15

1.3K 254 45
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

***

"Jadi... Dari peristiwa itu Shizuka hamil?"

Naruto tidak menanggapi pertanyaan dari Sasuke. Pria berambut blonde ini malah asik menggerakan kakinya melukis pola abstrak, seolah menganggap Sasuke tidak ada.

"Tidak bisakah kita seperti dahulu?" Naruto tersenyum culas, "Maksudmu? Kau mengajakku menjalin hubungan lagi?"

Sasuke berdecak, "Gila...!" sembur Sasuke dengan dengkusan keras. Naruto hanya tertawa remeh, tak lama ia menghirup udara banyak-banyak dari hidungnya sembari menutup kedua matanya tak lupa merentangkan kedua tangannya. Rasanya sungguh melegakan.

"Sial...!"

"Kau mengumpatiku?"

Naruto diam saja, mengapa setiap memejamkan matanya Hinata selalu muncul. Hubungannya dengan Hinata belum membaik. Naruto yakin jika Hinata mengetahui niatan Shizuka, entah apa yang akan gadis itu lakukan padanya. Naruto akui, Hinata seakan sudah menjadi kelemahan bagi dirinya.

"Hinata," tanpa Naruto sadari, bibirnya menyebut nama gadis itu lirih namun masih bisa didengar oleh Sasuke.

"Khe...! Kau jatuh cinta pada gadis Hyuga itu?" Tanya Sasuke.

"Apa urusanmu?" Naruto sungguh tidak mengerti dengan Sasuke. Kemana sifat dingin dan masa bodo pria itu? Sekarang Sasuke lebih banyak bertanya,, ahh... Atau karena ia mendengar nama Hinata? Gadis yang dulu sangat tergila-gila padanya.

"Hanya tidak menyangka saja kau bisa jatuh cinta pada gadis macam dia,"

"Macam dia? Apa maksudmu?!" sungguh ia paling tidak suka ada yang merendahkan Hinata. Dulu, ia tidak berbuat apa-apa saat Hinata mengejar-ngejar cinta Sasuke bahkan sampai menerima bullyan dari fans Sasuke tapi sekarang ia melindungi keluarganya. Ya, bukankah Hikari dan Hinata adalah keluarganya?

Sasuke menoleh pada Naruto, "Aku rasa kau benar-benar jatuh cinta pada gadis Hyuga itu,"

"Ya... Ada yang salah?" Jawab Naruto dengan tegas. Sasuke terdiam terkejut, tidak menyangka jawaban yang Naruto keluarkan.

"Kau tahu, dia gadis yang baik. Dia lebih baik dari kekasihmu sekarang," tutur Naruto yang menepuk bahu Sasuke dengan senyum remeh.

"Jangan sembarangan bicara!" membalas ujaran Naruto, menyingkirkan tangan Naruto dari bahunya. Sasuke kesal, Naruto membandingkan Sakura dengan Hinata yang jelas jauh berbeda," Sakura dan Hinata berbeda kelas," lanjut Sasuke menjelaskan tentang kelas yang memiliki makna lain. Naruto terkikik geli, Sakura memang handal dalam memikat lawan jenis, buktinya Sasuke saja takluk.

"Tanyakan pada Sakura, dapat salam dari pria yang selalu ia beri bekal makan siang di lacinya setiap hari." Naruto masih terkikik geli ketika melihat raut tegang Sasuke. Naruto yakin, Sasuke mengerti apa yang dirinya maksudkan. Dengan kikikan yang berubah menjadi tawa remeh Naruto pergi meninggalkan Sasuke.

***

Hinata menggigiti kukunya, rasa cemas kini melanda dirinya. Ibunya didalam sana sedang berjuang. Tadi sekitar pukul delapan malam Hikari ditemukan pingsan didalam kamarnya. Hinata yang baru pulang kerja itu terkejut saat diberitahu oleh tetangganya jika Ibunya dibawa ke rumah sakit oleh Naruto. Mata bulannya mengerling kearah Naruto yang duduk di kursi. Pria itu diam sembari menunduk. Hinata tidak menegur karena ia tidak memiliki keberanian untuk menyapa pria itu dan tentunya rasa malu karena ia sudah menyatakan cinta pada pria yang sedang menunduk itu.

Sudah hampir dua jam namun Hikari belum sadarkan diri. Hinata sudah pasrah ketika tadi dokter memberitahukan kondisi Hikari. Apa ia harus merelakan Ibunya pergi? Apa ia jahat? Kanker yang diderita Hikari sudah stadium akhir, pasti Ibunya merasakan sakit yang sangat amat sakit.

Jemarinya menggenggam tangan sang Ibu, seolah mencari ketenangan barang sedikit, atau Hinata sedang memastikan jika nadi sang Ibu masih berdenyut? Entahlah, hanya Hinata yang tau.

"Bu," panggilan dari Hinata itu mengandung getar. Bibir tipis itu bergetar saat matanya memandang sendu sang Ibu yang masih setia menutup matanya. Naruto yang juga ada didalam ruang rawat Hikari hanya mampu terdiam, akan tetapi tidak bisa menutupi rasa khawatirnya pada Hikari. Ia sama dengan Hinata, cemas dan khawatir dengan keadaan Hikari. Tadi ia juga mendengar dengan jelas penjelasan dokter tentang kondisi Hikari terkini.

"Pasti sakit ya Bu?" Pertanyaan yang bodoh dari Hinata, "Agar Ibu tidak sakit lagi, apa harus pergi?"

"Hinata...!"

Tanpa sadar Naruto menggertak Hinata. Ruang rawat kini terasa sangat hening hanya ada isakan Hinata yang menghiasinya. Naruto mendekat pada Hinata, "Ucapan adalah doa, hati-hati dengan ucapanmu!" Ucap Naruto tajam pada Hinata. Gadis itu menoleh pada Naruto dengan raut wajah basah berlinang air mata, "Naruuu," dengan sedikit rengekan yang disertai sesengukan Hinata memanggil Naruto. Melihat Hinata yang kacau saat ini membuat Naruto bisa melihat ada ketakutan yang amat besar dari Hinata. Bola mata yang seperti bulan itu menjelaskan semuanya.

"Ibu... Pasti sembuh," ujar Naruto setelah selesai meraih tubuh Hinata kedalam pelukannya, merengkuhnya hangat menyalurkan ketenangan untuk Hinata yang bahkan sebenarnya sama sekali tak Naruto punyai saat ini.

"Jangan menangis, Hinata,"

***

Disini mereka berdiri, tepat didepan peti jenazah yang sebentar lagi akan ditutup karena akan segera dikremasi.

"Shizuka memilih jalan yang sulit." Naruto melirik pada Hinata yang baru saja berujar.

"Tidak, wanita itu memilih jalan yang benar," kepala bersurai Indigo itu mendongak pada Naruto yang berdiri dibelakangnya.

"Dia menemani anak kami," mendengar itu, Hinata tertunduk, entahlah kata anak kami mampu membuat hatinya terluka. Apakah dia egois? "Daripada bunuh diri, lebih baik mendonorkan jantungnya pada orang lain." Naruto menatap penuh pada jenazah Shizuka yang berbalut gaun panjang berwarna merah terang yang sangat cantik.

"Shizuka, kau.... Benar-benar..."

Acara kremasi berlangsung, kini Naruto dan Hinata yang menunggui prosesi itu. Sungguh memprihatinkan, Ayah dan Ibu Shizuka bahkan tidak ada disini, menemani anaknya didetik terakhir sebelum berubah menjadi abu. Dari rumor yang beredar mengatakan jika orang tua Shizuka masih berada di luar negeri. Ironis sekali.

"Selamat jalan Shizuka,"

***

Aku tau kok ini sedikit banget wordnya...
Di part kemarin responnya rendah ya... Jadi, wordnya aku kurangin juga... Win-win solution kan? Wkwkwkwk

Hemmm, ada beberapa dari readers dan teman yang menyuruhku untuk mencoba menulis Karyakarsa. Apa aku coba kesana saja? Di sini baca gratis tapi respon rendah, kalau aku jadiin pdf pun gak menutup kemungkinan bakal kesebar. Ya kan?

Aku ada beberapa solusi untuk kalian...
Silakan kalian mau yang mana?

1. Aku akan pubhlish ceritaku sampek tamat disini, dengan part terakhir cuma akan ada sampai 24 jam. Setelah lebih dari 24 jam aku tarik lagi...

2. Aku beralih ke karyakarsa atau flatfrom nulis lainnya? Yang jelas tidak akan se-aktif sekarang.

Person : Penulis baru aja belagu...
Me : Biarin, aku cuma bisa belagu disini wkwkwk.

Person : Plin olan banget, ntar tauk2 balik lagi....
Me : Orang plin plan udah langka, maka sayangi aku wkwkwk

Person : Mba, tulisanmu gak kek dulu... Sekarang gak asik...
Me : Ya, aku sudah tua... Wkwkwkwk

Person : Banyak maunya mba mah sekarang...
Me : Daripada banyak omong, banyak tingkah, banyak musuh wkwkwkwk lebih baik banyak maunya... Nyekek kamu misalnya🤣🤣🤣

Ini YOU mau lanjut sampai end gak?

See you, pay pay...
.
.
.

Bersambung...
.
.
.
Arigatou Gozaimasu...

Y O UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang