Reyvaldy POV

145 11 4
                                    

Author's NOte :

Hai,,, hai...Gomen, lama banget baru bisa lanjut cerita ini. Begitu banyak disibukkan dengan dunia nyata. Semoga masih ada yang menantikan karya saya yang satu ini ^_^. OK tak perlu banyak pengantar lagi, langsung saja, take your time for read this part...

***

Ctak...Ctak...Ctak...

Suara ketikan keyboard laptopku menggema di ruangan ini.

" Mesti buru-buru nih, karena besok sudah deadline !! " gusarku sambil terus saja melantunkan kata demi kata dilayar yang ada dihadapanku kini.

Maklum, namanya juga seorang penulis. Sesuatu yang berlabelkan "Deadline" sudah menjadi bagian dari kehidupan. Otakku tak akan mau untuk dipaksa memikirkan sesuatu yang bahkan 'ide'-nya saja belum muncul. Dan seperti biasanya pasti munculnya jika sudah dekat-dekat deadline seperti ini, Huh !!

Masih dengan keseriusan mencapai 100 persen, dengan kecepatan pengetikan 100 KM/Jam , halah lebay. Intinya ditengah kesibukanku dihari Minggu ini, tiba-tiba...

Krek !!

" Rey, tahu gak Aku bawa cerita seru nih !!" dan muncullah sosok yang tak ingin kutemui hari ini, Lusi.

Dengan semangatnya Dia memasuki kamarku yang memang jarang kukunci itu, dan langsung menyerbu duduk disampingku. Huft, mengganggu saja!!!

Tak kuhiraukan dirinya, Aku tetap masih bersikukuh dengan kegiatanku tanpa sekalipun menoleh ke arahnya.

" Oh... Jadi gitu. Aku dicuekin nih ? PadahalAku bawa kabar tentang si gadis yang pernah kamu ajak ngobrol waktu di acara Fashion-Showku itu loh. Siapa namanya ? Oh iya, Khanza ! " serunya sambilmemperhatikan tingkahku yang tetap saja tidak bergeming, seolah tak peduli dengan kabar yang akan diceritakannya.

Tapi tunggu, Khanza ?! Mungkinkah Khanza yang itu ?Tapi kan memang hanya Khanza, gadis yang pernah Aku ajak ngobrol pas Fashion-Show tempo hari. Eh, ralat. Maksudnya satu-satunya gadis yang pernah kuajak ngobrol, selain Lusi tentunya.

" Hmm, kayaknya kamu gak tertarik. Ya sudah deh Aku mau pulang saja !! " rajuknya seraya hendak beranjak dari kasurku dan keluar dari kamar ini.

Reflek, tanganku menahan tangannya. Bukan apa-apa, hanya saja wajar kan kalau Aku penasaran ? What ?! Jangan pikir yang aneh-aneh dulu ya, namanya juga sudah terlanjur Aku dengar Dia mau menceritakan sesuatu,yaa siapa tahu bisa menjadi referensi buat naskahku ini kan ?!!

" Loh, kenapa ? Bukannya Kamu gak tertarik ?!" katanya sambil menaikkan sebelah alisnya, menuntut penjelasanku.

" Yaa, sebagai seorang sepupu yang baik. Kan wajar saja jika, saudarinya mau menceritakan sesuatu, Aku harus mau mendengarkan, bukan ? " kataku mencari alasan, walaupun jelas banget itu hanya dibuat-buat.

Hening...

Dia hanya diam sambil menatapku penuh curiga. Wajar saja sih, selama ini kan Aku tak pernah menunjukkan rasa penasaranku akan seseorang, terlebih lagi pada seorang gadis.

" Karena Aku sepupumu atau...- " katanya menggantung sambil menampilkan senyum penuh kelicikan.

" Atau karena ini tentang seorang Khanza, hahaha ? " tawanya memenuhi ruangan ini. Begitu mengusik telingaku.

" Whatever !! " kataku jengah.

Tok... Tok... Tok...

Seorang wanita tengah memasuki ruangan dengan sebuah nampan berisikan kue dan beberapa cangkir teh, tebakku.

" Ini ada kue sisa tadi malam. Kamu suka yang manis-manis kan, Lus " Kata mama sambil menaruh nampan itu di meja belajarku dan segera duduk disamping Lusi.

Loh ? Loh ? Kok mama malah ikut-ikutan nimbrung sih,bisa gawat nih !!

" Loh kok mama, malah ikutan kumpul disini sih? " tanyaku malas.

" Yaa gak pa-pa kan Lus ? Apalagi tadi mama sempat dengar Lusi mau bahas soal siapa tadi ? Khanza ya ?" celutuk mama sambil tersenyum menatap Lusi yang tentu saja disambut dengan riang gembira, bahkanLusi yang seolah tak menghiraukan kehadiranku mulai mengajak mama ngerumpi,tentang siapa lagi kalau bukan Khanza. Nah kan ? Jadi bakal rame nih !!

" Oh iya Tan, kok bisa tahu tentang Khanza ? " kata Lusi memulai obrolan bisik-bisik mereka, walaupun sengaja dikeras-kerasin biar Aku dengar kayaknya, Huft !! Benar-benar ganggu konsentrasi aja nih !!

" Khanza, kan pernah kesini Lus. Itu loh yang pernah tante ceritain , gadis yang membantu tante waktu apel tante berjatuhan di AlfaMart. Dan ternyata malah kenalannya Rey " jelas mama.

" Oh, yang seharusnya bantuin tante buat Pie Apple itu ? Yang Dia gak jadi datang, terus akhirnya si Rey yang gantiin Dia ? hahaha" tawa Lusi menggelegar diruangan.

" Pantas saja si Rey hari itu kayak cewek yang lagi PMS, auranya itu loh Tan. Kayak biar disentuh dikit aja bakalan ngamuk. "

" Jelas aja Aku marah, kan harusnya bukan Aku yang bantuin mama. Malah si Khanza ternyata cuma lagi asyik di Gramed. Lagian itukan juga gara-gara kamu Lus ?!! " racau Reyvaldi seraya mengingat alasan Khanza tidak datang saat itu, yaa walaupunsebenarnya Dia sudah datang sih tapi karena lihat Lusi yang dikira pacarnya,malah Dia langsung singgah Gramed. Hahaha lucu juga anak itu, tanpa sadar senyuman Reyvaldy mengembang ketika mengenang kembali kejadian itu. Yang tentu saja mengundang tanya Lusi dan mamanya. Ada apakah gerangan dengan dirinya ?

" Eh, tapi tunggu dulu. Kok bisa gara-gara Aku sih ? " selidik Lusi sambil menatap tajam ke arah Reyvaldi.

" Duuh, mampus keceplosan dah... " rutuk Reyvaldi dalam hati. Bakalan tambah runyam nih masalahnya !!

" Ya gitu deh " balas Reyvaldi sambil mengangkat kedua bahunya. Pura-pura tidak memperdulikan pertanyaan Lusi.

" Terus tadi kamu mau cerita apa soal Khanza ? Kayak penting banget gitu " sambungnya berusaha mengalihkan perhatian Lusi.

" Lihat tuh Tan, anaknya sok-sok ngalihin pembicaraan lagi " celutuk Lusi sambil melirik mama, yang malah disambung mama...

" Ya...Rey kan emang suka gitu Lus. Hahaha. " Mama pun ikut tertawa.

" Oh ya Tan ? Memangnya kapan lagi Rey, ngalihin pembicaraan gitu Tan ? " selidik Lusi.

" Yaa waktu Khanza kesini. Mereka sempat membahas tentang kamu loh Lus ? Kok bisa ya Khanza mikirnya kamu itu pacaran sama Rey ? hahaha. Dan baru saja tante mau jelasin ke Khanza, eh malah Rey langsung ganti topik " senyum penuh arti mama makin mengembang.

" Hahahha. Itu juga yang mau Lusi ceritain Tan. Heran juga sih dari mana Dia dapat pemikiran kalau Aku tuh pacaran sama Rey. Tahu gak Tan, Dia ampe natap Aku horor banget pas ketemu di rumah sakit. Ternyata Dia adiknya si Varo, teman kerjanya Heri. Duuh untung saja Heri gak salah paham. " jelas Lusi panjang lebar sambil ngos-ngosan. Kayak habis maraton aja..

" Yaa intinya gadisnya Rey, sekarang udah tahu kalau Aku sama Rey itu 'cuma sebatas sepupu'. Jadi kamu juga bisa tenang kan Rey " Lusi menepuk haru punggung Rey, seolah Dia telah menjelaskan suatu masalah yang sangat serius.

" Ck, gadis apaan ? Jangan buat gosip gak mutu deh, Lus " gerutu Rey.

" Dan berhubung ceritanya Lusi sudah tamat. So, mama dan Lusi bisa tinggalin Rey kan ? Rey mau fokus untuk naskah nih !! Udah DEADLINE soalnya " sambung Rey sambil menarik tangan kedua wanita yang ada dikamarnya dan menuntunnya keluar kamar, kemudian segera mengunci kamarnya.

Tapi tetap saja Dia tidak melanjutkan kegiatannya tadi, merevisi naskah novelnya. Melainkan merebahkan dirinya di kasur dan menatap kosong ke arah plafon kamarnya itu.

" Jadi Dia sudah tahukalau Lusi bukan pacarku... " gumamnya sambil tersenyum simpul.

***

Author's NOte :

Gimana part ini ? Sebenarnya part ini sudah lama jadi, tapi entah mengapa pas mau posting dari tablet malah tidak bisa, so nulis dari awal lagi deh. Mohon komentar dan vote-nya ya, biar lebih semangat buat lanjutin cerita ini. See you



Novel HolicWhere stories live. Discover now