12

3.4K 358 12
                                    

Zac P.O.V

        Aku dan Jay memilih untuk tetap tinggal disini untuk semalam lagi. Kami berdua mencari tempat paling aman dan nyaman diantara puing-puing ini. Semuanya terlihat sama, batu dimana-mana, bekas bangunan hancur, dan mungkin kaca retak yang kulihat sekarang mungkin adalah bagian dari gedung yang tumbang. Tapi tak bisa dipastikan. 

        Setelah mendapat tempat nyaman, akhirnya aku mulai duduk dan bersandar pada tembok, sedangkan Jay mulai rebahan di tanah dengan ranselnya berada di bawah kepalanya sebagai bantalan. Kami berdua menatap ke arah yang sama, ke arah matahari yang sebentar lagi akan tertutup diantara dinding-dinding labirin ini. Yang kami dengar sekarang hanyalah suara pasir bergerak, angin, dan batu-batuan yang jatuh.

        Sembari menunggu matahari terbenam, aku mengeluarkan dua apel terakhirku yang kubawa di dalam ransel. Aku pun memberikan salah satunya kepada Jay. "Ini untukmu..."

        Tanpa basa basi, Jay mengambil apel yang kulempar yang mendarat di perutnya dan mulai melahapnya. Entah kenapa, mungkin karena ia belum makan, atau tadi memang lari yang melelahkan. Di menit selanjutnya, aku melihat apel Jay sudah habis digerogotinya sendiri. Aku sendiri kaget, dan tertawa sedikit.

"Kau tahu, memang kalau aku makan kayak gini..." Jay menanggapi tertawaku...

"Ya, tapi kau tahu... Itu rakus!" Aku masih melanjutkan tertawa dan senyumku.

"Well, kau tahu sendiri kan orang gendut harus makan banyak."

"Ya, tapi sebenarnya kau tidak terlalu gemuk sekarang. Tidak seperti satu bulan lalu..."

"Dan inilah aku satu bulan selanjutnya!" Jay sambil membuka tangannya dan menghadap ke aku. Aku tak menjawab hingga beberapa menit kemudian Jay kembali membunuh kesunyian. "Terpilih untuk mati, huh?"

"Ya ide 'kreatif' para pemimpin pastinya..." sambil aku mengejek para pemimpin dengan suara aneh.

"Kau tahu, aku pernah mendengar sebuah cerita dari guruku di Gotherzig. Seorang wanita, diletakkan di sebuah labirin seperti kita sekarang. Ia berhasil keluar dengan tangan kanannya yang tetap memegang tembok yang berada di sebelah kanannya tanpa melepasnya sedikit pun. Sehingga membuatnya terus berjalan berbelok ke kanan. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah jalan keluar." Jay menceritkan suatu cerita entah nyata atau tidak, ia melanjutkan "Kau tahu kita bisa mencobanya bukan?"

"Ya memang. Tapi mana mungkin kita dapat melakukannya di maze jenis ini? Kau pikir bakal segitu mudah seperti 'wow aku menemukan jalan keluar'? Ya tidak mungkin lah!" Jelasku sambil tertawa bersama Jay.

"Ya memang tidak mungkin, heheheh" ia terkekeh. Kembali sunyi saat aku tak menjawab untuk beberapa saat. Aku masih memperhatikan cahaya oranye yang berasal dari matahari yang tertutup oleh dinding-dinding labirin sekarang. Menandakan hari mulai gelap. Akhirnya jay berkata. "Ah, sudahlah aku butuh istirahat. Lagi pula aku juga sangat lelah" Kemudian ia mengambil posisi tidurnya dan membalikan tubuhnya membelakangiku. "Selamat malam, Zac"

"Ya, selamat malam Jay..."aku menjawab dengan lemah lembut. Aku masih bersandar ditempat yang sam sambil tanganku berada di atas pahaku. Memikirkan tentang labirin ini. 

        Aku masih ingat saat salah satu aturan di labirin ini. Tentang "Berbagai jenis makhluk dan bencana yang berbeda setiap harinya". Dan ada kata yang penting. "...setiap harinya." Ini aneh. Di hari kedua, aku ingat sebuah makhluk entah apa namanya dan entah apa rupanya, pasti itu makhluk pada hari itu. Dan bencana hari ini, sebuah ombak besar setinggi 5 meter siap untuk menelanku tadi pagi. Pertanyaanku adalah... Bancana atau makhluk apa yang muncul di hari pertama saat aku berada di sini? Aku pun ikut tertidur dalam posisi terduduk.

Ignature [ON REVITION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang