23

1.7K 203 42
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

***

Naruto rasanya ingin sekali mencekik Hinata saat ini. Bisa-bisanya wanita itu melakukan hal yang diluar dugaannya. Dirinya sudah was-was dan khawatir jika kemungkinan Hinata diculik, namun pada kenyataannya wanitanya itu pergi ke salon guna mempercantik dirinya agar kencan hari ini berjalan dengan sangat lancar dan Hinata juga berniat kencan kali ini akan menjadi kencan terindah sebelum mereka memiliki anak. Karena ketika sudah memiliki anak nanti, pasti akan sulit untuk mendapatkan waktu berduaan seperti saat ini.

"Kau kenapa Naru?"

Wajah Naruto masih kesal, "Ck... Aku mengira kau diculik," mata Hinata berkedip lucu. Diculik? Tawa renyah Hinata menguar, membuat Naruto semakin jengkel pada istri cebolnya ini.

"Aduhhh sakit," eluh Hinata saat Naruto menjepit kepalanya di ketiak lelaki itu, "Hei...! Rusak nanti rambutku, kau tau ini perjuangan...!" Sewot Hinata pada Naruto.

"Masa bodo,"

"Kau aneh, mengapa kau berpikiran jika aku diculik? Lepaskan Naruto-kun, kau mau aku berantakan saat kencan?!" Hinata masih berusaha melepaskan diri dari jerat Naruto. Kalau dipikir-pikir, mengapa juga dirinya punya pikiran jika Hinata diculik? Mana ada yang mau menculik wanita cebol macam Hinata.

Naruto melepaskan jeratannya, akan tetapi ia kini berganti memeluk Hinata, "Kita tidak jadi kencan," ucapan Naruto membuat Hinata tercenung. Lalu untuk apa ia menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk ke salon jika tidak jadi kencan.

"Mana bisa begitu...!"

"Bisa, di rumah saja kencannya,"

"Tidak mau...!"

"Ya sudah,"

"Dasar kuning sialan...!" Maki Hinata karna kesal pada suami kuningnya itu. Hinata memukuli punggung Naruto meski itu sulit. Dan Naruto memilih untuk semakin mengeratkan pelukannya pada Hinata agar berhenti memukulinya. Tidak sakit memang, tapi kalau terlalu lama ya.....lumayan.

"Sst, diam. Kau tidak malu dilihat banyak orang?"

"Tidak...! Lepas tidak...!"

"Tidak akan,"

"Kau ya...!"

Naruto terkekeh, ia suka melihat wajah Hinata yang kesal. Ia melepaskan pelukannya. Hinata membenahi baju dan rambutnya seraya menatap Naruto bengis. Membalik badannya membelakangi Naruto, tak lama melangkah pergi dengan menghentakan kakinya.

"Hei...gadis...! Mau kemana?" Naruto pura-pura memekik keras.

Hinata menoleh, "Bukan urusanmu...!" Ujar Hinata lalu kembali berjalan dengan hentakan kaki semakin kencang.

"Hati-hati ya...!" Pekik Naruto sedikit kencang tak lupa dengan lambaian tangan sebagai pelengkap. Langkah Hinata terhenti, mengapa Naruto berkata seperti itu? Membalikan badannya, dirinya mendapati Naruto yang sudah berjalan berlawanan arah dengannya .

"Dasar kuning sialan...! Bukannya mengejarku, membujukku, ini dia malah pergi sesukanya. Haishhh, aku sebal tapi aku cinta," gerutu Hinata yang pada akhirnya berlari menyusul Naruto. Ia lupa jika suaminya adalah mahluk kutub utara.

"Hei...! Harusnya kau mengejarku, Naruto-kun...!" Tentu saja Naruto terkikik geli mendengar teriakan Hinata, ia tau jika Hinata kini menyusulnya.

Hinata benar-benar kesulitan mengejar Naruto dengan menggunakan sepatu high heels, namun ia tetap berusaha untuk mencapai Naruto. Hinata melotot sangat besar, saat tubuhnya disambar oleh Naruto sesaat sebelum ia menubruk Naruto. Bukan itu yang membuat Hinata melotot lebar, tapi karena Naruto kini menciumnya. Didepan banyak orang! Sontak saja itu membuat orang yang sedang berseliweran didekat mereka berhenti sejenak untuk memandang pada sejoli yamg sedang di mabuk cinta.

Y O UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang