11

3.2K 352 8
                                    

Jay P.O.V

                Saat Zac melewati pintu kamar kami, saat itulah aku mulai menjalani hari-hariku sendirian. Pergi, makan, minum, tidur, semua kujalani sendiri. Sekarang aku sudah memiliki pekerjaan, mimpiku yang sebelumnya sudah kuberitahu kepada Zac, menjadi tukang bengkel sepeda. Aku suka pekerjaan ini, membuatku sedikit mengisi waktu luang. Apalagi saat aku berada di Gotherzig, aku suka membenarkan barang. 

                   Setiap hari libur, aku pergi untuk mencari sesuatu. Sesuatu tempat yang mungkin belum pernah kukunjungi, dan mungkin bisa bermanfaat. Dan aku tidak percaya bahwa hingga sekarang masih ada restoran legenda yang masih berdiri hingga sekarang. McDonalds. Kudengar bahwa restoran cepat saji tersebuat sangat terkenal pada abad ke 22. Aku juga tak sabar ingin mencicipinya sendiri.

                        Selesai dari situ aku berkeliling lagi. Menemukan sebuah universitas yang bernama Universal Desconcido University. Melihat  tempat itu, aku kembali mengingat Zac tentang cita-citanya yang ingin mencari sekolahnya dan didalam hatiku berkata. Aku menemukannya Zac. Ini tempatnya. 

                        Tempat yang indah, besar, dan megah. Cocok untuk Zac. Aku ingin kedalam, menanyakan tentang tempat yang megah ini, tetapi aku tidak bisa melakukannya tanpa dirinya. Aku pun membawa diriku pergi.

                        Setiap hari, yang kulakukan secara berturut-turut sangatlah sama. Bangun, mandi, bersiap-siap kerja, makan pagi, pergi ke tempat kerja, makan siang, menunggu hingga waktu kerja selesai, dapat gaji, pulang, mandi, makan malam, menonton tv, tidur, dan aku melakukannya lagi secara ulang. Memang berat hari-hari tanpa ada teman sepertinya. Terkadang aku menangis saat hendak tidur, memikirkan tentang janjinya yang sampai sekarang belum ditepati.

                        Hingga pada akhirnya aku kembali ke aula tersebut untuk ketiga kalinya untuk melaksanakan acara pemilihan bulan ini. Ada sambutan tidak jelas dari para pemimpin, bla bla bla dan kemudian akupun menemukan sebuah kertas berwarna abu-abu dibawah kursiku. Aku sangat kaget, jangtungku berdebar-debar dengan cepat, tidak bisa merasakan apa yang baru saja kutemukan dibawah kursi. Perlahan menuruni tangga ke arah panggung. Dan akhirnya aku berada di panggung.

                                Aku memperkenalkan diriku, semua tangan dan kakiku mati rasa saat mereka tahu usiaku 13 tahun, sama persis seperti saat Zac menyebutkan umurnya. Pembawa acara mengatakan bahwa aku menjadi anak kedua termuda yang pernah menjadi terpilih, tepatnya dibawah Zac. Aku diberi tahu, bahwa aku akan berangkat bersama 3 orang lainnya yang terpilih dalam 2 jam lagi.

                     Aku kembali ke kamar, menunggu sambil menonton tv. Saat waktunya tiba, aku mengemasi beberapa barang dan kumasukan ke dalam ransel. Aku merapihkan kamar kami, rapi seperti saat pertama kali kami datang. Dan aku pun meninggalkan kamar kami yang kosong sekarang.

                        Saat sampai di depan aula, aku segera menempelkan jariku dan mataku discan atau sejenisnya pada sebuah koper. Kami pun pergi ke sebuah pesawat kecil, yang bisa menampung sekitar 10 orang. Disini, kursinya bagaikan sofa, bisa dilipat menjadi tempat tidur, didepan kursi tersebut terdapat meja, dan televisi dengan channel lengkap siap untuk di tonton dan sebuah psp siap untuk dimainkan, di setiap kursinya. Terdapat juga mp3 dan tombol-tombol lainnya yang tidak ku mengerti apa kegunaannya.

                        Perjalanan ke suatu tempat entah dimana, membuatku harus menunggu. Perjalanan berlangsung sunyi diantara kami ber 4. Semua asik dengan dunianya sendiri, membuatku sedikit tak nyaman dan bertanya. Apakah ini yang dialami Zac selama menjadi terpilih?

                         Tidak terasa perjalanan sudah berlangsung 10 jam, dan kami belum sampai, walaupun di speaker sekarang terdengar ada pengumuman bahwa kami akan segera mendarat.

                        Saat pertama kali mendarat disini, aku merasa sesuatu yang tidak enak menggangguku. Entah apa, dan aromanya disini, sedikit seperti bangkai orang mati. Aku hampir mual karena sepertinya aku merasa Jetlag. Aku menahannya. Kami ber 4 diarahkan ke elevator tua yang berkaratan dan bau besi. Berada di elevator tambang ini selama 15 menit membuatku hampir mengeluarkan semua isi perutku, dan berhubungan aku juga lagi mual karena Jetlag.

                        Sesampainya di dasar, kami turun di sebuah aula bawah tanah yang terbuat dari besi keseluruhannya. Terdapat juga balkon kecil di depan atas kami. Ruangan ini diisi oleh bangku dan orang-orang dari berbagai Astro, dan di baris paling belakang, tepatnya di dekat elevator tempat kami turun, terdapat 4 bangku tersisa. Kami ber 4 pun langsung berebut dan aku yang menduduki bangku terakhir.

                     Setelah aku duduk, semua orang langsung diam dan menghadap ke balkon tersebut. Aku juga memperhatikannya. Kemudian muncul seorang wanita berotot dan menggunakan baju tentara. Sedikit kaget saat melihatnya tapi aku mulai terbiasa dengannya. Kemudian dia menjelaskan bla bla bla tentang membunuh bla bla bla labirin mematikan dan bla bla bla latihan. Aku yakin Zac sudah mengertinya, aku pun juga sudah mengertinya. Sekarang aku mengerti semuanya. Terpilih untuk mati. Aku tak dapat memikirkan apa yang dialami Zac sekarang di dalam labirin.

                        Latihan, kami melakukannya pada esok hari saat sebuah suara sendok yang nyaring dengan sebuah besi membangunkan kami semua. Hari ini juga aku memulai latihan di lantai dasar. Dan yang paling pertama kupelajari disini adalah berlari cepat.

                        Latihan ini menggunakan alat yang disebut treadmill. Aku memulai dari yang lamban, kemudian perlahan semakin lama semakin cepat treadmill ini berjalan, hingga pada akhirnya aku mulai kelelahan dan aku terjatuh dan terlempar ke bantalan yang berada di belakang treadmill yang sudah sengaja disediakan jika kami terjatuh. 

                        Kemudian aku kembali melanjutkan latihan di lantai 2. Cara menyelamatkan diri dari bencana. Aku tidak mengerti dengan latihan yang ini, sehingga aku segera berlanjut ke lantai 3, beladiri. Aku cukup tertarik dengan yang ini, aku dapat melakukan semua gerakan, dan sepertinya aku lebih banyak menghasilkan keringat disini daripada berlari cepat tadi.

                         Tetapi hari mulai gelap, kami mulai mandi, kemudian makan. Kami makan di sebuah meja berkelompok. Aku makan dengan beberapa anak Desconcido dan anak Gotherzig. Tidak ada sedikitpun pembicaraan saat aku makan. Sunyi, membuatku semakin tak nyaman.

                        Kami pun segera tidur. Aku saat ini tak memikirkan apa pun, sehingga memudahkan ku untuk tidur. 

                        Terbangun di tanah lembap dan getaran dari tanah. Setelah sadar aku segera bangun, terdapat sebuah ransel dipunggungku, dan aku menengok ke belakang. Sebuah ombak sejauh 20 meter dariku siap untuk menelanku. Aku tidak tahu apa yang terjadi, dan aku mulai berlari kemanapun kusuka. Hingga pada suatu belokan aku menemukan Zac, aku merasa panik, sekalian lega. Zac masih hidup. Pikirku. Dan aku pun berlari bersama Zac, hingga ke sebuah bukit, kami pun aman karena kami cukup tinggi di atas permukaan air, sedangkan air sudah rata dengan tanah. Kami pun menemukan sebuah puing-puing kota dan kami duduk disitu beristirahat, menarik napas dengan terengah-engah, Zac menanyakanku, dan aku pun menjelaskan bagaimana aku bisa sampai disini. 

"Tak apa. Kita akan sampai di kamar lagi bersama seperti saat kita pertama kali memasukinya." Zac menenagkanku, dan memegang punggungku. 

"Ya, karena kau masih berjanji untuk kembali. Dan taunya, kita berdua berada disini." Kami berdua tertawa sedikit. Zac tak menjawab, tetapi aku melanjutkan perkataanku "Kita pasti akan keluar dari sini. Pasti... Bagaimana pun caranya"

Ignature [ON REVITION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang