan amarahnya. Pria putih itu juga menyeru dengan nada tinggi saat Ini kembali menuduhnya. Walau tuduhan itu benar adanya namun, Sai hanya ingin Ino tidak perlu mengungkitnya kembali.

"Andai saja kau bisa memberikan hatimu seuntuhnya untukku seperti dulu, aku tidak akan pernah melakukan hal semenjijikan itu pada mantanmu itu...!"

"Andai saja, fokus mu tetaplah padaku, aku tidak akan pernah melakukan hal yang kau bilang tidak lelaki itu...! Kau paham?!"

Ino memandang Sai dengan lemah. Apa benar semua ini kesalahannya? Apa salah jika hatinya kembali memandang Naruto setelah ia tak merasakan nyaman bersama Sai seperti ia merasakan nyaman pada Naruto. Ya, harusnya ia sudah bisa melupakan Naruto. Tapi, dirinya bisa apa saat hatinya sendiri lebih condong ke Naruto. Menundukkan kepalanya, Ino merasa bersalah. Sai yang melihat Ino seperti itu akhirnya luluh, ia tidak bisa marah dengan durasi yang lama pada Ino.

"Maaf sudah membentakmu." Sai maju dan menarik Ino kedalam dekapannya.

***

Seminggu ini, Naruto menghindari Hinata. Pemuda tampan itu belum menceritakan kejadian minggu lalu pada Hinata. Entahlah, ia hanya takut untuk bercerita pada Hinata. Takut untuk apa? Tidak tau.

"Hei... Naruto-kun, kau kenapa sih?" Hinata menarik lengan Naruto yang berjalan di depannya hingga tubuh pemuda itu kini berhadapan langsung dengan Hinata.

"Kau melakukan kejahatan?" wajah Naruto datar, sangat datar. Mengapa dimata Hinata dirinya tidak ada baik-baiknya sama sekali.

"Tidak,"

"Lalu mengapa kau seakan menghindariku?"

"Mengapa aku harus bersamamu?"

Jawaban Naruto membuat Hinata terdiam. Dengan pelan Hinata melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Naruto. Benar, mengapa dirinya harus sampai seperti ini. Dirinya dan Naruto hanya teman, walau dekat tapi tidak sedekat perkiraan Hinata. Ternyata, Naruto tidak menganggap dekat yang seperti definisi Hinata.

"Oh... Ha ha ha maaf kan aku," ujar Hinata dengan nada dan tawa sumbang.

Naruto memejamkan matanya, ia sadar telah berkata yang menyakiti Hinata. Untuk beberapa waktu lalu, Hinata memang yang paling dekat dengannya selain Garaa.

Y O UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang