Terbangun di tanah yang dingin, aku bisa melihat terik matahari, setelah satu bulan penuh tidak melihatnya. Aku melihat sekelilingku. Aku berada di lorong panjang yang cukup gelap, yang dindingnya terbuat dari batu.
Aku berada di dalam labirin.
Aku berdiri dari tempat aku tertidur. Menengok ke kanan-kiri. Kosong, dan gelap. Aku bahkan tak bisa melihat ujung dari lorong ini. Perasaanku sangat takut. Kenapa perasaan ini kembali? Aku pun menguatkan tekadku dan mulai berjalan ke sebelah kananku.
Saat aku terbangun, di punggungku terdapat sebuah ransel yang cukup kecil. Isinya adalah tempat minum kosong, beberapa pisau kecil dan sebuah baju yang sudah sobek-sobek, dan dilumuri darah. Walupun aku tak tahu apa kegunannya baju ini, aku akan tetap simpan. Mungkin saja berguna bukan?
Dinding ini terlihat sudah tua, batu-batu yang retak membuat kerikil-kerikil jatuh ke tanah. Dinding ini juga sudah diselimuti tanaman rambatan, bunga-bunga, dan lumut. Pasti sudah tua. Tinggi dinding ini sekitar 5 meter. Tidak terlalu tinggi, tapi susah untuk dicapainya. Dan lebarnya sekitar 3 meter. Kemudian aku kembali mengingat tentang mimpiku saat aku menjalani test. Persis seperti ini, hanya objek yang berbeda.
Aku tetap berjalan, menelusuri labirin ini. Kiri, kanan, kanan, kiri, kanan, seterusnya yang menurutku jalan yang benar. Disini sunyi, aku tak bisa mendengar apapun kecuali hentakan kakiku dan nafasku yang terengah-engah. Sesekali aku mendengar suara hentakan kaki lainnya, tetapi aku tidak tahu itu siapa dan darimana asalnya, aku tetap berjalan.
Setelah berjalan selama 5 jam yang sangat melelahkan, aku menemukan sebuah titik tempat yang bisa dibilang sebuah taman.
-----Sebenernya lebih mirip kayak di foto, tapi itu cuman gambaran. Bukan asli-----
Taman ini berbentuk persegi, luasnya sekitar 100 meter persegi. Disini banyak pohon-pohon, buah-buahan yang mengkilap siap untuk dimakan, dan air yang berasal dari sumber mata airnya langsung, mengalir dengan jernih. Yang penting disini sangat menarik perhatian. Saking menariknya aku menemukan sebuah mayat berasal dari Creador yang berada di dekat pohon, terjatuh di tanah. Aku mendekatinya. Ia seorang wanita, bertubuh kecil, mukanya sangat pucat, di tangannya terdapat buah berries berwarna ungu. Ia pasti mati karena memakan buah ini, pikirku. Hampir semua buah disini beracun, kecuali apel yang berwarna hijau terang yang tidak beracun. Aku mempelajari ini saat ikut latihan cara bertahan hidup. Kemudian aku mengambil beberapa apel tersebut dan kumasukan ke dalam ransel, sebagai persediaan makanan, serta air yang mengalir tersebut, menggunakan tempat minumku yang kosong. Aku juga mengambil beberapa alat dari tas wanita tersebut diantaranya, sebuah kertas dan pensil, sebuah taser, dan kue-kue kecil.
Hari mulai gelap, aku pun memilih untuk menetap hingga esok hari. Aku membuat tempat berlindung dari ranting-ranting kayu. Dan aku membuat ranselku sebagai bantalanku. Hari yang melelahkan, tapi untuk hari pertama di labirin cukup mudah bukan? Aku tidak memikirkan apapun untuk sekarang karena aku hanya ingin tidur, sangat lelah.
Sebuah teriakan, teriakan seorang wanita, membangunkanku saat siang hari. Kemudian suara itu diikuti oleh suara makhluk yang tidak kuketahui apa itu, tetapi sepertinya makhluk itu sedang mencabik-cabiknya, seperti sedang memakaninya sebagai makan siangnya. Aku pun mulai merapihkan tempatku dan segera bergegas dari taman ini sebelum makhluk itu dapat melacakku. Sebelum aku pergi, aku kembali mengingat tentang mayat wanita kemarin. Tetapi sekarang jasadnya sudah hilang, tidak ada di tempat. Aneh...
Alasan aku mulai berlari karena takut makhluk tersebut mulai mendekatiku. Semakin lama aku berlari, sepertinya semakin kecil suara makhluk tersebut yang entah dimana keberadaannya. Setelah meyakini makhluk itu sudah jauh dariku, aku pun kembali berjalan seperti biasa. Menulusuri labirin.
Sejauh ini, selama sekitar 2 jam berjalan aku belum menemukan sedikitpun petunjuk, atau apapun itu. Kadang aku menemukan jalan buntu dan harus kembali lagi. Sesekali aku melihat seseorang sedang berlari, aku menunggunya untuk hilang agar kami tidak bertemuan. Karena satu hal, membunuh satu sama lain dilegalkan disini. Sehingga aku berusaha membuat jarak sejauh mungkin dari mereka.
Kemudian aku kembali mendengar suara teriakan dari belakangku, tidak terlalu jauh tapi masih terdengar jelas, dan diikuti oleh suara makhluk yang sama seperti yang tadi. Mengetahui hal itu aku hanya ingin berlari, sejauh mungkin. Kanan, kiri, kanan, kiri, masih berlari. Tetapi suara makhluk tersebut masih mendekatiku, sepertinya makhuk tersebut sudah melacakku.
Rasa panik menghantuiku selama aku berlari dari makhluk itu, tidak tahu kemana arah yang kutuju, hanya asal pilih. Kemudian aku mendengar kembali suara jeritan laki-laki, yang asalnya dari makhluk yang mengejarku tadi. Sepertinya makhluk tersebut sudah membunuhnya. Ini kesempatanku berlari sejauh mungkin dari mahluk itu. Saat mulai jauh dari makhluk itu, aku kembali berjalan. Aku juga sesekali memakan apel dan minum air yang kemarin ku ambil di taman saat di tengah perjalanan. Sungguh menyegarkan.
Terkadang aku memikirkan tentang teman-temanku yang sekarang berada di labirin. Terutama Ray. Ia setiap hari memberikanku semangat dan harapan, hingga aku sangat yakin bahwa aku akan keluar dari labirin yang mematikan ini. Hingga pada suatu hari ia menghilang, dan hingga detik ini semua harapanku hilang. Semua hal yang berasal darinya hilang. Aku sangat berharap aku menemukannya disini. Kemudian aku juga memikirkan Jay, yang sekarang mungkin baru pulang dari aula, pulang dari acara pemilihan yang terpilih bulan ini, dia sendiri. Aku tak tahu apa yang terjadi pada bocah jones ini... Sungguh kasian.
Hari kembali gelap, dan aku belum menemukan tempat untuk beristirahat. Aku tetap berjalan walau hari gelap. Hingga akhirnya malam tiba, kau tidak akan percaya apa yang terlihat disini. Sangat gelap, gelap gulita, tak ada sedikitpun sumber cahaya, tak dari bulan sedikitpun. Bahkan sesekali aku berjalan menabarak tembok. Bingung aku berada di mana. Hingga akhirnya aku memilih untuk duduk dan tidur di pinggir tembok ini, karena aku bingung harus kemana. Aku pun mulai merebah di atas tanah yang dingin ini, akhirnya aku mulai menggigil karena dinginnya malam. Sangat dingin hingga bibirku pecah-pecah. Tetapi pada akhirnya aku dapat tidur dengan nyenyak.
Aku pun terbangun karena sebuah getaran dari tanah dan suara air yang besar. Aku berdiri, sambil menengok ke arah suara air tersebut. Beberapa detik kemudian, sebuah ombak besar datang dari arah tersebut, tingginya sekitar 3 meter bagaikan sebuah tsunami. Aku kembali panik dan lari sekencang mungkin. Hal yang kutahu jika kita menghadapi ini adalah aku harus mencari dataran tinggi. Tetapi apakah mungkin ada dataran tinggi di sebuah labirin? Aku mengabaikan hal itu, yang penting aku harus tetap berlari dari kejaran ombak yang siap untuk menelanku.
Aku masih berlari. Kanan, kiri, kanan, kiri, ah masa bodo, siapa yang peduli. Hingga akhirnya aku sampai disebuah ujung jalan yang bercabang ke kiri dan kanan, aku hendak berlari ke kiri. Dan kemudian aku menabrak seseorang yang tampaknya sedang berlari juga. Aku melihat belakangnya juga terdapat ombak besar juga. Hingga akhirnya aku melihat bajunya, berwarna abu-abu. Ia berasal dari Desconcido. Aku mulai melihat keatas, hingga pada akhirnya aku melihat wajahnya dan akhirnya kami kembali bertemu....
![](https://img.wattpad.com/cover/32969804-288-k648703.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ignature [ON REVITION]
Science-FictionA mashup story taken from Divergent, The Maze Runner, The Giver, and The Hunger Games Bayangkan diri kalian berada di sebuah kehidupan peradaban yang dibagi menjadi 7 jenis peradaban sesuai dengan sifat, personalitas, dan kepribadian diri kalian. Hi...