Selamat Membaca...
.
.
.❤️❤️❤️
Satu bulan berlalu sejak pernyataan cinta dari Hinata mengejutkan Naruto. Dan sejak saat itu pula tidak ada pertemuan lagi antara Naruto dan Hinata. Keduanya saling menghindar ketika bertemu. Bagi Hinata, menghindari Naruto hanya untuk memupuskan rasa yang mulai tumbuh sedangkan dari Naruto sendiri ia menghindari Hinata karena rasa bersalahnya. Tentang pernyataan cinta Hinata yang tiba-tiba, Naruto masih belum selesai mengijrah hatinya. Bagi Naruto, Hinata sangatlah spesial namun bukan dalam artian spesial yang seperti itu. Akan tetapi, saat Hinata mengatakan cinta saat itu, darahnya berdesir lembut, jantungnya menimbulkan kejut yang lain dari pada yang lain. Antara senang dan biasa, Naruto masih belum bisa menentukan apa mau hatinya. Naruto berjanji pada dirinya sendiri jika ia sudah menemukan arti dari Hinata di hidupnya, ia tidak akan melepaskan gadis manis itu. Sekarang memang menjauh adalah yang terbaik.
Fajar menyingsing indah, cahaya kuning keemasan melukis langit dengan apiknya. Bau harum udara musim hujan menyapa indera penciuman setiap manusia yang berada diluar rumah mereka.
Pagi ini, Naruto akan bertemu Shizuka. Tadi malam Shizuka mengatakan ada yang perlu ia bicarakan. Mungkin saja tentang kehamilan. Hinata pernah berkata jika Shizuka tidak akan hamil. Namun jika Tuhan berkehendak lain kita bisa apa?
Setelah selesai mengenakan sepatunya, Naruto terdiam, banyak pikiran yang berkecamuk di dalam benaknya. Salah satunya adalah tentang bagaimana ia akan bisa menjalani kehidupan bersama seorang bayi nantinya.
Tak ada gunanya menyesali apa yang sudah terjadi. Karena apa yang terjadi dihidup kita bukanlah semata-mata unsur kesengajaan melainkan memang sudah takdir dari yang maha kuasa. Bahkan saat daun jatuh pun atas izin Tuhan. Bukankah begitu?
Berdiri, Naruto siap menghadapi apapun nanti kedepannya bersama anak dan istrinya, mungkin. Apapun akan ia lakukan demi menghidupi seorang gadis yang menjadi putri di dalam keluarganya.
"Kau bisa Naruto,"
Dengan perasaan yakin yang mencapai batas maksimal, Naruto menapaki jalan raya guna mengikis jarak antara rumahnya dan rumah Shizuka. Ya, Shizuka tidak mengajak Naruto untuk bertemu diluar.
Sesampainya ia di rumah Shizuka hal pertama yang ia lihat adalah pagar tinggi yang menjulang. Naruto tau, Shizuka bukanlah gadis dari kalangan biasa.
"Masuklah, Naruto-kun." Naruto tersentak dengan suara renyah dari Shizuka. Tadi ia masih asik memindai pagar tinggi dihadapannya dengan arsitektur ukir yang sangat amat apik sekali. Naruto mengikuti langkah Shizuka memasuki rumah wanita itu. Lagi, Naruto takjub dengan indahnya bangunan didepan matanya.
Shizuka tersenyum, "Jangan kagum dulu, di dalam akan lebih bisa membuatmu tercengang,"
Dengan nada gurauan Shizuka menyeletuk pelan. Naruto yang memang kaku dan datar hanya memandang Shizuka dengan wajah yang datar. Namun hal itu menimbulkan kekehan dark Shizuka.
"Kau memang hanya akan terlihat berbeda jika bersama dengan Hinata,"
Naruto tidak menanggapi, baginya bersama Shizuka adalah sama dengan para gadis lain. Shizuka tersenyum simpul. "Duduklah, aku akan mengambil sesuatu." Naruto duduk di sofa yang tadi Shizuka persilakan. Mata safirnya tak bisa untuk tidak terpejam saat jantungnya tiba-tiba saja berdetak kencang. Sesiap-siapnya Naruto dengan hal buruk yang akan terjadi tetap saja rasa takut dan gugup menyergapnya. Safir sebiru lautan itu mengikuti Shizuka yang melangkah mendekatinya.
"Ini." Shizuka menyodorkan sesuatu yang sudah Naruto duga. Naruto tidak mengambil benda pipih itu dari tangan Shizuka, jadilah wanita itu menaruh benda itu di meja kaca depan Naruto, "Aku yakin kau pasti tau artinya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Y O U
Short Story. . . Hinata itu ceria, humoris, dan bucin banget ke Sasuke. Sasuke itu dingin, kaku dan benci banget sama Hinata. Naruto itu berandalan, misterius, dan bucin sama orang yang hanya dia yang tau. Sakura itu baik, lembut, dan pintar. Bagaimana jika me...