14

2.8K 325 10
                                    

Kemudian aku pun terbangun dengan Jay sedang duduk disampingku menunggu...

        Aku terbangun kaget dari posisi tertidur, kemudian terlonjak ke posisi duduk saat Jay sedang menungguku dengan muka cemas disampingku, dengan tangannya berada di mulutnya. Ia melihatku kaget dan saat itu muka cemasnya tiba-tiba hilang.

"ZAC! Syukurlah kau masih hidup... Kau tak apa-apa?"

Aku bernafas dengan cepat dan dan menatap Jay dengan bingung. "Eh.. Huh? Apa yang terjadi?"

"Kau pingsan setelah menggendongku kesini, saat kita mencoba menyelamatkan diri dari labirin sialan ini, ingat?"

Aku bingung. "Be... Benarkah? Bukannya..." Aku terhenti kembali mengingat tentang aku dan yang lain dikejar oleh sekawanan anak Waru. "Jadi maksdumu semua itu hanya mimpi?"

"Mimpi? Mimpi apa Zac?"

Apa?! Itu hanya sekedar mimpi?! Tapi... "Oh, bukan. Tidak apa-apa kok. Aku baik-baik saja..." Aku berkata kepada Jay.

 "Benarkah? Tapi kau terlihat kaget dan pucat."

"Tidak apa-apa kok Jay, aku baik-baik saja..."

"Baiklah kalau kau bilang begitu."

"Ngomong-ngomong, aku sudah berapa lama tidur?" Aku penasaran berapa lama aku tidur, sepertinya lama.

"Ya, sudah sekitar 13-14 jam. Kau pasti sangat lelah bukan?" Kata Jay dengan polos.

"Hah? Benarkah aku tidur selama itu?" Aku kaget ketika mengetahui hal tersebut

"Ya, kita sudah menghabiskan satu malam disini."

"Sekarang jam berapa?" Kataku dengan suara sedikit panik.

"Masih pagi. Tidak tahu tepatnya jam berapa. Sekitar jam 8 atau 9 pagi..."

"Kau ingin berjalan lagi?"

"Aku sangat lapar... Aku dari kemarin belum sempat makan. Aku menunggumu untuk sadar, karena makanannya itu milikmu, ingat?"

"Oke, baiklah. Kita makan dulu."

Aku membuka tasku yang masih berisi baju berlumur darah, sebuah taser, pensil dan kertas, 2 kotak kue yang jumlahnya masih 16 kue kecil, dan tempat minum yang masih berisi seperempat air. Aku mengambil kotak tersebut dan memberikan 4 kue kecil kepada Jay dan 4 lagi buatku. Kami berdua menghabisakan kue tersebut dengan rakus saking laparnya. Satu per setu kue kami kunyah dan telan hingga kue kami yang kami ambil habis.

"Sepertinya kita harus mencari makanan lain yang dapat benar-benar mengenyangkan dan bukan cemilan seperti ini." Jay berkata saat mulutnya masih penuh dengan kue tersebut

"Ya, kau benar. Kita harus mencari makanan asli." Aku menanggapinya dengan pelan dan menghadap ke mukanya. "Sudah selesai?" Aku bertanya apakah ia sudah selesai makan atu belum agar kami dapat cepat keluar dari tempat ini.

"Sudah... Ayo mulai!" Jay berseru. Kami pun kembali berlari ke dalam labirin, kembali mencari dan menelusuri jalan keluar dari sini. Dan akan kembali bertemu dengan yang namanya 'maut'

Aku berlari di belakang Jay dengan membawa busur yang Jay dapatkan dari ranselnya. Jay masih memegang pisau kecilnya, satu di tangan dan tiga di ikat pinggang. Mana satu lagi? Aku memperhatikannya hati-hati apakah ada perubahan dengannya. Hingga aku menemukan sebuah goresan di paha bagian belakangnya. Sepertinya cukup parah, aku dapat melihat dagingnya yang berwarna merah pekat dengan darah mengucur dari luka tersebut. Sepertinya ia baru mendapatkan luka tersebut, karena luka tersbut masih basah. Karena aku belum tahu, aku pun menanyakannya

"Jay..."

"Ya?"

"Luka apa itu?" aku menunjuk ke arah paha belakangnya dimana luka tersebut berada.

"Oh, itu... Aku mendapatkannya kemarin saat berkelahi dengan seseorang yang berlari dibelakang kita kemarin saat tembok ini bergeser. Ia berasal dari Desconcido juga. Tak apa. Tak usah dibahas lagi..."

Sambil berlari, aku penasaran mengapa Jay berkata tak usah dibahas lagi... Pasti ada sesuatu yang ia sembunyikan, aku berkata dalam pikiranku. Maka itu aku kembali menanyakan hal itu.

"Siapa?"

"Tak usah dibahas lagi kubilang."

Betapa bodohnya dia... Ingin menyembunyikan sesuatu tetapi ia marah-marah. Bagaimana itu tidak akan ketahuan? Aku menarik tangan kanannya dan kita berhenti berlari, "Aku memaksa Jay. Siapa? Mengapa? Ada apa? Apa yang kau sembunyikan?"

"Mengapa kau memaksa Zac?"

"Lah? Memangnya kenapa? Lagipula kita tidak akan pernah keluar dari labirin ini. Akhirnya kita juga akan mati disini. Bagaimana aku akan tahu hal tersebut jika kita tahu kita akan mati?"

Jay berdiri didepanku menatapku, kemudian ia menatap ke bawah. Menandakan bahwa aku benar dan harus memberitahunya kepadaku. Ia berbalik dan berjalan ke arah tembok. Kemudian ia menyandarkan diri tembok.

"Seseorang yang mengaku kenal denganmu"

KENAL DENGANKU? SIAPA? "Apa? Siapa?" Aku sedikit berteriak ke Jay. Karena seseorang itu dapat sangat berharga.

"A.... Aku tak dapat menceritakannya kepadamu"

Semakin lama, aku semakin naik darah ke Jay. "Siapa Jay? Siapa?" Tak ada jawaban. Ia masih menatap tanah."Siapa Jay? Katakan padaku!" Suaraku mulai sedikit keras terhadapnya. Tetapi sekali lagi tak ada jawaban. Ia masih menatap tanah dengan muka bersalah. "SIAPA JAY? KATAKAN PADAKU!" teriakanku menggema keseluruh bagian labirin. Seumur hidupku aku tidak pernah berteriak sekencang itu.

"RAY!" Jay berbalik teriak kepadaku. "Dan aku membunuhnya..... Aku harus membunuhnya!"

Ignature [ON REVITION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang