Apa?! Ray?! Aku... tak bisa berkata-kata. Keheningan merajaleladiantara kami berdua setelah Jay berteriak, dengan raut wajahku yang panik yang mungkin dapat dibaca oleh Jay. Aku sekarang memiliki rasa yang sama saat seperti saat Ray dikirim kedalam labirin. Tetapi rasa ini, jauh lebih dalam, rasa kehilangan yang sangat jauh didalam perasaanku. Yang pasti, aku memiliki satu perasaan yang pasti saat ini. Aku benci Jay.
Aku masih memperhatikannya, yang seperti masih menunggu jawaban dariku. Aku bahkan tidak tahu apa yang akan aku jawab kepadanya sekarang. Aaku melihat muka anak gendut itu seperti sangat bersalah, tetapi aku tidak memiliki sedikitpun rasa kasihani kepadanya. Semua amarah kemarahanku sekarang tertuju pada dirinya. Aaku bahkan tidak segan-segan untuk membunuhnya sekarang dengan anak panah dan busur yang berada di tanganku yang siap untuk meluncur. Tetapi aku memilih untuk mengikutiku kata hatiku, jangan. Bahkan sekalipun aku membunuhnya, tetap hal tersebut tidak akan pernah membawa Ray hidup kembali. Maka itu aku memilih untuk pergi dari hidupnya. Aku mulai berlari, menjauhinya, tanpa pernah kembali, selamanya,
Setelah aku berlari beberapa langkah meninggalkannya, ia segera berdiri dan mengejarku dan berteriak, "Zac, tunggu!" Tetapi aku tidak menjawab atau menghiraukannya sedikitpun. Aku masih tetap berlari, sedangkan Jay masih mengejarku sambil berteriak, "Zac, biarkan aku menjelaskannya dahulu!". Kami berdua berlari kejar-kejaran seperti di film India, atau Tom and Jerry. Semakin lama, aku dapat mendengar teriakannya semakin jelas menandakan ia semakin mendekat. Aku bahkan tidak menoleh ke belakang sedikitpun.
Aku bahkan sekarang mengetahui bahwa ia berada tepat dibelakangku sekarang. Kemudian ia pun memegang pundakku menandakan aku harus berhenti. Tetapi saking kesalnya diriku terhadapnya, dengan refleks pun aku menarik lengannya hingga ia sekarang berada di depanku, kemudian aku menonjokanya tepat di mukanya. Untuk memperlambatnya aku segera mendorongnya dengan kakiku hingga ia terlonjak kebelakang dengan posisi terduduk. Aku melihatnya segera memegangi hidungnya yang perlahan mengeluarkan cairan kental berwarna merah dari hidungya tersebut. Dengan Jay dalam keadaan melemah, aku pun segera berlari meninggalkannya tanpa mengatakan apapun kepadanya. Hingga pada akhirnya, disanalah aku melihatnya mungkin untuk terkahir kalinya, saat ia kembali berdiri. Tetapi ia tidak kembali mengejarku. Sepertinya ia sudah putus asa mengejarku. Tapi sekarang aku sudah tidak mempedulikannya lagi sekarang. Sama sekali. Bahkan tanpa kuketahui air mata sudah berada di ujung pipiku.
Setelah beberapa lama berlari yang menurutku sudah cukup jauh dari Jay, aku mengambil nafas sebentar dan mulai berjalan seperti biasa.
Aku menghapus pikiranku dari Jay. Sekarang semua pikiranku tertuju pada Ray. Tidak... Sebenarnya tidak sepernuhnya kepada Ray, melainkan tertuju pada keluar dari labirin.
DIMANA JALAN KELUAR ITU? Tunjukkan aku jalan keluarnya! Aku ingin segera keluar dari labirin ini! Aku tak tahan lagi, lebih baik aku bunuh diri daripada mati karena labirin ini.
Kemudian aku menjadi pusing, pengelihatan ku kabur. Aku pun terjatuh di tempat itu.
-------------------------------------------
Halo para manusia yang ngebaca cerita gue, atau jenis lainnya...
Gausah panjang-panjang nih biar sehat, cuman pengen bilang, akuuuuu minta maaf banget aku sekarang slow update yaa. Ya gara-gara gitudeh :/ Dan sebenernya aku juga nyadar kalo misalnya tiap part, makiin lama makin pendek entah kenapa... Aku juga minta maap ye, maap banget nih... Makasih kalo yg udah maapin, kalo belom ati-ati dosa....
KAMU SEDANG MEMBACA
Ignature [ON REVITION]
Science FictionA mashup story taken from Divergent, The Maze Runner, The Giver, and The Hunger Games Bayangkan diri kalian berada di sebuah kehidupan peradaban yang dibagi menjadi 7 jenis peradaban sesuai dengan sifat, personalitas, dan kepribadian diri kalian. Hi...