Pertemuan singkat yang mendebarkan jantung Amanda. Tubuhnya bergetar hebat saat mata tajam pria itu menusuk tajam ke arah matanya. Amanda berjalan menuju bar dimana Rachel ada disana mengamati kedatangan nya.
"Ada apa dengan mu? Kau seperti baru saja kesurupan". Suara Rachel mengangetkan Amanda.
"Bukan apa-apa aku akan ke dalam. Ini waktunya untuk ku pulang".
"Well baiklah". Amanda berlalu dari Rachel yang menatapnya heran.
Berjalan ke arah lokernya Amanda mengambil pakaian ganti miliknya. Berjalan ke arah ruang ganti. Pikiran nya masih terngiang dengan sosok pria itu. Tampan dan begitu menggoda.
"Come on Amanda bukan saatnya berpikir tentang pria". Amanda bergumam kepada dirinya. Biawa kuliah dan tugasnya sudah cukup menyita perhatian Amanda. Tidak ada pria di sana sampai dia menyelesaikam studynya. Amanda menepis pikiran nya dan mengambil tas selempang miliknya.
"Rachel aku pergi dulu".
"Kau yakin tidak membawa sesuatu untuk di makan? ".
"Tidak aku akan membeli beberapa cemilan".
"Baiklah sampai jumpa".
"Sampai jumpa". Amanda berlalu dari Rachel dan keluar dari club. Menghirup udara malam yang mulai terasa dingin. Amanda mengeratkan jaket yang dia kenakan. Sembari berdiri di sisi trotoar menunggu taksi lewat. Mata indah Amanda menatap ke sisi kiri dimana Dante berada disana. Keluar dari club dan memasuki sebuah mobil mewah.
Semilar angin berhembus seolah meminta Dante untuk berhenti sejenak menijnatinya di dekat mobilnya. Menatap langit malam Dante merasa ada sepasang mata yang mengawasinya. Matanya menoleh kearah sisi kiri dirinya dan disanalah wanita yang dia tabrak beberapa jam lalu berada.
Mata hijau yang indah itu sedang menatapnya dalam keheningan malam. Jarak yang cukup jauh untuk mereka saling melihat satu sama lain. Tapi seolah mereka begitu dekat untuk saling berpadangan. Amanda memalingkan wajahnya ketika Dante melihat ke arahnya. Tepat ketika itu taksi datang. Menatap sejenak ke arah Dante sebelum akhirnya dia pergi dengan taksinya meninggalkan club malam itu.
Mata Dante masih terus tertuju kepada wanita bermata hijau yang kini sudah pergi dengan taksinya. Ada sisi lain dari dirinya yang begitu terusik dan begitu penasaran siapa wanita itu. Keindahan mata nya telah menghipnotis Dante. Membuang pikiran nya Dante masuk ke mobil dan mobilnya mulai meninggalkan club bersama para pengawal setianya.
Amanda menghempaskan tubuhny ke kasur. Kuliah di siang hari dan bekerja di malam hari. Hidupnya seperti sudah terkonsep seperti itu untuk waktu yang lama. Rutinitas yang sudah dia jalankan setiap waktu.
Amanda menatap langit-langit kamarnya. Pikiran nya melayang kepada pria bermata abu-abu yang menatapnya tadi. Hangat tangan pria itu masih bisa dia rasakan di sekujur punggung nya. Matanya yang abu-abu menyiratkan banyak makna yang ingin Amanda ingin cari tahu. Tajam namun begitu rapuh.
"Penuh misteri". Gumam Amanda pada dirinya sendiri. Amanda membayangkan bagaimana rasanya jika mata indah itu manatapnya lagi. Dengan wajah yang mempesona dan bibir seksi yang merekah.
"Stop Amanda bukan saatnya memikirkan pria". Amanda mengelengkan kepalanya dan menegakan tubuhnya. Dia menepis pikiran nya tentang sosok Dante di otaknya.
"Sepertinya aku baru melihatny di club. Apakah dia tamu baru? " Gumam Amanda kembali sembari membuka baju dan mengambil handuk.
"Persetan dengan pria toh mereka juga tidak bisa membantu hidupku hanya bisa menyusahkan". Gumam Amanda lagi kemudian berlalu ke kamar mandi.
****
Pagi menjelang. Matahari pagi menyengat kulit Amanda yang baru saja selesai lari pagi. Di tengah rutinitas rutin nya Amanda selalu menyempatkan dirinya untuk berolahraga. Itu adalah hoby nya. Nafasnya ngos-ngosan. Dia ingat jadwal kuliah nya pagi ini adalah bertemu dosen pembimbing untuk tugas akhir mata kuliahnya.
Amanda mengecek jam di tangan nya dan bergegas berlari ke apartemen nya yang terletak di sudut kota. Sembari menyapa beberapa penjual jalanan yang sudah dia kenal Amanda berlari dengan penuh semangat. Meski keringat membanjiri tubuhnya tapi itu terasa menyegarkan. Dering ponselnya terdengar nama Pamela teman nya tertera disana. Amanda menerima telpon itu menggunakan earphone di telinga nya.
"Hallo Pam".
"Amanda dimana kau? Ini sudah hampir waktu bertemu Mrs. Brandon".
"Aku tahu Pam relax".
"Bagaimana kau bisa sesantai itu. Aku bersumpah wanita itu pasti akan memberi tugas yang memberatkan untuk kita".
"Kapan tugas akan mudah jika berurusan dengan Mrs. Brandon".
"Itu benar dua puluh menit lagi aku akan sampai di apartemen mu bersiap lah".
"Okee see you". Amanda bergegas naik ke apartemen nya. Sesampainya di kamar apartemen dia langsung mandi dan bersiap.
Disisi lain Dante sudah bersiap di ruangan nya. Untuk menghadiri rapat pagi itu. Fablo ada disana menjelaskan secara rinci kegiatan Dante pagi ini.
"Rapat bersama pemeganga saham. Interview dengan Universitas dan kita akan melihat Artefak baru yang baru dibawa dari Mexico dan malam nya ada pesta di Sandiego".
"Batalkan Interview".
"Maaf Dante ini agend rutin yang tidak bisa di tolak".
"Sungguh mengelikan dia bersikap seperti Mafia tapi masih donatur tetap untuk sebuah Universitas". Gumam Dante mengecek almarhum Ayahnya. Fablo hanya diam mendengar makian Dante.
"Mobil sudah menunggu".
"Ayo". Dante keluar dari ruangan nya. Aura Maskulin dan mengintimidasi dari seorang Dantw tidak bisa dipungkiri. Sebagai Miliader kaya yang begitu sukses Dante memiliki segala hal yang bisa dia dapatkan. Tapi sejauh apa yang dia miliki dia belum menemukan apa yang dia cari selama ini. Ketenangan hidup. Memiliki segalanya membuat nyawa nya dalam bahaya setiap hitungan detik.
Berapa banyak musuhnya yang berharap akan kematian Dante. Atau setidaknya mereka berharap dia akan mengalami musibah yang membuatnya jatuh tersungkur. Tapi tidak ada moment yang lebih menjatuhkan hidupnya daripada kehilangan keluarganya dua puluh tahun silam.
Amanda sudah bersiap dengan pakain kuliahnya. Dia sedang mengoles selai ke dalam roti yang rencana nya akan dia jadikan sarapan. Sebelum akhirnya bel apartemen nya berbunyi. Amanda berjalan membuka pintu dan Pamela ada disana dengan pakai mininya dan rambut ponytailnya.
"Berikan aku roti demi tuhan aku sangat gugup pagi ini".
"Relax lah Pam mengapa kau begitu gugup". Pamela mengigit roti yang sudah di olesi oleh Amanda. Roti rasa selai strowbery itu langsung melumer di mulutnya dengan penuh.
"Amanda kau tahu tugas akhir Mrs. Barandon adalah penentu akhir hidup kita".
"Relax kita akan bisa menghadapinya ayo".
"Dasar sombong kau selalu saja santai menghadapi situasi seperti ini". Amanda mengulum senyum dan mengeleng kepala pelan dia menutup pintu apartemen nya dan turun menaiki lift bersama Pamela ke lantai bawah.
"Jadi apa biasa tugas akhir yang akan Mrs. Brandon berikan?".
"Paling susah adalah dia akan meminta kita menyelidiki artefak dan memiliki beberapa Interview dengan Pengoleksi Artefak terkenal".
"Oh ya? Terdengar menarik".
"Tidak sama sekali Amanda itu membunuh kau tahu".
"Kenapa? ". Pamela menutup pintu mobilnya ketika mereka masuk ke mobil dan bersiap pergi menuju kampus.
"Meniliti Artefak membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bisa tahunan jika kau tidak fokus dan comeon membuat janji Interview dengan para kolektor bukan lah hal mudah dengan kehidupan mereka yang kaya dan orang penting".
"Itu lah tantangan nya jadi mari kita temui Mrs. Brandon tugas seperti apa yang akan dia berikan kepada kita". Amanda berucap dengan semangat. Tugas akhir ini akan menentukan nilai akhirnya di kampus untuk semester akhir perkuliahan nya.
"Kau sungguh Mahasiswi yang gila". Pamela menghidupkan mesin mobil dan melaju menuju kampus mereka pagi itu.
To be continue... Dont forget to vote thank you 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness Of Dante
RomanceHidup bagai dua sisi,hitam dan putih. keduanya adalah pilihan tapi bagi seorang Dante Fernandez dia tidak pernah mempunyai pilihan untuk itu. kehidupannya sudah berjalan tanpa bisa dia memilih. Gelap dan tanpa tujuan. ketika cinta datang kedalam hid...