Jisoo memandang ponselnya dengan cemas, Jennie tidak mengiriminya pesan sejak kemarin dan juga tidak membuka pesan yang dia kirimkan.
"Apa dia sakit?" gumam Jisoo, menghela napas untuk kesekian kalinya
Dia sudah mencoba menelepon Jennie namun gadis itu tidak mengangkatnya daritadi, akhirnya dia mencoba menelepon oranglain.
"Jisoo?"
"Irene" Jisoo menghela napas lega
"Aku tidak bermaksud menyinggung, tapi kenapa kau meneleponku?" suara Irene terdengar bingung.
"Apa kalian sedang latihan?"
"Latihan? Kami tidak ada latihan hari ini" Irene menggeleng.
"Sungguh? Tapi aku tidak bisa menghubungi Jennie sejak kemarin"
"Apa?" terdengar suara lain
"Oh, aku bersama Seulgi" kata Irene "Aku akan nyalakan speaker"
"Jisoo" panggil Seulgi "Apa yang terjadi?"
"Aku tidak tahu, Jennie tidak mengangkat telepon atau membalas pesanku" kata Jisoo, cemas.
"Kami tadi mengajaknya untuk ke mall tapi dia menolak" kata Irene, pelan "Kupikir dia mau istirahat, jadi kami tidak memaksanya"
"Tapi dia tidak pernah mengabaikan Jisoo" kata Seulgi, bingung.
# # #
Ponsel Jennie bergetar untuk kesekian kali, namun Jennie tidak peduli. Dia tahu jika Jisoo pasti akan menghubungi teman-temannya jika dia tidak mengangkat teleponnya, jadi dia memutuskan untuk tidak mengangkat telepon atau membalas pesan siapapun.
Kuma menyadari sikap Jennie yang nampak sangat sedih itu dan berusaha menghiburnya dengan masuk ke dalam pelukan Jennie. Majikannya itu memeluknya dan Kuma menjilati wajah Jennie dengan sayang, seolah ingin menghiburnya.
"Mungkin jarak ini terlalu berat untuk kami, Kuma" gumam Jennie dengan sedih "tapi harusnya dia bicarakan ini padaku, kenapa dia malah pergi dengan gadis lain"
Ting...tong....ting...tong....
Jennie terdiam, dia tidak mau bangkit dari tempat tidurnya.
Ting...tong...ting...tong....
Suara bell itu berulang lagi, hingga akhirnya Jennie menghela napas dengan kesal dan bangkit dari kasurnya. Dia yakin itu pasti teman-temannya, kapten basket itu segera membuka pintu dan siap memarahi orang yang menekan pintu bellnya itu sebelum terdiam.
"Nayeon?"
"Oh, sunbaenim, kau terlihat kacau" kata Nayeon, dia mengerutkan keningnya.
"Apa yang kau lakukan diapartemenku?" tanya Jennie, bingung
"Aku mencari tahu dimana kau tinggal, aku mencemaskanmu" Nayeon melangkah lebih dekat dengan Jennie, namun gadis itu mundur.
"Aku baik-baik saja" kata Jennie, cepat.
"Matamu bengkak, apa kau habis menangis?" Nayeon mengulurkan tangannya memegang pipi Jennie.
"Itu bukan urusanmu" balas Jennie, dingin sambil memegang pergelangan tangan Nayeon agar menjauhi wajahnya.
"Apa ini karena Jisoo?" gerutu Nayeon "Dia tidak pantas membuatmu menangis"
"Apapun yang terjadi diantara kami tidak ada hubungannya dengannmu"
"Kau harusnya bersyukur aku memberikan foto-foto itu, dia berusaha memanfaatkanmu" kata Nayeon, lagi "Dia bersenang-senang dengan gadis lain diluar sana, sementara kau menunggunya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Open When Letters : Jensoo
RomanceJisoo berhasil meraih impiannya untuk mengikuti pertukaran pelajar ke luar negeri, namun disisi lain itu berarti dia harus meninggalkan Jennie di Korea Selatan. Apakah jarak diantara mereka akan menjadi penghalang? ataukah jarak membuat perasaan me...