Kriiing....
Kualihkan pandanganku sekilas dari novel yang terpaut manja di tanganku. Berat rasanya harus beranjak dari sini, seraya mencari-cari ponselku. Dimana ya Aku menaruhnya ?
" Ah itu Dia !! " seruku ketika mendapati si sumber suara yang terletak di meja belajarku.
Rivaldi Calling...
What ? Tumben ? Oh iya sejak kejadian seminggu lalu yang Aku ketemu sama mamanya Rivaldi. Kami jadi tuker-tukeran nomor HP . Tapi selama seminggu ini gak pernah sekalipun ami kontak-kontak-an. So ada angin apa nih ?
" Halo... "
" Halo, Khanza kamu diminta mama kesini. Katanya mau ngajak kamu buat pie apel lagi... " kata sebuah suara merdu diujung sana. What merdu ?!!
" Huh !! Yang bener ? Gak percaya tuh " celutuk Khanza. Lagian ngapain sih Aku disuruh kesana. Bingung juga kan ?
" Tuh kan ma, Dia gak percaya. Mending mama aja deh yang bicara sendiri sama Khanza "
Dan terdengarlah suara orang berbisik-bisik gak jelas sepertinya itu mama Rivaldi deh.
" Halo Khanza, kamu bisa kesini kan ? Tante kangen nih. Disini sepi sih, Rivaldi gak seru kalau diajak ngobrol. Dan kebetulan tadi pagi tante dapat oleh-oleh apel banyak banget, lumayan buat bikin pie apel lagi. Gimana ? Kamu gak sibuk kan sekarang ? "
" Hmm gak sih Tan... "
" Ya sudah, apa perlu tanten minta Rivaldi buat jemput kamu ? "
" Ah males deh ma, kayak anak kecil aja mesti dijemput-jemput " terdengar tolakan Rivaldi dari sana. Uuuh gak ada baik-baiknya !!
" Gak apa-apa Tante. Biar Aku berangkat sendiri aja "
" OH OK. Tante tunggu ya, Za "
Tuuuuuut....tuuuuuuuut...tuuuuuuut.....
***
Ku mematut diri di depan cermin kamarku. Hmm sudah OK. Aku bukanlah gadis yang ribet untuk kemana-mana. Tidak se-feminim temanku Natasya, yang bila mau kemana-mana mesti ribet mau pakai baju yang mana. Toh yang penting nyaman aja kan buat beraktivitas. Nah karena hari ini bakal bikin kue jadi kayaknya cukup pakai kaos sama jeans saja kan ?
Tidak berapa lama Aku pun sudah tiba di sekitar lingkungan rumah Rivaldi. Tapi begitu Aku hendak menghentikan taxi yang membawaku kesana, sebuah pemandangan yang entah kenapa membuatku tak jadi meminta sopir taxi itu untuk berhenti.
Disana, diteras rumah Rivaldi tampak mereka tengah bercanda tawa. Yaa Rivaldi dan Lusi. Memang tidak salah kalau Lusi ada di rumah Rivaldi. Tapi entah kenapa rasanya agak sesak aja. Huft, Aku kenapa sih ? Lagian kalau ada Lusi kok malah minta Aku kesini sih !!
Dan akhirnya Aku malah turun di Gramed. Hmm kebiasaan kalau lagi BT pasti kesini. Dari pada pusing pikirin kejadian tadi mending nyari novel aja deh. Oh mending Aku telpon Rivaldi...
" Halo, Rivaldi. Tolong sampaian sama mamamu ya. Aku gak bisa kesana soalnya Aku lupa ternyata hari ini Aku ada kegiatan. Tolong sampaikan permohonan maafku " jelasku pada Rivaldi, karena gak enak juga sama Tante kan.
" Loh kok gak jadi sih ? Padahal mama udah tungguin kamu dari tadi tuh !! Kamu nih kok gak bilang-bilang sih kalau ada kegiatan, huft !! " terdengar nada emosi dari Rivaldi. Loh kok Dia marah-marah ? Kan disana ada Lusi juga ? Kenapa gak Lusi aja sih yang bantuin mamanya, huft !!
" Siapa, Ri ? " seperti suara seorang cewek, kayaknya itu Lusi deh.
" Ah, bukan siapa-siapa kok Lus " kudengar dirinya menjelaskan ke Lusi. Kok bukan siapa-siapa sih ? Aku kan punya nama ?!!
Kesal, kupencet saja tombol mematikan callingku. Apa-apaan sih Dia itu !!
" Ah dari pada mumet mending menghibur diri sambil milih-milih novel, cihuuuy " katanya dengan nada ceria. Mudah banget kan buat seorang Khanza untuk merubah mood-nya.
Dengan semangat 45 diriku segera memasuki kawasan novel remaja di Gramed ini. Mulai menyibukkan diri memilih-milih novel-novel baru yang tertera disana.
" Hmm banyak juga novel barunya, hmm mesti kudu baca sinopsinya nih biar bisa milih yang paling menarik. " Pikir Khanza.
Seperti biasa diriku langsung terhanyut dalam duniaku sendiri jika sudah berhadapan dengan novel. Menyelami tiap novel yang tersaji indah di depanku kini. Tanpa sadar sudah beberapa jam diriku disini, yang masih saja sanggup berdiri di depan rak ini.
Sudah dapat beberapa novel sih yang menurutku paling menarik. Tapi tetap saja masih pengen lihat yang lainnya hehe.
" Katanya sibuk ? Jadi ini kegiatan yang kamu bilang kamu lupain itu ? " sindir sebuah suara yang mengagetkan Khanza, untung saja novel-novel ditangannya tidak terjatuh di lantai. Uuh siapa sih ? Aku pun menoleh ke asal suara itu, Rivaldi. Kok Dia ada disini sih ?
" Loh kamu kok ada disini sih ? " Aku malah bertanya balik, kaget !!
" Ditanya malah tanya balik. Aku cuma mau ngecek novel buatanku udah laku berapa . Dan kamu udah dari tadi disini ? " tanyanya.
" Lumayan, udah beberapa jam yang lalu- " duuuh kok malah keceplosan, kan jadi ketahuan kalau Aku gak ke rumahnya gara-gara kesini kan ?
" Jadi, sibukmu itu, ini ?? Kamu tahu gak gara-gara kamu akhirnya Aku yang diminta mama buat bantu bikin pie apelnya . Huft !! Harusnya kan kamu yang bantuin mama " emosi sedikit terpancar dari wajahnya yang dingin itu.
" Loh kan tadi ada Lusi, kenapa gak minta Dia yang bantuin sih ?!! " nah loh makin keceplosan aja. Duuuh Aku kok jadi ikut-ikutan emosi sih !! Reflek kututup mulutku yang tak seharusnya mengatakan itu.
" Lusi kan gak biasa masak. Mana Dia ngerti urusan dapur. Dan kenapa kamu bisa tahu tadi ada Lusi di rumah ? " kulihat Dia menaikkan sebelas alisnya menatapku dengan sebuah senyuman yang Aku gak paham maksudnya apa.
" Aaaa...I...itu...Wah udah sore ya Aku pulang dulu. Entar mami nyariin, Bye " kataku yang hendak meninggalkannnya, tapi malah tanganku ditahan oleh Rivaldi yang tentu saja membuatku mau tak mau kembali berhadapan dengannya.
" Ohh...jadi tadi kamu sempat ke rumah. Terus begitu lihat ada Lusi disana akhirnya kamu kemari, Gitu kan ? " tanya Rivaldi hendak meyakinkan pemikirannya.
" Hmm... " mampus Aku bilang apa nih ??
" Hahaha jadi begitu. Ya suadah yuk Aku antar pulang. Udah mau pulang kan ? Dan itu novel yang mau kamu beli. Sini mumpung Aku lagi senang biar Aku yang bayarin " katanya yang langsung saja mengambil dengan paksa beberapa novel yang tadinya ada di tanganku. Dan segera menuju ke kasir.
Aku hanya bisa bengong saja menerima perlakukannya. Loh ? Loh ? Kok ? Begitu sadar Aku segera berlari mengejarnya ke kasir. Dan terlambat Dia sudah membayarnya. Jadi ngerasa hutang budi kan ?
" Tadi berapa harga novelnya ? Biar kuganti " kataku sambil membuka dompetku, begitu kami sudah didalam mobilnya.
" Hah ? Gak usah. Anggap saja Aku lagi berbaik hati " katanya sambil tersenyum, manis banget. Dan tangannya malah mengacak-acak rambutku, dengan gemasnya. Dia kenapa sih ??!! Kok jadi sok manis gini ? Deg...Deg...Deg... Kok jantungku malah gak karuan gini sih.
" Aku langsung pulang ya " katanya begitu sudah mengantarku dengan selamat ke rumah tercintaku.
" Hmm iya terima kasih... " hanya itu yang bisa kukatakan padanya.
Aku betul-betul bingung dengan tingkahnya hari ini. Kenapa Dia jadi begitu baik padaku ?!! Ah mungkin cuma perasaanku saja. Sudahlah lupakan !!
***
Author's Note : Hay hay....Smoga ada yang menunggu kelanjutan cerita Novel Holic ini ya. Pleeeeeeeaseeeeee VoMent donk :D

YOU ARE READING
Novel Holic
Teen FictionShe is Khanza Putri . Gadis kelas XI SMA Harapan Jaya itu, merupakan seorang Novel-Holic. Dia bisa berjam-jam membaca novel, namun hanya bisa bertahan paling lama membaca buku pelajaran selama 15 menit. Yaa mungkin karena terlalu fokus dalam dunia n...