Sudah tidak terasa besok adalah hari pemilihan astro atau Grouping. Tidak terlintas di pikiranku untuk mempersiapkan apa-apa untuk hari esok, justru Ibuku yang mempersiapkan seragamku untuk besok. Bukan seragam, namun lebih kepada baju identitas dari masing-masing astro. Karena aku berasal dari Astro Creador sehingga aku akan menggunakan baju berwarna biru.
Sembari waktu berlalu, di benakku banyak pertanyaan yang menghantuiku. Aku akan masuk astro yang mana? Apa yang akan terjadi jika aku masuk Astro Waru? Bagaimana kehidupan Astro Desconcido? Akan seperti apa grouping pada esok hari? Astaga memikirkannya menambah diriku semakin takut.
Keesokan harinya hari grouping pun tiba. Kami, para peserta grouping (anak-anak yang berusia 13 tahun) yang berasal dari Astro Creador serta orang tua atau pendampingnya memasuki sebuah aula yang sangat besar dan megah. Untuk pertama kalinya aku memasuki aula ini seumur hidupku, karena memang aula ini tidak digunakan sering kecuali untuk kegiatan-kegiatan masal seperti salah satunya grouping ini.
Sejauh pengelihatanku, aku hanya melihat lautan anak-anak yang berwarna biru serta orang tau atau walinya yang menggunakan warna baju selain biru. Aku dan Ibuku duduk di salah satu tempat di aula tersebut yang berbentuk lingkaran dan mengelilingi panggung utamanya di tengah.
Jika aku perkirakan, jumlah tempat duduk aula ini bisa menampung puluhan hingga ratusan ribu orang di dalamnya, sehingga cukup besar dan akan cukup lama proses grouping ini mengingat banyaknya peserta grouping ini. Nantinya, secara berkala setiap peserta grouping akan dipanggil ke dalam ruangan-ruangan test yang sudah tersedia di sekeliling aula tersebut yang berada di bawah tribun penonton.
Jujur selama aku menunggu namaku dipanggil untuk di test, aku merasa sangat gelisah dan salah satu keinginanku saat ini adalah agar untuk tidak akan pernah masuk ke dalam salah satu ruangan tersebut. Ketidaktahuanku terhadap apa yang ada dibalik pintu itu membuat jantungku berdebar-debar hebat hingga rasanya bisa meledak. Entah apa yang mereka lakukan terhadap peserta grouping di dalam situ.
Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya namaku dipanggil. "Zachary Wilson, harap masuk ke dalam ruang 46" terdengar di speaker menjuru ke seluruh ruangan.
Empat puluh enam. Mungkin itu angka keberuntunganku, pikirku. Aku berdiri meninggalkan Ibu, kemudian berjalan ke depan pintu dengan nomor 46. Rasa tegang dan takut langsung menyelimutiku ketika berdiri dan berjalan ke ruangan yang bertuliskan angka 46 itu. Setiap langkah semakin berat untukku berjalan ke depan pintu akibat ototku yang terlalu tegang untuk menghadapinya.
Saat aku hendak membuka pintu, tanpa ku ketahui, pintu besi tersebut terbuka dengan otomatis yang membuatku diriku kaget dan jantungku semakin mendebar-debar. Di dalam, aku melihat seorang wanita, sebuah platform lingkaran besi yang berada di tengah ruangan serta lubang yang berada dari atas ruangan yang kosong, serta di samping platform tersebut terdapat meja dengan sejumlah alat-alat yang terlihat cukup mengerikan.
Aku disambut dengan ramah olehnya dan ia berkata "Hai, aku Eva. Aku asumsi namamu Zac kan?"
Aku menanggapinya dengan menganggukkan kepalaku. "Hai Zac, kamu terlihat tampan sekali hari ini." Kata Eva melihat penampilanku. Aku yakin wanita ini dibayar mahal untuk membuat peserta grouping ini tidak gelisah ketika memasuki ruangan ini. "Silakan berdiri di atas platform ini Zac dan menghadap ke pintu oke?"
Mendengar instruksinya aku berjalan perlahan ke arah platform aneh yang berada di tengah ruangan tersebut dan menghadap ke depan di mana pintu tadi berada. Di atas platform itu aku bisa merasakan sensasi dingin yang berasal dari lubang yang ada di atas platform ini seperti ada AC yang tertiup dari atas tersebut. Namun aku tidak melihat apa-apa di atas situ karena gelap gulita di atas sana.
"Kamu sudah tau kamu akan melakukan apa pada hari ini?" tanya Eva. Pertanyaan itu terdengar sedikit bodoh awalnya karena jelas aku tau aku akan melakukan apa hari ini, tapi aku tidak tahu akan seperti apa.
"Ya begitulah, grouping, test, pemilihan astro, dan semacamnya..." Jawabku dengan ragu. Kenapa aku ragu? Ya mungkin saja karena aku masih merasakan sensasi takut apa yang akan terjadi sebentar lagi dan tidak ada bayangan sama sekali seperti apa testnya.
"Iya benar Zac, sekarang kita akan melakukan test pada dirimu untuk mengetahui jati dirimu yang sebenarnya agar kamu bisa tahu di mana tempat astromu berada." Eva melihatku dengan tajam, aku merasakan ia bisa melihat hingga ke dalam hati terdalamku bahwa aku sangat takut dengan hal ini.
"Kau terlihat canggung. Apakah ada pertanyaan sebelum kita memulai testnya?", ia bertanya.
Aku menjawab dengan pertanyaan yang menghantuiku tadi malam, yang seharusnya dia bisa menjawabnya. "Akan seperti apa testnya? Apakah test ini akan menyakitkan?" Tanyaku pelan.
"Oh tenang Zac, test ini akan menggunakan pemikiran dan imajinasimu. It's kinda hard to explain, jadi aku sarankan kamu ikuti saja alurnya, dan oh ya, testnya sudah berbeda kok teknis dari yang dahulu jadi tidak akan lebih menyakitkan namun akan lebih membuatmu 'menggigil'"
"Bentar, satu pertanyaan lagi. Maksudnya berbeda dari pada sebelumnya memangnya seperti apa?" kembali aku bertanya menuntut penjelasan.
"Biasanya kami akan menggunakan sebuah serum kepada peserta-peserta dan mereka akan memasuki tahap RAMnya di sebuah kursi yang kami monitori lewat layar. Namun sekarang kami akan menggunakan sistem Augmented Reality System atau disingkat ARS. Ya, kamu akan melihatnya setelah ini, aku janji kamu akan mengerti setelah menjalaninya." Ia berkata dengan suara penuh kejujuran. Tapi karena dari nada dan intonasi serta keramahan Ka Eva ini menyambutku, sepertinya keteganganku mula mereda dan aku perlahan bisa bernafas dengan tenang.
"Baiklah, aku siap kak." Kataku dengan tegas.
Kak Eva menangkapnya sehingga tes pun dimulai. Sebuah tabung kaca keluar dari lubang di atas turun ke bawah sehingga merangkapku di dalam platform tersebut. Aku berusaha untuk mencoba tenang dan tidak membuat kepanikan. Aku mulai mendengar suara-suara aneh dari atas lubang tersebut dan sebuah gas terdengar dikeluarkan dari atas sana. Tak lama aku mulai menghirup gas tersebut dan baunya rasanya tidak nyaman di hidung. Kemudian kaca tabung tersebut perlahan menjadi kelap kelip layaknya layar yang rusak. Lampunya mulai meredup dan kelap kelip yang kulihat semakin intens hingga tanpa tak kusadari aku sudah tak sadarkan diri.
Revised, Oct 30th 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Ignature [ON REVITION]
Fiksi IlmiahA mashup story taken from Divergent, The Maze Runner, The Giver, and The Hunger Games Bayangkan diri kalian berada di sebuah kehidupan peradaban yang dibagi menjadi 7 jenis peradaban sesuai dengan sifat, personalitas, dan kepribadian diri kalian. Hi...